Pendekar Sinting adalah seorang pemuda berwajah tampan, bertubuh tegap dan kekar. Sipat nya baik terhadap sesama dan suka menolong orang yang kesusahan. Tingkah nya yang konyol dan gemar bergaul dengan siapapun itulah yang membuat dia sering berteman dengan bekas musuh atau lawan nya. Perjalanan nya mencari pembunuh keluarga nya itulah yang membuat sang pendekar berpetualang di rimba persilatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikko Suwais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEMATIAN PAMAN GADUNG
RANGGA Dan Paman Gadung sudah tak mendengar suara derap kaki kuda. Kedua nya lalu keluar dari gubuk itu untuk pergi ke arah wetan. Atas saran Paman Gadung kepada Rangga, Rencananya mereka akan menemui sanak keluarga Paman Gadung disana untuk sementara menginap menyembunyikan Rangga dari pembunuh orang tuanya.
Namun nasib sial tak ada di dalam almenak, Baru saja kedua nya berjalan meninggalkan gubuk reot itu. Tayub tiba disana dan senyum nya mekar penuh napsu membunuh. Tayub melayangkan pukulan sinar berwarna biru sebesar lidi dan melesat dari jari tengah nya.
*Clappp...Duarrrrr!!* Sinar tenaga dalam itu meledakan sebuah pohon dan pohon itu langsung gosong dan hampir tumbang. Paman Gadung dan Rangga kaget karena pohon itu berada tepat didepan mereka. Mungkin jika Tayub tak mengarahkan sinar itu pada sebatang pohon, Mungkin Rangga dan Paman sudah mati seperti sebatang pohon itu. Namun sepertinya Tayub hanya menjagal langkah mereka agar berhenti dari perlarian nya.
"Hayooo kaliaaan! Rupanya kalian berhasil kabur dari Lodaya!? Atau kalian bersembunyi!? Biar aku saja yang membawa kalian untuk diserahkan kepada ketua!" Tetapi dalam hati nya berkata lain,
"Inilah kesempatan ku! Setelah berhasil aku membawa anak kecil itu, Pasti aku akan di angkat menjadi wakil ketua! Hahaha!"
"Rangga cepat lari!" Ucap Paman Gadung menyuruh Rangga berlari duluan. Namun Rangga tak mau pergi, Ia malah berkata.
"Paman saja yang lari! Biar aku yang melawan orang jelek itu!"
"Bodoh! Sudah aku katakan sejak tadi bocah sinting! Selamatkan nyawamu untuk bekal nanti kau balas dendam kepada mereka! Paman tak ada persoalan dengan mereka, Lagipula Paman sudah siap mati demi melindungi kamu Rangga!" Seketika tersentuh hati Rangga mendengar ucapan Paman Gadung. Begitu setia nya Paman Gadung terhadap anak majikan nya itu, Sebab Paman Gadung sudah dianggap keluarga sendiri oleh keluarganya Rangga.
Akhirnya Rangga pun berlari menuju arah yang sudah di tujukan oleh Paman Gadung. Tepat disaat itu Lodaya melihat Rangga berlari ke arah wetan dan ia langsung mengejar nya dengan menunggangi kuda nya. Ternyata ledakan serangan Tayub tadi yang membuat Lodaya kembali ke tempat semula, Sebab sejak tadi ia hanya mutar-mutar saja di dalam hutan seperti orang linglung tak tahu jalan.
Setelah merasa aman melihat Rangga pergi, Paman Gadung segera mengambil kayu sebesar tangan nya, Ia berniat ingin melawan lelaki tak seberapa gemuk itu.
"Apa kau berani melawan ku hanya dengan sepotong kayu itu hah!?" Tanya tayub angkuh dan ia turun dari punggung kuda nya.
"Meskipun aku tak punya ilmu Kanuragan, Tapi aku masih punya harga diri dan keberanian untuk melindungi anak majikan ku!"
"Dasar bodoh! Majikan mu sudah pasti mati di tangan sang ketua! Dan kau pun akan menyusul juga! Hiaaah!" Tayub melompat menendang ke depan. Tujuan nya adalah Dada Paman Gadung.
Paman Gadung segera mengayunkan kayu cukup keras itu ke arah kaki Tayub.
"Prakkk!!" Kayu itu langsung hancur ketika mengenai mata kaki Tayub dan membuat Paman Gadung mendelik kaget. Saat itu pula Tayub melayangkan kaki nya menendang secara beruntun dan telak mengenai dada Paman Gadung.
