NovelToon NovelToon
PESONA TETANGGA BARU

PESONA TETANGGA BARU

Status: tamat
Genre:CEO / Selingkuh / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa / Tamat
Popularitas:24.4k
Nilai: 5
Nama Author: Hasri Ani

"Bagaimana rasanya... hidup tanpa g4irah, Bu Maya?"

Pertanyaan itu melayang di udara, menusuk relung hati Maya yang sudah lama hampa. Lima tahun pernikahannya dengan Tama, seorang pemilik bengkel yang baik namun kaku di ranjang, menyisakan kekosongan yang tak terisi. Maya, dengan lekuk tubuh sempurna yang tak pernah dihargai suaminya, merindukan sentuhan yang lebih dalam dari sekadar rutinitas.

Kemudian, Arya hadir. Duda tampan dan kaya raya itu pindah tepat di sebelah rumah Maya. Saat kebutuhan finansial mendorong Maya bekerja sebagai pembantu di kediaman Arya yang megah, godaan pun dimulai. Tatapan tajam, sentuhan tak sengaja, dan bisikan-bisikan yang memprovokasi h4srat terlarang. Arya melihatnya, menghargainya, dengan cara yang tak pernah Tama lakukan.

Di tengah kilau kemewahan dan aroma melati yang memabukkan, Maya harus bergulat dengan janji kesetiaan dan gejolak g4irah yang membara. Akankah ia menyerah pada Godaan Sang Tetangga yang berbaha

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4

Pagi itu, Maya terbangun dengan perasaan berdebar. Bukan lagi debaran hampa yang biasa mengiringi hari-harinya, melainkan debaran penuh antisipasi. Sebuah perasaan yang sudah lama tidak ia rasakan. Arya. Nama itu terngiang-ngiang di benaknya, memunculkan bayangan wajah yang hanya ia lihat sekilas.

Ia menyelesaikan pekerjaan rumahnya dengan lebih cepat dari biasanya. Mencuci piring, menyapu lantai, menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri setelah Tama berangkat ke bengkel. Setiap gerakannya terasa lebih ringan, seolah ada energi baru yang mengalir dalam dirinya. Sesekali, ia melirik ke arah jendela, ke rumah di sebelah. Tak ada tanda-tanda kehidupan yang mencolok. Mobil mewah berwarna hitam itu masih terparkir di carport, sebuah indikasi bahwa pemiliknya sudah ada di rumah.

Maya memutuskan untuk menyiram tanaman di teras, berharap bisa mendapatkan pandangan yang lebih jelas. Ia mengambil selang air, memutar keran, dan mulai membasahi pot-pot bunganya yang mulai layu. Matanya sesekali melirik ke arah gerbang rumah Arya.

Tiba-tiba, gerbang besi tempa itu terbuka. Seorang pria keluar dari dalam, mengenakan t-shirt abu-abu polos dan celana pendek selutut. Rambutnya sedikit acak-acakan, seolah baru bangun tidur, namun justru menambah kesan 'effortlessly handsome' pada dirinya. Ia membawa sebuah cangkir kopi di tangan kanannya, sementara tangan kirinya memegang ponsel, sesekali melihat ke layar.

Itu dia. Arya.

Maya berhenti menyiram, tangannya terpaku pada selang. Jantungnya berdegup lebih kencang. Ini bukan lagi bayangan samar atau bisik-bisik tetangga. Ini nyata. Arya berjalan santai di halaman, mengamati beberapa pot tanaman yang baru ditanam oleh Bi Sumi dan tukang kebun kemarin sore. Ia terlihat begitu rileks, seolah tidak ada beban dunia di pundaknya. Kontras sekali dengan Tama yang selalu terburu-buru, selalu dilingkupi aroma oli dan keringat.

Arya berhenti di dekat pagar pembatas antara rumahnya dan rumah Maya. Ia menghirup kopi dari cangkirnya, lalu menoleh ke arah Maya. Mata mereka bertemu. Kali ini, tatapannya tidak lagi sekilas atau acak. Itu adalah tatapan yang disengaja, sebuah penilaian yang cepat namun mendalam.

Maya merasakan pipinya memanas. Ia menunduk, pura-pura sibuk membetulkan letak pot bunga. Jantungnya berpacu seperti kuda. Ia bisa merasakan tatapan Arya masih tertuju padanya.

"Selamat pagi," suara Arya memecah keheningan. Suaranya rendah, sedikit serak, namun begitu berkarisma.

Maya mengangkat kepalanya pelan, menatap Arya. Sebuah senyum tipis terukir di bibir pria itu. Senyum yang membuat mata Maya tidak bisa lepas. "Pagi," jawab Maya, suaranya sedikit tercekat.

"Tetangga sebelah, ya?" Arya bertanya, melangkahkan satu kakinya ke atas dinding pembatas rendah.

Maya mengangguk. "Iya. Saya Maya. Tinggal di sini sudah lima tahun."

"Oh," Arya mengangguk. "Saya Arya. Baru pindah

kemarin."

