Prince play boy tingkat dewa yang sudah terkenal dengan ketampan nya, cukup dengan lirikan nya mampu membuat para kaum hawa menjerit histeris meminta Prince untuk menikahi mereka.
Suatu hari Prince mendapatkan tantangan untuk memacari siswi terjelek disekolah nya selama seminggu, namun jika ia menolak hukuman yang harus ia terima yaitu memutuskan semua pacar nya yang sudah tidak terhitung jumlah nya.
Prince mau tak mau menerima tantangan teman nya yaitu memacari adik kelas nya yang di cap siswi terjelek disekolah.
Berniat untuk mempermainkan adik kelas nya, Prince justru terjebak oleh permainan nya sendiri.
bagaimana kelanjutan nya, langsung cek sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penulismalam4, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cuma dia yang bisa
Rumah mewah nan megah itu terlihat suram dan sepi, seorang pemuda dengan penampilan yang berantakan masuk kedalam dengan acuh.
"Den Eric sudah pulang?" ujar seorang wanita baya menghampiri Eric.
"Hm" jawab nya acuh dan langsung pergi kekamar nya.
Eric membuka lemari nya dan mengambil sebuah figur foto yang selalu ia simpan.
Menatap foto itu sejenak lalu mencium nya, Eric memasukkan kedalam tas nya lalu keluar dari kamar nya.
Saat menuruni tangga ia berpapasan dengan pria paru baya menatap tajam dirinya.
Namun dengan acuh nya ia berjalan melewati Pria itu bahkan menyenggol kuat bahu pria paru baya itu.
"Anak sialan yang tak tau terimakasih!" bentak Pria paru baya marah.
Eric menghentikan langkahnya lalu menoleh kebelakang, ia tersenyum remeh menatap pria itu.
"Kenapa lo gak mati aja sana!" setelah mengatakan kalimat sarkas itu Eric pergi meninggalkan pria paru baya yang menatap nya dengan marah.
________
Eric keluar dari mobilnya, ia merapikan rambutnya dan pakaian nya, lalu mengambil bunga didalam mobil nya.
Eric berhenti tepat didepan gundukan tanah yang sudah lama tak pernah ia kunjungi.
"Assalamualaikum Ma, Eric datang" ujar nya dengan suara bergetar.
Eric meletakkan bunga yang ia beli di baru nisan itu, Eric mengusap batu nisan yang usang itu lalu mencium nya dan saat itu pula air matanya menetes.
"Maafin Eric ya ma baru bisa datang sekarang, Eric kangen mama" ujar nya.
"Eric sekarang udah gede ma, Eric udah bisa cari uang sendiri dan bisa melindungi diri Eric dan orang-orang yang Eric sayang" ujar nya sembari mengusap batu nisan itu.
"Kalo mama disini pasti mama bangga sama Eric" ujar nya.
Eric mengusap air mata nya dan tersenyum, ia mengadakan tangan nya sembari membaca doa, setelah selesai ia mencium kembali batu nisa itu.
"Eric pulang ya ma, nanti Eric kesini lagi" ujar nya.
Eric berdiri dan pergi dari sana meninggalkan pemakaman itu.
_________
Di kantin yang super ramai dimeja pojok Prince dkk sedang duduk sembari menunggu pesanan mereka datang.
Seperti biasa Margaret diapit Prince dan Eric, belum lagi keduanya yang bersikap manja secara terang-terangan membuat siswi disana memandang iri Margaret.
"Eh anjing lo lepas gak tangan lo jangan peluk cewek gue anjing!" marah Prince menepis tangan Eric.
"Dih suka-suka gue dong tangan-tangan gue" ujar Eric semakin erat memeluk tangan kiri Margaret.
"Yanggg" rengek Prince.
Margaret menghela nafas panjang, ia sendiri sudah lelah dengan keduanya, Eric semakin lengket dengan nya sedangkan Prince semakin posesif.
"Ric lepas" ujar Margaret.
Bukan nya melepaskan Eric justru malah semakin erat memeluk tangan Margaret.
"Makanan datang!" Karin dan Gio datang membawa pesanan mereka.
"Mar tu cicak kenapa nempel mulu dah?" tanya Karin menatap kedua pemuda itu.
"Udah gue usir, nempel lagi Rin" jawab Margaret yang justru mengundang tawa teman-teman nya dan mendapatkan cebikan dari kedua pemuda itu.
"Eh btw yang cowok kagak pada Jum'at an?" tanya Karin sembari memakan bakso nya..
"Btw kita nonis njing!" ujar Gio melempar tisu ke Karin.
Margaret hanya tersenyum menatap mereka lalu menatap Prince yang asik mengunyah sembari memilin rambutnya.
Tatapan Margaret beralih ke Eric yang juga melakukan hal yang sama.
"Tadi sholat gak?" tanya Margaret ke Eric.
Semua langsung menatap Margaret dan Eric termasuk Prince.
"Oh iya gue lupa Eric Muslim" ujar Gio nyengir.
