pada kehidupan pertamanya, Amira adalah seorang prajurit wanita yang kejam dan bar-bar, dia dibenci oleh para pembesar di negaranya karena tindakannya yang selalu seenaknya dalam memberantas kejahatan.
kehidupan Amira berakhir, saat pesawat yang dinaiki meledak dalam perjalan misinya.
Jiwanya, masuk dalam raga permaisuri yang lemah dan buruk rupa di jaman kuno, yang membuat dirinya bingung dan prustasi.
-Apakah dia sanggup mejalani kehidupan keduanya disana?!.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nolis Tiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 8
Di dalam istana kekaisaran Naga Sejati, ibu suri Zhao Qiolin berdiri dan menggebrak meja yang ada di hadapannya.
BRAAAKK !
Raut wajahnya terlihat sangat emosi, sehingga urat-urat lehernya terlihat menonjol. Sedangkan dua orang prajurit yang berada di hadapannya langsung menunduk karena takut..
"Maafkan hamba, yang mulia ibu suri. Begitu tiba di istana, permaisuri Lien Hua langsung bergegas menuju kediamannya.'' ujar prajurit itu menjelaskan, sambil terus menunduk.
Ibu suri Zhao Qiolin tersenyum penuh kesinisan saat mendengarnya. Dia benar-benar murka terhadap menantu tidak bergunanya itu, seharusnya dia melapor dulu kepadanya saat dia tiba di istana
Akhirnya, ibu suri Zhao Qiolin menyuruh kedua prajurit itu keluar. Dan dia memanggil salah satu pelayan kepercayaannya untuk segera memanggil permaisuri Lien Hua agar segera menghadap.
" kamu segera panggil permaisuri tidak berguna itu, dan seret dia untuk menghadap saya!" titah ibu suri kepada pelayanannya.
"Baik, ibu suri ...."
TAP......TAP........TAP...
Pelayan itu bergegas melaksanakan perintah majikannya, karena dia tahu jika telat sedikit saja, nyawa mereka taruhannya, karena ibu suri kekaisaran adalah seorang wanita yang kejam.
Sesampainya pelayan itu di kediaman sang permaisuri, dia segera mencari Nina, namun keberadaan pelayan setia permaisuri itu tidak bisa dia temukan
Terlebih lagi, kediaman milik permaisuri Lien Hua itu terlihat sedang di bersihkan oleh beberapa pelayan.
"Dimana keberadaan yang mulia permaisuri?" tanya Ayu, tangan kanan ibu suri .
Semua pelayan yang ada disana hanya mengangkat bahunya, tanda tidak tahu. Mereka hanya menjalankan perintah untuk membersihkan kediaman permaisuri itu.
"kepa-rat! Kemana perginya si permaisuri tidak berguna itu? Jika tugas ini tidak terselesaikan, nyawaku akan melayang!" gumam Ayu dengan wajah memucat.
Tubuhnya gemetar karena takut akan menerima hukuman dari ibu suri, jika dia gagal menjalankan tugasnya untuk membawa permaisuri kehadapan majikannya.
Sedangkan tidak jauh dari kediaman itu, tepatnya di atas sebuah dahan pohon yang berada di samping kediaman itu, ada dua orang gadis yang sedang menahan tawanya.
"fffffttttt......"
Mereka terhibur saat melihat wajah Ayu yang memucat karena takut, mereka sudah bisa menebak, jika pelayan itu di suruh membawa permaisuri Lien Hua ke dalam kediaman wanita paling berkuasa di kekaisaran Naga Sejati itu.
Setelah terdiam beberapa saat, akhirnya Ayu segera berlalu dari kediaman milik permaisuri tersebut.
TAP.....TAP......TAP....
Ayu menuju ketempat dimana ibu suri sedang berleha-leha saat ini. Ayu segera memberitahukan kepada ibu suri, jika permaisuri Lien Hua tidak berada di kediamannya..
"Sialan!.....kurang ajar!" maki ibu suri, emosi.
Ternyata menantu tidak bergunanya itu sudah berani untuk menentangnya.
Tidak lama kemudian, ibu suri bergegas bangkit dari kursinya.
SRAK!
Dengan membawa tiga orang pelayan dan tiga prajurit miliknya, ibu suri berjalan menuju kediaman milik permaisuri Lien Hua. Kepalanya memutar kekiri dan kekanan, jika saja dia menemukan permaisuri di sepanjang perjalanannya ini.
DRAP......DRAP.......DRAP...
Sesampainya di kediaman Naga perak milik permaisuri Lien Hua, wanita paruh baya itu memicingkan matanya, saat melihat kediaman itu dalam keadaan sunyi.
