Verrint adalah seorang gadis SMA yang bertemu kembali dengan cinta pertamanya melalui reuni bernama Izan. Tetapi Verrint tidak bisa bersama karena pria yang dia sukai telah mempunyai pacar. Verrint tiba-tiba menjadi teman baik dari pacar Izan. Agar menghindari kecurigaan, Verrint pura-pura pacaran dengan sahabatanya Dewo.
Akhirnya paca Izan tau jika Verrint dan Izan saling mencintai. Pacar Izan kecelakaan lalu meninggal. Izan menghilang, Dewo dan Verrint akhirnya resmi pacaran. Tiba-tiba Izan kembali dan mengutarakan isi hatinya pada Verrint.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nisa Fadlilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
Hari ini mbak Yunar tidak ada di rumah Verrint karena harus pulang kampung untuk melihat adiknya yang sakit. Jadi Dewo menggantikan mbak Yunar menemani Verrint di rumahnya. Sejak siang tadi Dewo telah berada di rumah Verrint. Verrint yang kesepian pun tentu tidak keberatan di temani, Verrint malah senang.
Sejak tadi kerjaan mereka hanya makan dan nonton film. Verrint dan Dewo sama-sama menyukai film, jadi hari ini mereka merencanakan untuk nonton banyak film. Gaya berpacaran mereka memang aneh, tapi selama yang mereka lakukan positif, itu tidak menjadi hambatan untuk mereka.
“Hahahaha...” gelak tawa pun keluar dari mulut mereka.
“Gila ni film, lucu abis.” Ucap Verrint.
“Parah... ahahaha...” ucap Dewo menimpali.
“Ahaha... jadi haus.” Ucap Verrint sambil beranjak dari tempat duduknya.
Tak lama terdengar suara pintu rumah Verrint di ketuk. “Tok tok tok...” ketukan itu pun terdengar lagi.
Verrint yang sedang berada di dapur langsung menuju pintu rumahnya untuk membukakan pintu rumahnya. Setelah membuka pintu rumahnya Verrint kaget setengah mati. Verrint berdiri mematung memandangi orang yang ada dihadapannya.
“Hai, Rint!” sapa orang itu.
“Ha... hai...” jawab Verrint gelagapan.
“Aku ganggu gak Rint?” tanya orang itu.
Belum sempat Verrint menjawab, Dewo sudah menunjukkan batang hidungnya disana. “Siapa Rint?” tanya Dewo. “Eh, Zan!” lanjut Dewo kaget.
“Masuk Zan!” ucap Verrint mempersilahkan tamunya masuk.
Izan kemudian masuk ke dalam rumah Verrint lalu dia duduk di sova ruang tamu rumah Verrint. Hari ini penampilan Izan sedikit berbeda, dia terlihat sedikit kacau dan berantakan. Izan masih belum bicara, dia masih terdiam di tempatnya. Sementara Verrint sedang ke dapur untuk mengambil sebuah minuman untuk Izan. Pandangan Izan pun terlihat kosong, dan hanya terfokus pada satu titik sudut di ruangan itu.
Tak lama Verrint kembali dari dapur dengan membawa sebuah minuman untuk Izan. Verrint kemudian meletakkannya di atas meja tamu dan kemudian mempersilahkan Izan meminumnya. “Minum Zan!” ucap Verrint.
“Aku bisa ngomong berdua sama kamu gak Rint?” tanya Izan tanpa basa-basi.
“Oke, gue meningan ke dalem aja deh biar kalian bebas ngomongnya.” Ucap Dewo sadar diri. Tapi Dewo tidak akan lepas begitu saja. Dia ke dalam hanya memberikan kesempatan pada Izan untuk biacara pada pacarnya. Tapi dari dalam rumah Verrint, Dewo tetap mengawasi dan menguping pembicaraan Izan dan Verrint.
“Kamu mau ngomong apa Zan?” tanya Verrint sedikit gugup.
Izan menarik nafasnya dalam-dalam, seakan mengambil ancang-ancang untuk mengungkapkan sesuatu. “Gimana, kamu udah bisa sayang sama Dewo?” tanya Izan tiba-tiba.