"Saya tahu. Bi Sumi yang memberitahu," Maya menambahkan, tanpa sadar tersenyum sedikit.

Arya terkekeh pelan. Suara kekehannya pun terdengar menawan. "Sudah kenalan dengan Bi Sumi, ya? Dia memang cerewet."

Maya ikut tersenyum. "Dia baik."

Ada keheningan singkat. Arya memandangnya.

Tatapannya membuat Maya merasa tel4njang, seolah Arya bisa melihat semua kehampaan dan kerinduan di dalam dirinya. Tapi bukan dengan tatapan menghakimi. Lebih seperti tatapan... penasaran.

"Sering menyiram tanaman pagi-pagi begini?" tanya Arya, matanya beralih ke tanaman di pot.

"Iya. Sudah kebiasaan," jawab Maya. Ia merasa

canggung, namun sekaligus menikmati interaksi ini.

Tama tidak pernah bertanya tentang kebiasaan kecilnya.

"Tanaman Anda subur," puji Arya, menunjuk bunga melati yang mekar di pot dekat pintu rumah Maya. "Saya kurang pandai mengurus tanaman."

"Ah, tidak juga. Ini cuma bunga biasa," kata Maya merendah.

"Tapi tetap saja. Butuh ketelatenan," kata Arya,

Menatap Maya lagi. Ada jeda sejenak, di mana Maya merasa waktu melambat. Mata Arya menelusuri wajahnya, lalu turun ke leher jenjangnya, dan berhenti sesaat di area dadanya yang tersembunyi di balik daster. Maya merasakan blush menjalar hingga ke lehernya. Ia segera membuang pandangan.

"Anda sudah sarapan?" tanya Arya, mengubah topik.

Maya menggeleng. "Belum. Nanti saja."

"Saya baru mau buat kopi lagi. Mau bergabung?" tawar Arya.

Maya terkejut. "Oh, tidak perlu, terima kasih. Saya... harus menyelesaikan pekerjaan rumah."

"Begitu? Padahal saya baru mau mengajak ngobrol," kata Arya, suaranya sedikit menggoda.

Maya tersenyum kaku. "Lain kali saja mungkin."

"Baiklah kalau begitu," Arya mengangguk. Ia mengangkat cangkirnya sedikit. "Sampai jumpa lagi, Maya."

"Sampai jumpa," balas Maya.

Arya kembali ke dalam rumahnya, meninggalkan Maya di teras dengan selang air yang masih menetes. Maya menunggu sampai gerbang tertutup rapat, lalu ia mematikan keran air. Tangannya gemetar.

Ia melangkah masuk ke dalam rumah, langsung menuju cermin di ruang tamu. Ia melihat pantulan dirinya. Daster rumahan yang biasa ia kenakan, rambut yang hanya diikat seadanya. Tidak ada yang istimewa. Tapi mengapa tatapan Arya tadi begitu intens? Mengapa ia merasa seolah ada sesuatu yang berkelebat di mata pria itu saat menatapnya?

Pesona Arya tidak seperti pesona yang biasa ia lihat pada pria lain. Bukan sekadar tampan atau kaya. Ada aura misterius, sedikit berbahaya, namun sangat menarik. Cara Arya memandang, cara ia berbicara, semuanya terasa begitu berbeda. Ada sebuah janji tersirat dalam tatapan itu, janji akan sensasi yang belum pernah ia rasakan.

Maya berjalan ke kamar tidur, mencoba menenangkan jantungnya yang masih berdebar. Ia berbaring telentang di tempat tidur, menatap langit-langit. Pikiran tentang Arya memenuhi benaknya. Ia membandingkan Arya dengan Tama. Jauh sekali. Tama adalah rutinitas. Arya adalah ketidakpastian. Tama adalah keamanan yang membosankan. Arya adalah bahaya yang memikat.

"Maya!"

Suara Tama memanggil dari luar. Maya tersentak. Ia segera bangkit, menuju ruang tamu.

"Sudah pulang, Mas? Kok cepat sekali?" tanya Maya, sedikit kaget.

Tama menggeleng. "Bukan. Ini Mas mau titip beli rokok sama kopi di warung Pak Jaja. Mas buru-buru, ada servis mendadak." Tama menyerahkan beberapa lembar uang. "Sekalian nanti sore kalau ada waktu, tolong ke bengkel ya, bawakan makan siang. Hari ini kayaknya ramai sekali."

"Oh, iya, Mas. Nanti aku ke sana," kata Maya, menerima uang itu.

"Makasih ya, Yank. Mas berangkat lagi," kata Tama,

Mencium kening Maya sekilas, lalu bergegas pergi.

Maya menatap uang di tangannya. Ia harus ke warung Pak Jaja, yang letaknya cukup jauh. Ia melewati beberapa rumah dan kios. Saat ia sampai di tikungan gang menuju warung, sebuah pemandangan menarik perhatiannya.