Sebelumnya dia mendapatkan laporan, bahwa kediaman ini sedang di bersihkan oleh beberapa pelayan.
"Kok......sepi...?" monolog ibu suri dalam hati
Lalu dia melangkahkan kakinya menuju ke dalam kediaman tersebut, dan langsung mengarahkan dirinya ke kamar yang di huni oleh permaisuri Lien Hua.
TAP...TAP......TAP...
BRAKK .....!
Pintu kamar itu di buka dengan sangat kencang, hingga terbuka lebar .
Ibu suri Zhao Qiolin langsung membelalakkan matanya, saat melihat pemandangan yang ada di dalam kamar tersebut.
Dia melihat jika permaisuri Lien Hua itu sedang terlelap di atas pembaringan, dan pelayan setianya , Nina sedang memijat tubuh permaisuri.
Karena bunyi keras pintu yang terbuka, permaisuri Lien Hua langsung membuka matanya. Dia melihat, di hadapannya sekarang ada seorang wanita paruh baya dengan pakaian resmi yang sedang berdiri dengan wajah emosi.
"Permaisuri Lien Hua! Apa yang sedang kamu lakukan? Dimana sopan santun dan tata kramamu?" seru ibu suri Zhao Qiolin bertanya dengan nada geram.
Lien Hua mengerutkan dahinya, tanda dia sedang berpikir, apakah wanita paruh baya ini sudah pikun?
Apakah dia sudah melupakan kata-katanya yang dulu pernah dia ucapkan kepada raga ini, jika dia tidak butuh penghormatan dari permaisuri tidak berguna seperti Lien Hua.?
"Dasar wanita tua yang aneh! Apa dia mau menjulat ludahnya sendiri sekarang? Heh, kita lihat apa jawabannya.." Monolog Lien Hua kesal
SRAK !
Lien Hua segera bangkit dari atas tempat tidur itu, dan berjalan perlahan mendekati ibu suri Zhao Qiolin sambil membungkukkan sedikit badannya untuk memberi hormat.
"salam kepada yang mulia ibu suri, ada apa gerangan yang mulia datang ke kediaman hamba ini?" tanya Lien Hua dengan nada sopan.
ibu suri Zhao Qiolin mendengus kesal ke arah menantu yang sangat tidak dia harapkan itu.
"Huh, bukankah seharusnya kamu datang menghadap saya, untuk melaporkan saat kamu berada di dalam pengasingan kemarin.?" tanya ibu suri Zhao Qiolin.
Lien Hua menyeringai di balik cadarnya, saat mendengar pertanyaan tersebut.
"Hamba mohon maaf atas kelancangan hamba, yang mulia. Saat ini hamba merasa lelah, akibat perjalanan panjang dari hutan menuju ke istana. Hamba takut kesehatan hamba menurun, sehingga hamba tidak bisa menyambut kedatangan yang mulia kaisar, beberapa hari ke depan..!" jawab Lien Hua lugas.
Lien Hua mencoba menjawab pertanyaan itu dengan yang masuk akal, di hadapan ibu suri Zhao Qiolin.
"Lalu, dimana pelayan yang tadi membersihkan kediamanmu.?" tanya ibu suri.
"Pelayan? Pelayan yang mana, yang ibu suri maksud?" ujar Lien Hua sambil mengerutkan dahinya.
Seolah-olah dia tidak paham dengan pertanyaan yang di lontarkan oleh wanita paruh baya itu..
"Hanya hamba dan Nina yang membersihkan kediaman ini, yang mulia. Bagaimana mungkin ada banyak pelayan yang datang ke kediaman ini, dan membersihkan seluruh kediaman? Selama ini yang mulia ibu suri hanya memberikan hamba satu orang pelayan saja, untuk melayani permaisuri ini.." jawab Lien Hua dengan nada tenang .
Jawaban menohok Lien Hua membuat ibu suri Zhao Qiolin menekuk wajahnya karena kesal.
Namun, ada satu hal yang berbeda dari permaisuri yang ada di hadapannya sekarang.
Jika dulu, permaisuri Lien Hua akan selalu menunduk dan tidak pernah membantah perkataannya, tapi sekarang permaisuri Lien Hua berubah. Dia bahkan berani menjawab pertanyaan ibu suri dengan jawaban yang lugas dan menohok.
"bukankah satu orang pelayan saja sudah cukup untuk melayani dirimu, permaisuri?" tanya ibu suri.
"Itu sangat benar! Yang mulia ibu suri.." jawab Lien Hua dengan terjeda.
------------bersambung---------