NovelToon NovelToon
Dunia Dzaka

Dunia Dzaka

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi / Keluarga / Trauma masa lalu
Popularitas:699
Nilai: 5
Nama Author: Bulan_Eonnie

Aaron Dzaka Emir--si tampan yang hidup dalam dekapan luka, tumbuh tanpa kasih sayang orang tua dan berjuang sendirian menghadapi kerasnya dunia.

Sebuah fakta menyakitkan yang Dzaka terima memberi luka terbesar sepanjang hidupnya. Hidup menjadi lebih berat untuk ia jalani. Bertahan hidup sebagai objek bagi 'orang itu' dan berusaha lebih keras dari siapapun, menjadi risiko dari jalan hidup yang Dzaka pilih.

Tak cukup sampai di situ, Dzaka harus kehilangan salah satu penopangnya dengan tragis. Juga sebuah tanggung jawab besar yang diamanatkan padanya.

Lantas bagaimana hidup Dzaka yang egois dan penuh luka itu berlanjut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bulan_Eonnie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DD 08 Geng River

Setelah malam menyakitkan dengan mimpi yang sama, Dzaka merasa tubuhnya begitu lelah. Matanya bahkan sedikit bengkak dengan hidung yang memerah. Beruntung ini akhir pekan.

Dzaka merebahkan tubuh di atas kasur empuknya dan mencoba memejamkan mata kembali. Dia mulai nyaman bergelung di dalam selimut yang memberikan kehangatan.

Namun, belum sempurna jiwanya beranjak ke alam mimpi, ia harus ditarik paksa untuk kembali ke dunia nyata. Dia hampir saja melupakan sesuatu.

Meski dengan langkah gontai, Dzaka tetap melangkah ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Hal itu membuat matanya terbuka sempurna dan tubuhnya menggigil.

Dzaka mengambil jaket kulit bewarna hitam dengan lambang Geng River di bagian punggung, topi hitam dan jeans hitam, kemudian mematut dirinya di depan cermin.

Lihatlah kantung matanya yang membengkak, hidung yang masih saja memerah. Dzaka sama sekali tidak nyaman keluar dalam kondisi itu. Akhirnya dia mengambil kaca mata hitam dan masker.

“Hari ini Tuan Muda harus kembali sebelum pukul 4 sore! Saya akan memberikan laporan pada Tuan Emir!” Pria berbadan tegap itu segera mengeluarkan ponsel untuk menghubungi majikannya.

Dzaka menaiki motornya setelah mengenakan helm. Dia melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata.

Tujuannya kali ini adalah markas salah satu geng yang terkenal di kotanya. Bukan geng motor anak sekolahan yang sedang marak, melainkan geng khusus yang berada di bawah pimpinan seorang detektif kepolisian.

Pinggiran kota menjadi tempat terbaik untuk mendirikan markas. Sebab, posisinya yang cukup jauh dari jalan raya dan tersembunyi di balik bangunan pabrik tua yang terlantar.

Dzaka berhenti sejenak di samping pabrik dan berjalan pelan ke depan untuk melihat apakah ada yang mengikutinya atau tidak. Setelah merasa aman, Dzaka melanjutkan perjalanan hingga berada di depan pintu utama bangunan dua lantai berdinding kusam.

Dzaka meletakkan ibu jarinya di atas pemindai sidik jari dan membuka pintu untuk memasukkan motornya.

Hawa sejuk langsung menyambut Dzaka. Jika di luar bangunan ini terlihat tak terurus, maka di dalamnya sangat bersih, rapi dan nyaman.

Dzaka memarkirkan motornya di samping ninja hitam yang sangat dikenalinya. Melihat kendaraan di parkiran, sepertinya sudah banyak yang datang.

Dia berniat langsung menuju basement --ruangan tim pelacak--hingga netranya tak sengaja menangkap sosok Raffa yang sedang berdiri bersisian dengan seorang pria paruh baya—Ketua Geng River.

