Bisakah kalian bayangkan, gadis 17 tahun yang baru masuk universitas di paksa untuk menjual tubuhnya kepada pria hidung belang? ya, Siera tidak akan pernah mau melakukan itu. melawan paman dan bibinya yang berbuat jahat padanya. bertemu seorang pria dan langsung mengajaknya menikah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shafrilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu itu ribet.
Beberapa hari setelah Xavier menjemput Sierra dari apartemen Cristopher, Xavier mulai sering uring-uringan jika melihat Sierra dengan pria manapun, termasuk Ricardo.
"Cepat naik, sarang lebah." Ricardo tersenyum menatap Sierra.
"Makasih paman, ih Paman baik banget deh." Sierra membuka pintu mobil bagian depan.
"Paman begitu baik deh..," Xavier menirukan ucapan Sierra.
"Ih.., ngapain paman seperti itu? telat minum obat ya?" ucap Sierra yang membuat Xavier langsung melotot.
"Berani banget kamu bilang aku telat minum obat, Kamu kira aku ini gila ya?" kata Xavier.
"Yang mungkin." balas Sierra singkat.
Ricardo yang melihat pertengkaran setiap hari, dia hanya bisa menggelengkan kepalanya, tanpa bertanya dia langsung melajukan mobilnya pergi ke perusahaan sebelum itu dia akan mengantar Sierra ke kampus dahulu. Sudah beberapa hari motor Sierra masih berada di bengkel, hal itu membuatnya mau tidak mau harus numpang mobil suami kontraknya itu.
Ketika mereka berada di jalan, tiba-tiba ponsel Sierra berbunyi, dia mengambil ponselnya kemudian melihat siapa yang menelfon.
"Profesor." ucap Sierra yang melihat nama Christopher sudah bertengger di layar ponselnya. "Ngapain dosen killer ini telfon." Sierra menjawab panggilan telepon Cristopher.
Seketika tatapan mata Xavier menatap tajam kepada Sierra yang menjawab panggilan telepon dari Christopher. kedua mata itu melotot tajam menatap Sierra yang tersenyum.
"Iya ada apa profesor?" tanya Sierra.
di seberang sana Christopher berdiri di depan bengkel, pria itu memberitahu Sierra kalau motornya yang ada di bengkel sudah selesai diperbaiki, niat hati Sierra ingin mengambil motor itu terlebih dahulu namun sayangnya Xavier melarang Ricardo untuk berbelok arah. Dia meminta Ricardo untuk langsung ke kampus setelah itu ke perusahaan.
"Paman, aku kan ingin mengambil motorku terlebih dahulu." ucap Sierra.
"Aku tidak punya waktu untuk mengantarmu setelah itu balik lagi ke tempat lain, jadi kamu langsung ke kampus jangan keluyuran, dasar bocah ingusan sukanya keluyuran." jawab Xavier dengan nada gerutuan yang lumayan panjang.
"Ini pria tua sukanya ngatur-ngatur." ucap Sierra yang kemudian memanyunkan bibirnya sembari menata ke depan.
Xavier hanya tersenyum, dia tidak mau istrinya itu bertemu dengan pria lain, walaupun dia harus berakting menjadi pria dingin yang jelas dia tidak akan membiarkan Sierra bersama dengan dosennya itu. Tak berselang lama ponsel Sierra kembali berdering, Christopher yang ada di bengkel menanyakan apakah Sierra akan mengambil motornya, namun sayangnya Sierra menjawab kalau dia tidak bisa mengambil motornya hari ini.
"Mungkin kalau pulang saja aku ambil motornya, prof. Sekalian aku bayar." jawab Sierra yang kemudian menutup panggilan teleponnya.
Ricardo yang ada di sebelah Sierra dia hanya tersenyum kecut, dalam hati Ricardo malah mendumel tidak karuan. "Bos ini kalau suka sama si sarang lebah Kenapa tidak bilang saja, lagian mereka kan sudah menikah, apa salahnya kalau mencintai gadis ingusan ini. kalau sampai gadis ingusan ini diambil orang lain baru tahu rasa dia." gumamnya dalam hati.
Tak berselang lama mobil itu berhenti di depan kampus tempat Sierra kuliah, Sierra keluar dari dalam mobil kemudian beralih ke pintu belakang. Dia mengetuk pintu kaca mobil bagian belakang, Xavier membuka pintu itu kemudian menatap Sierra, sedangkan Sierra langsung mengulurkan tangannya.
"Kamu mau apa?" tanya Xavier yang bingung.
"Aku mau minta uang untuk perbaikan motorku," jawab Sierra.
"Kenapa harus minta aku?" tanya Xavier.
"Lah, kalau aku tidak minta sama paman lalu aku minta sama siapa? Paman ingin aku mengemis di jalanan untuk bayar motorku? jelek-jelek gitu Paman itu masih suamiku ya walaupun cuma di atas kertas, jadi Paman harus menjalankan tanggung jawab Paman, cepat berikan aku uang untuk membayar perbaikan motorku. jika tidak...," perkataan Sierra terhenti, namun satu jarinya langsung menyentuh lehernya seolah itu isyarat yang tidak baik.