“Emh...” Verrint hanya menggumam.
“Kenapa, kamu gak bisa sayang sama Dewo?” tanya Izan tajam.
“Aku gak bilang aku gak bisa sayang sama Dewo, tapi aku lagi belajar buat sayang sama Dewo.” Jawab Verrint.
“Berarti rasa sayang kamu buat Dewo belum muncul.” Ucap Izan menyimpulkan.
“Aku gak bilang kayak gitu.” Ucap Verrint tidak terima. “Maksud kamu apa sih nanyain soal itu?” tanya Verrint penasaran.
“Sama halnya dengan kamu. Selama satu bulan ini aku berusaha keras buat ngelupain kamu, tapi aku gagal.” Ucap Izan. “Aku gak bisa ngehapus nama kamu dari hati aku.” Sambung Izan langsung pada intinya.
JantungVerrint berdetak sangat kencang mendengar penjelasan Izan. Hatinya teriris oleh ucapan Izan. Verrint bingung apa yang harus dia katakan. Verrint hanya bisa mematung di tempatnya. Air matanya pun mulai memenuhi matanya dan ingin sekali tumpah. Tapi Verrint berusah menahan air mata yang hampir tumpah itu. “Jadi maksud kamu dateng ke rumah aku buat apa?” akhirnya pertanyaan itu keluar dari bibir Verrint.
“Aku pengen mendapatkan cinta yang seharusnya aku dapetin sejak dulu.” Jawab Izan dalam.
Tubuh Verrint lemas sejadi-jadinya. “Kenapa hal ini harus terjadi?” pertanyaan itu pun muncul di benak Verrint. Verrint mengatur nafasnya karena air matanya kembali memenuhi matanya. Verrint menarik nafas dalam-dalam sambil memejamkan matanya sejenak.
“Rint, jawab aku Rint!” ucap Izan memaksa.
“Aku harus jawab apa Zan?” tanya Verrint kebingungan.
“Apa aja, apa aja yang bisa bikin hati aku tenang.” Jawab Izan.
Verrint kembali terdiam dalam kebimbangan.
Dewo yang sejak tadi menguping pembicaraan Izan dan Verrint hanya bisa terdiam tanpa melakukan apa pun. Dewo tidak ingin memotong pembicaraan antara Izan dan Verrint. Dewo masih ingin mengetahui sejauh apa pembicaraan Izan dan Verrint.
“Aku tau Rint, kamu masih cinta sama aku. Jadi kenapa kamu harus menyiksa perasaan kamu dengan pura-pura sayang sama orang yang sebenarnya gak kamu sayang?” Ucap Izan.
“Cukup Zan, aku gak mau ngomongin ini lagi.” Ucap Verrint sambil beranjak dari tempat duduknya untuk meninggalkan Izan.
“Tunggu Rint!” Izan memegang tangan Verrint untuk menahan Verrint pergi. “Aku tau Rint, hati kamu Cuma buat aku. Jadi kamu gak usah ngelak.” Ucap Izan sambil terus memegang tangan Verrint.
“Kamu gak tau apa-apa soal perasaan aku.”
“Aku gak yakin, apa kamu masih bisa ngebohongin perasaan kamu setelah ini.” Ucap Izan, kemudian Izan merangkulkan tangannya pada pinggang Verrint dan Izan pun mendekatkan wajahnya pada Verrint. Tanpa terasa bibir Izan pun telah beradu dengan bibir Verrint. Maksud Izan setelah ini adalah setelah Izan mencium bibir Verrint.
Verrint kaget setengah mati dengan apa yang dilakukan Izan. Verrint pun langsung mendorong dan memukul-mukul tubuh Izan sekuat tenagannya. Tapi tenaga Izan lebih kuat dari tenaganya. Verrint pun tidak kuasa melepas ciuman Izan dari bibirnya.
Dewo yang melihat adegan itu tidak terima dengan perlakuan Izan pada kekasihnya. Dewo kemudian melepaskan rangkulan dan ciuman Izan dari Verrint. Emosi Dewo langsung memuncak dan tangannya pun tanpa sadar mengayun dan mendarat tepat di sudut bibir Izan. “ELO JANGAN KURANG AJAR SAMA CEWEK GUE.” Ucap Dewo berapi-api.