“Tapi, Pa. Raffa mau ikutan sama kasus kali ini, ya. Raffa bakal buktiin kalau Raffa udah bisa diandalkan.” Ucapan Raffa sama sekali tak digubris pria paruh baya yang tak lain adalah ayahnya—Pak Ahmad.

Dzaka hanya mendengarkan dari luar ruangan kemudian berbalik menuju pintu coklat yang menghubungkannya dengan tangga menuju basement.

Saat membuka pintu ruangan, Dzaka disuguhkan layar-layar yang menampilkan barisan kode dan titik koordinat.  Dia memilih segera duduk di tempatnya dan ikut menyalakan komputer.

Anggota tim pelacak memiliki komputer masing-masing. Hanya mereka yang tahu kode pengaman komputer mereka, sehingga tak bisa dibuka oleh yang lain tanpa izin.

"Ka! Udah baca pesan di grup belum?" tanya salah seorang seniornya--Galvin Irsyad.

Dzaka langsung menoleh dan menggeleng canggung, membuat pria di hadapannya menghela napas berat.

"Ada kasus pencarian bandar narkoba. Kita udah dapat koordinat posisi para tersangka sementara. Kita satu tim." Penjelasan dari pria itu membuat Dzaka manggut-manggut.

"Buat kelanjutannya lo boleh liat di grup." Pria itu kemudian beranjak setelah menerima telepon.

Tak sengaja netra Dzaka menangkap lembaran berisi huruf abjad seperti singkatan nama atau kode. Dzaka hendak menarik lembaran itu mendekat sebelum kehadiran seniornya membuat ia mengurungkan niat.

“Kalau lo gak sibuk, bisa bantu gue nge-print gak, Ka?” Dzaka mengangguk sekilas dan menerima sodoran flashdisk dari Galvin.

Dzaka menggunakan komputer di sudut ruangan untuk mencetak data yang diminta Galvin. Bola matanya bergerak lincah, tertarik dengan apa yang tertera di layar komputer. Itu data nama seluruh organisasi yang ada di kota. Entah itu geng motor yang berisi anak sekolahan sampai organisasi yang sama seperti mereka.

Dia tersadar bahwa data itu sama dengan kertas yang ia temukan tadi. Hanya saja, pada data kali ini, tertulis penjelasan dari huruf abjad tersebut. Ternyata itu adalah singkatan dari nama organisasi.

“Udah belum, Ka?” panggil Galvin membuat Dzaka terpaksa mengakhiri aktivitasnya dan segera mencetak data tersebut.

“Langsung diantar ke Bang Kahlil aja, Ka. Gue masih sibuk ngurusin ini.” Galvin masih sibuk mengayunkan jemarinya di atas papan ketikan dengan kode-kode yang mulai bermunculan di layar komputernya.

Dzaka memilih langsung menuju orang yang disebutkan Galvin tadi. Dia berdiri diam di depan pintu ruangan yang tertutup rapat. Sayup-sayup terdengar suara sahut-menyahut setelah mendapat instruksi dari pimpinannya.

Tak lupa demi menjaga kesopanan, Dzaka mengetuk daun pintu tiga kali. Saat diizinkan masuk barulah ia melangkah masuk.

“Loh, Ka? Sejak kapan lo di sini?” tanya Raffa yang langsung menghampirinya.

“Sejak tadi sih. Pas gue gak sengaja liat ada orang mohon-mohon ikut kasus kali ini.” Dzaka berucap santai dengan maksud menyindir yang sangat jelas. Raffa yang disindir pun pura-pura tak tahu.

“Ini data dari Bang Galvin, Bang.” Dzaka langsung menyerahkan lembaran di tangannya.

“Tinggal sedikit lagi,” ujar Kahlil dengan senyum tipis di wajah tampannya. Pria itu menepuk pelan bahu Dzaka dan menempelkan lembaran itu di papan yang langsung dikerubungi anggota tim penyergap yang lain.

“Kita tunggu data selanjutnya dari tim pelacak! Baru kita mulai menyusun rencana kembali!” Ucapan Bang Kahlil dibalas anggukan oleh anggota-anggotanya dengan semangat.

...----------------...