"Ini bocah ingusan berani banget ngancem aku." Xavier menggerutu. sesaat kemudian dia mengambil dompetnya dan memberikan kartu debit.
"Paman, Aku cuma minta uang aku tidak butuh kartu ini." ucap Sierra.
"Aku tidak punya uang cash." jawab Xavier.
"Ya ela paman, kamu itu makhluk seperti apa? orang hidup di dunia kok tidak punya uang cash, Paman itu tidak berguna banget." umpat Sierra yang kemudian pergi, sesaat kemudian wanita itu kembali lagi. "Sandinya?" tanya Sierra.
Xavier menggaruk kepalanya kemudian menggerakkan telunjuk jarinya agar Sierra mendekat. Sierra kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Xavier. pria itu membisikkan beberapa angka di telinga Sierra, setelah itu dengan begitu beraninya tiba-tiba dia sedikit memberikan kecupan di pipi Sierra. "Sudah kan." ucap Xavier. "Go." perintahnya kepada Ricardo.
Sierra memegang pipinya, sesaat kemudian dia berteriak dengan keras sembari menunjuk ke mobil Xavier. "Dasar pria tidak tahu diri, beraninya kamu melakukan hal itu!" teriak Sierra dengan keras. mobil yang ditumpangi oleh Xavier sudah berlalu pergi meninggalkannya.
Di dalam mobil itu Xavier tersenyum seperti seorang pria yang habis memenangkan taruhan. "Enak aja mau minta uang gitu aja, ya harus memberi imbalan dong." ucapnya sedikit pelan namun Ricardo masih bisa mendengarnya. pria itu malah tersenyum.
"Bos, kenapa cuma sedikit ciumnya? tadi sekalian aja dicium yang lama, kan uang yang ada di kartu itu lumayan banyak bos." canda Ricardo.
"Sudah diam." jawab Xavier dengan raut wajah yang menahan malu.
Xavier yang baru sampai di perusahaan nampak senyumnya begitu sumringah, dia memasuki perusahaan dengan langka yang begitu mantap. Para karyawan yang melihat bos mereka yang terlihat senang, nampak mereka sedikit bingung, pria yang biasanya dingin dan kaku itu hari ini terlihat sedikit menunjukkan senyumnya, ketika para karyawan menyapanya dia menganggukkan kepalanya.
"Hari ini Tuan Xavier berbeda banget ya." ucap para karyawan,.
"Iya beda banget, biasanya kalau kita menyapanya dia tidak menjawab, tapi hari ini tuan menganggukkan kepalanya." jawab para karyawan.
Ricardo yang melihat itu, dia ikut tersenyum, pria itu melangkah mengikuti atasannya menuju kantornya.
"Siapkan rapat untuk seluruh pemegang saham, hari ini kita akan membahas beberapa anak perusahaan dari perusahaan Lincoln." ucap Xavier.
"Baik bos." jawab Ricardo.
"Oh ya, nanti minta sopir perusahaan untuk menjemput si sarang lebah di kampusnya, minta sopir itu untuk langsung mengantarnya ke rumah." ucap Xavier. sesaat kemudian pria itu kembali memanggil Ricardo. "Tidak usah, nanti kalau habis rapat Aku yang akan menjemputnya, aku yakin kalau dia dibiarkan pulang sendirian dia pasti akan ke tempat pria pelakor itu." ucap Xavier yang membuat Ricardo sedikit terkejut. "Pria pelakor? ini bos sedang cemburu ya?" gumam Ricardo dalam hati. dia sedikit terkejut karena pria itu malah sekarang sedikit posesif. "Setelah menangkap basah istrinya di apartemen pria lain, dia kelihatannya kebakaran jenggot." gumamnya dalam hati.
Sierra yang ada di kampus Dia sudah mulai melakukan aktivitasnya, pembelajaran dan beberapa laporan yang harus dia catat. "Hari ini kamu pulang sama aku aja." ucap Emilia.
"Nggak bisa, aku nanti mau ambil motorku." jawab Sierra.
Sesaat kemudian musuh yang selalu berusaha untuk menjatuhkan Sierra mendekatinya. "Halo wanita tidak tahu malu, wanita miskin yang tidak punya apa-apa, aku dengar katanya rumahmu sudah disita bank ya." ejek Amanda.
Sierra menoleh, dia tersenyum menatap Amanda, wanita berbeda umur namun selalu membencinya itu tidak akan puas melihat Sierra bahagia.
"Halo gadis manja dan tidak laku, jangan sekali-kali membuat aku marah ya, jika tidak akan ku jambak rambutmu itu." jawab Sierra yang kemudian mendorong tubuh Amanda menjauh darinya.
"Ini cewek murahan, berani banget mendorong aku, lihat aja aku pasti akan membuatmu mendapatkan hukuman." ujar Amanda.
*Bersambung*