Izan pun tersungkur karena pukulan keras dari Dewo, tapi Izan mengacuhkannya. “Rint, aku tau dan yakin cinta kamu Cuma buat aku.” Ucap Izan pada Verrint yang telah berlari masuk ke dalam kamarnya.
“Meningan elo pergi sekarang Zan, sebelum gue berubah pikiran!” ancam Dewo.
Izan tiba-tiba termenung dan seluruh tubuhnya lemas. Dia sepertinya baru tersadar atas apa yang telah dilakukannya barusan. Izan kemudian memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Dia tampak menyesali dengan semua yang telah terjadi.
“Meningan lo pergi sekarang juga Zan!” ucap Dewo sekali lagi sambil mengangkat tubuh Izan yang termenung. Dewo kemudian menyeret Izan keluar dari rumah Verrint. “Kalo elo mau kejar cinta lo, bukan kayak gini caranya Zan!” ucap Dewo sebelum dia menutup pintu rumah Verrint.
Izan masih terdiam di depan pintu rumah Verrint, rasanya kakinya berat untuk melangkah. Kemudian Izan mengumpulkan seluruh tenaganya untuk berjalan meninggalkan rumah Verrint. Entah apa yang merasuki Izan sampai dia berani melakukan hal itu terhadap Verrint.
***
Verrint menangis sejadi-jadinya di dalam kamarnya. Wajahnya di benamkan pada ranjangnya yang besar. Rasa marah, kesal dan sedih pun bercampur jadi satu dalam hatinya. Verrint sangat tidak menyangka pada apa yang telah dilakukan Izan. Verrint benar-benar tidak mengenali Izan saat ini. Entah kemana Izan dulu yang sangat Verrint cintai. Apa mungkin karena kepergian Mia, sifat Izan menjadi berubah? Atau mungkin karena hal lain?
Air mata Verrint terus mengalir diwajahnya dengan derasnya. Verrint tidak mengerti apa masksud Izan melakukan itu pada Verrint? Jika Izan memang ingin membuat Verrint tidak bisa melupakan Izan, tidak perlu dengan cara seperti itu. Tanpa Izan melakukan itu pun Verrint tidak akan bisa melupakan Izan. Karena hati Verrint benar-benar telah terkunci oleh cintanya kepada Izan.
“Rint...” panggil Dewo dari balik pintu kamar Verrint. “Rint, kamu gak pa-pa kan?” tanya Dewo khawatir. “Rint, jawab aku dong!” sambungnya.
Verrint belum menjawab, dia masih belum bisa bicara apa-apa dan Verrint hanya bisa menangis.
“Rint, please dong jawab aku! Kamu gak pa-pa kan?” ucap Dewo bertambah khawatir. “Aku ngerti perasaan kamu Rint, tapi tolong jawab aku. Jangan bikin aku khawatir.” Lanjut Dewo.
Tak lama terdengar suara dari ponsel Dewo. Dari layarnya tertera new messege. Dewo pun segera membukanya.
“Wo, maaf aku mau sndri dulu.
Kamu plng aja yah!”
Dengan sangat terpaksa Dewo pun meninggalkan rumah Verrint. Dia tidak tahu harus melakukan apa pada Verrint. Dewo yakin, saat ini Verrint sangat sedih dan tertekan. Dewo sangat tidak tega melihat Verrint diperlakukan seperti tadi oleh Izan. Walaupun Izan adalah orang yang dicintai Verrint, tapi tetap saja perbuatannya tidak bisa dibenarkan.
Hati Dewo sangat marah dan geram atas perlakuan Izan. Bisa-bisanya Izan melakukan perbuatan itu di depan Dewo. Seharusnya Izan tahu bahwa Dewo adalah pacar Verrint, dan Izan harus bisa menghargai Dewo sebagai pacar Verrint. Tadi akal sehat Izan benar-benar sudah hilang. Dewo takut setelah kejadian tadi, akan membawa dampak yang buruk untuk Verrint.