Di depan sebuah kios pulsa, Pak Jaja sedang menempelkan sebuah kertas pengumuman. Kertas itu tampak baru, dengan tulisan tercetak rapi. Maya melangkah mendekat, rasa penasaran yang tak bisa ditahannya menuntunnya.

DICARI: PEMBANTU RUMAH TANGGA

Untuk rumah besar di Jl. Kenanga No. 12 (sebelah bengkel Makmur Jaya)

Gaji menarik, diutamakan yang jujur dan rajin.

Minat hubungi: (nomor telepon tertera jelas)

Maya membaca tulisan itu berulang kali. Jl. Kenanga No. 12. Itu adalah alamat rumah Arya. Ia melihat nama kontak di bawahnya. Bukan nama Arya, melainkan sebuah nomor telepon.

Jantung Maya kembali berdesir. Ini kesempatan.

Kesempatan untuk mendapatkan uang tambahan, yang sangat mereka butuhkan. Tapi juga... kesempatan lain. Kesempatan untuk berada lebih dekat dengan Arya. Untuk memasuki dunianya.

Ia tahu ini berbahaya. Ia tahu ia sudah punya suami. Tapi kekosongan yang ia rasakan selama ini, ditambah dengan pesona tak terbantahkan dari Arya, seolah mendorongnya. Sebuah ide gila terlintas di benaknya. Ini bisa jadi jalan keluar dari rutinitas yang mencekiknya.

Atau justru, menjerumuskannya ke dalam jurang yang lebih dalam?

Maya meremas uang di tangannya. Ia menatap pengumuman itu lagi. Sebuah tarikan kuat terasa dari dalam dirinya, menariknya untuk mengambil langkah berani yang belum pernah ia bayangkan.

1
kalea rizuky
benci liat laki playing victim emank maya slaah salah bgt tp maya pengen dket anak nya woy sekali lagi anak nya
kalea rizuky
tama jahat ih jangan egois mengandung itu berat woyy lu enak aja pisahin emak ama anak minimal ijinin ketemu egois bgt dr dlu lu
Mar lina
Baca part detik-detik Terakhir
Air mata ku berlinang basah...
yuk kita ambil baiknya dari kisah" novel yg kita baca untuk pembelajaran hidup...
terimakasih untuk penulisnya...
semoga ada cerita novel baru lagi

😘😘😘
Herdian Arya
tinggal penyesalan seumur hidupmu tama, nikmatilah
Mar lina
Thor
ini kaya kisah nyata beneran...

lanjut Thor ceritanya
kalea rizuky
meski hakk asuh di tangan mu tp ibunya berhak ketemu kali. tama egois bgt ne laki, pantes di selingkuh in ttep g sadar diri
kalea rizuky
wahai tama lu klo g tes mana tau dia anak mu maya emank gatel tp dia kasih tau lo anak dikandung nya dia anak mu klo dia mau nguasain anak nya sendiri uda dia asuh di lapas dan gk bakal kasih tau lu klo anak dalam. kandungannya anak lu jd lu harusnya bersukur itu meski dia selingkuh tp dia jujur soal anak mu
kalea rizuky
moga abis ne maya keluar dpet suami lagi yg bisa kasih perhatian gk kayak tama egois cuek hadeh istri mana yg tahan kali
kalea rizuky
egois ini tama pantes di selingkuin
kalea rizuky
laki pengecut istri di cuekin trs istri selingkuh belagak sok korban bner sih maya salah gatel tp klo lu kasih nafkah batin cukup duit cukup mana mungkin dia selingkuh
kalea rizuky
pasal perzinahan bukannya g ampe setaun ya di penjara harusnya uda keluar kan
Herdian Arya
males sama drama hati si tama, lelaki kok lembek kaya pisang busuk.
Herdian Arya
makanya jangan jadi lelaki pengecut, punya istri di cuekin,setelah jadi duda banyak drama, ga sadar kalo menggantung harapan ke orang, mau di tinggal masih juga bodoh ambil keputusan.
Mar lina
lika liku kehidupan...
berarti di cerita ini
tidak ada arti kesempatan ke 2...
kira " egois, gak???
permasalahan hanya satu
yaitu Komunikasi...
jika kita berkomunikasi tentang kekurangan masing" harus nya bisa saling melengkapi agar mencapai kebahagiaan...
bukan tentang keegoisan yg membuat semua nya fatall
Allah saja maha pengampun & penerima taubat...
mengapa manusia tidakkk...
kalea rizuky
hmmmm entah lahh nasib mu may dpet suami g bs muasin birahi lu jd pembokat tujuan lu cm. menggatal doank ya trima nasib moga aja nanti keluar penjara bisa ketemu anak berubah lah
kalea rizuky
konsekuensi qm. main api maya gatel sih jd perempuan heran
kalea rizuky
kapok kau jalang maya
kalea rizuky
habis kau jalang
kalea rizuky
maya maya tolol amat demi kepuasan semata rmh tangga hancur
kalea rizuky
jangan membandingkan suami mu dengan orang lain karena g ada habisnya intinya bersukur lu maya heran dehh cwek kok kayak haus belaian an bgt mana mandul lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!