Meja panjang itu sudah dikelilingi oleh anggota inti Geng River. Mereka akan mengadakan rapat untuk operasi penangkapan bandar narkoba .

Tampak Pak Ahmad sudah siap dengan proyektor. Semua orang fokus saat Pak Ahmad memulai acaranya.

"Cek anggota! Mulai!" instruksi Pak Ahmad.

"Tim pelacak! 6 anggota inti dan 1 anggota pelatihan, hadir!"

"Tim pengintai! 10 anggota inti hadir!"

"Tim penyergap! 10 anggota inti dan 1 anggota pelatihan, hadir!" Semua ketua tim kembali duduk setelah diizinkan Pak Ahmad.

"Di mana Tanvir?" Pertanyaan itu membuat Dzaka dan Raffa ikut menoleh ke tim pengintai.

"Izin, Bang! Tanvir tidak bisa dihubungi." Jawaban itu membuat Dzaka dan Raffa mengerutkan kening heran. Tumben sekali Tanvir seperti ini.

"Apa kalian tau sesuatu?" tanya Pak Ahmad pada Dzaka dan Raffa yang dibalas gelengan kompak dari keduanya.

Pak Ahmad menghela napas sejenak. "Ya sudah. Kita lanjutkan kegiatan kita. Untuk Tanvir saya serahkan pada kamu," ujar Pak Ahmad seraya menunjuk sang ketua tim pengintai--Nurul Kahfi.

Semua mata fokus pada layar yang menampilkan rencana pencarian, pengintaian dan penyergapan. Pak Ahmad pun menjelaskan dengan sangat detail dan mudah dipahami.

"Geng River!" pandu Pak Ahmad.

"Terus mengalir! Lewati tikungan! Hadapi jalan bercabang! Junjung keadilan! Gas!" teriak semua anggota bersamaan.

Tepuk tangan riuh mengakhiri rapat singkat mereka siang ini. Beberapa kembali ke ruangan tim dan beberapa pergi ke luar untuk melakukan misi kecil sebelum penyergapan.

Dzaka melangkah keluar markas setelah meneguk segelas air di dapur. Tak sengaja netranya menangkap siluet hitam. Dia mempertajam penglihatannya seraya merapatkan tubuh ke dinding agar tak ketahuan.

Saat ada yang keluar dari pintu utama markas, sosok itu kabur menjauh menuju semak belukar. Dzaka melihat sesuatu terjatuh.

Dengan memakai kembali masker dan kacamatanya, Dzaka berjalan pelan menuju tempat benda tadi terjatuh. Bola matanya bergerak liar meneliti tanah yang tertutupi dedaunan kering.

Netranya berhenti pada sesuatu berwarna perak. Dzaka langsung mengambilnya dengan gerakan yang dibuat tidak mencurigakan.

Setelah memasukkan kalung itu ke kantong jaketnya, Dzaka beranjak menjauh sebelum kembali ke dapur markas.

"N.O," lirih Dzaka membaca tulisan di bandul kalung itu.

Saat Dzaka baru saja memasuki dapur markas samar dia mendengar teriakan Raffa memanggilnya. Namun, tiba-tiba tubuhnya ditarik menghantam tembok.

Bunyi dentuman yang cukup keras menandakan tubuh Dzaka tidak baik-baik saja. Tulangnya terasa ngilu dan punggungnya terasa sakit.

Saat bola matanya naik untuk melihat pelakunya, netranya membelalak diikuti tatapan tajam dan menusuk dari sosok di depannya.

"Lo ke markas nyari gue, kan?" tanya sosok itu dengan senyum miring di wajah tampannya.

1
Jena
Bener-bener bikin ketagihan.
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Terima kasih kakak❤️ Nantikan terus updatenya ya kak😊
total 1 replies
bea ofialda
Buat yang suka petualangan, wajib banget nih baca cerita ini!
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Terima kasih kakak sudah mampir❤️
total 1 replies
Mamimi Samejima
Teruslah menulis, ceritanya bikin penasaran thor!
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Terima kasih sudah mampir kakak❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!