*Dug Dug Dug!!*
"Hekkk Hioeeek! Hoeekkk!" Paman Gadung memuntahkan darah kental dan tubuh nya jatuh berlutut. Matanya mendelik menahan rasa sesak didada nya dan darah mengucur deras dari mulut dan hidung nya. Tayub berjalan mendekati Paman Gadung sambil tersenyum sinis, Ia segera mencabut pedang perunggu nya.
"Sudah lama pedang perunggu ku ini tak makan darah!!" Tayub langsung menebas leher Paman Gadung dan darah muncrat kemana-mana. Kepala Paman Gadung terlepas dari raga nya dan itulah akhir perjalanan seorang pelayan yang patuh dan setia terhadap tuan nya.
"Aku harus mengejar anak itu sebelum si Lodaya menangkap nya!" Tayub langsung meloncat naik ke punggung kuda nya dan memacu kuda itu dengan cepat. Rangga berlari melewati pepohonan besar-besar yang akar nya menonjol keras seperti batu. Kuda yang dipacu Lodaya agak kesusahan ketika melewati akar-akar keras yang menonjol itu, Beberapa kali kaki kuda nya tersandung dan membuat nya kesal. Akhirnya ia turun dari punggung kuda dan mengikat tali kekang kuda itu di batang sebuah pohon kecil.
Ia segera berlari mengejar Rangga yang kian menjauh. Tak ingin kehilangan target nya, Lodaya segera memakai ilmu peringan tubuh nya agar bisa berlari cepat tanpa hambatan. Tiba di sisi lembah yang curam, Rangga berhenti. Ia kebingungan harus pergi lewat mana, Turun ke dasar lembah pun tak mungkin karena sangat curam dan terjal. Disaat itulah Rangga terpojok dan akhirnya Lodaya berhasil menyusul nya.
"Hahaha! Kena kau...! Mau lari kemana kau bocah ingusan!"
Rangga tak bisa berkutik, Mau berlari ke arah lain pun tak mungkin.
"Jangan takut bocah! Aku tak akan membunuh mu!"
"Tidak mungkin kau pasti berbohong Paman!!" kata Rangga sanksi. Lodaya menyeringai dan berjalan mendekati Rangga ingin meraih tubuh anak itu. Rangga segera mencari batu untuk ia lempar ke arah orang berbadan kekar itu. Namun tak ada batu atau kayu yang ia temukan di sekeliling nya, Maka Rangga pun berusaha untuk turun ke dalam jurang. Ia tak mungkin melawan orang dewasa bersenjatakan pedang itu, Ia lebih baik mati dalam keadaan bunuh diri daripada mati di siksa oleh orang jahat.
Tiba-tiba tubuh Lodaya tersentak ke belakang dan terjungkal berguling membentur akar-akar pohon yang keras.
"Wadooow sialan! Siapa yang berani menyerangku!!" Maki Lodaya marah dan kepala nya bocor. Ia segera bangun dan terdengar suara aneh yang tertangkap oleh telinga nya.
"Tinggalkan bocah itu atau kau yang akan menanggung akibat nya!"
"Tunjukan batang hidung mu banci! Jika kau berjiwa kesatria lawan lah aku!" Tantang Lodaya dengan mata nanar menelisik setiap sudut hutan. Rangga melihat Lodaya yang bicara sendiri itu seperti orang gila dan tiba-tiba terpental sendiri seperti sebelumnya.
"Monyet burik! Babi hutan! Kerbau dungu!" Maki Lodaya semakin jengkel dan kesal. Ia pun menyerang setiap sudut hutan Dengan serangan sinar tenaga dalam secara membabi buta. Rangga tiba-tiba melayang naik ke atas pohon dan membuat Lodaya kaget.
"Apa jangan-jangan bocah itu punya kesaktian!? Sehingga ia bisa terbang begitu? Tapi menurutku memang tidak mungkin, Ia berlari seperti seorang anak kecil pada umum nya. Jika begitu, Kenapa lemparan batu nya tadi bisa tepat mengenai seekor kuda jantan milik adikku..?? Padahal lemparan batu nya itu menurut ku sangat lemah!" Hati Lodaya bergemuruh menyangsikan kesaktian bocah itu. Rangga pun kaget bukan kepalang ketika tubuh nya terbang melayang dengan sendirinya,
"Wouhhhh...Woooow" Rangga memejamkan matanya karena takut melihat ketinggian dan hinggap di sela-sela batang pohon besar. Kemudian terdengar suara bisikan kecil seorang lelaki tua.
"Diam di sini cah bagus!" Rangga tersentak kaget mendengar nya dan celingak-celinguk mencari sumber suara tersebut.