Karin melempar Gio dengan garpu nya hingga mengenai kening pemuda tampan itu.
"Teman sendiri lupa lo!" ejek Karin.
Eric tersenyum lalu mengangguk cepat.
"Udah dong Baby girl, kalo itu mah gak pernah tinggal" jawab nya sembari menerima suapan Margaret.
"Bagus jangan sampai tinggal, sholat tepat waktu seburuk apapun keadaannya" ujar Margaret sembari menepuk-nepuk kepala Eric.
Eric tersenyum manis lalu mengangkat tinggi dagunya menatap Prince sombong karna Margaret menepuk-nepuk kepala nya.
"Ayang Prince gak ditanyain" ujar Prince menunjuk dirinya sendiri sembari mencebikan bibir nya.
Margaret beralih menatap Prince, lalu menggeleng pelan.
"Kan Prince nonis, gak mungkin Jum'at an" ujar Margaret.
Bahu Pricne merosot mendengar ucapan Margaret, benar juga diakan nonis.
Prince memeluk Margaret erat, menyembunyikan wajahnya di bahu gadis itu.
"Sudah jangan sedih, lo juga harus sering beribadah kak sesuai dengan keyakinan lo" ujar Margaret mengusap kepala Prince.
"Wah berat ni cinta beda agama" ujar Andrew membuat semua mengangguk.
"Tembok nya tebal cuy tinggi lagi" ujar Gio dibalas tawaan oleh yang lain nya.
_________
Margaret menatap kedepan dengan diam menunggu apa yang akan dikatakan oleh Eric.
Eric pemuda itu juga hanya diam menatap ke depan, ia bingung mau memulai dari mana.
"Margaret" panggil Eric.
"Ngomong aja Ric, gue gak bakal marah" ujar Margaret yang mengerti maksud dari panggilan Eric.
"Gue cinta sama lo" ujar Eric to the poin menatap Margaret dalam.
Margaret tersenyum tipis menatap Eric, ia mengangguk singkat sebelum akhirnya menghela nafas panjang.
"Harus gue jawab?" tanya Margaret menatap Eric.
Eric menggeleng pelan, ia mengambil tangan Margaret menggenggam nya membuat tangan gempat itu tenggelam ditangan besarnya.
"Gue gak butuh jawaban lo, gue ngomong cuma mau lo tau perasaan gue itu aja" ujar nya menatap Margaret.
"Demi Prince?" tanya Margaret.
Eric mengangguk sembari tersenyum tipis, ia kembali menatap Margaret.
"Iya" jawab nya singkat.
"Kenapa?" tanya Margaret lagi.
Eric menghela nafa panjang, ia menyadarkan kepala dibahu Margaret fokus menatap kedepan sembari memainkan tangan Margaret.
"Karna cuma dia yang bisa jagain lo" jawab Eric pelan.
"Gue ngungkapin perasaan gue karna gue gak mau mendam perasaan gue Mar, gue mau lo tau dan untuk jawaban nya gue udah dapat sebelum gue ngungkapin_" ujar Eric menjeda ucapan.
"Karna lo cinta jugakan sama Prince? Dan Prince bunlol sama lo, dari sekian banyak nya pacar Prince, cuma sama lo dia bersikap bebas dan nunjukin sisi lain nya selama ini, karna lo satu-satunya cewek yang berhasil nakluin hati beku seorang Prince" lanjut nya sembari tersenyum manis.
Eric mendongak menatap Margaret yang juga menunduk menatap nya.
"Tolong jaga Prince, karna hanya dengan Lo hati nya menjadi lembut" pinta Eric.
Margaret menatap Eric lama lalu kembali menatap kedepan dengan diam, Margaret hanya tersenyum menanggapi permintaan Eric.
Kemudian keduanya sama-sama terdiam menatap kedepan dengan posisi yang masih sama, Eric mulai memejamkan mata nya dan tertidur.
Tak jauh dari tempat Eric dan Margaret duduk Prince menatap mereka dengan diam, ia mengepal tangan nya melihat kedua sejoli itu.
Dengan amarah yang menggebu Prince mendekati kedua nya dan langsung duduk ditengah memisahkan jarak diantara mereka sehingga membuat Eric terbangun.
"Eh njing apa-apaan sih lo!" ujar Eric tak terima.
"Kutu babi sana lo jangan dekat-dekat cewek gue!" usir nya marah.
"Cih!" Eric mendecih lalu pergi dari sana meninggalkan kedua kekasih itu.
"Yang tadi kutu babi ngomong apa aja sama lo?" tanya Prince langsung mengintrogasi Margaret.
Margaret menggeleng pelan sebelum ia menjawab.
"Eric nyantain perasaan nya kak" jawab Margaret membuat kedua mata Prince melotot marah.
"Terus lo jawab Yang? Lo terima?" tanya Prince cepat.
Margaret mengusap rahang Prince dan kembali menggeleng.
"Gimana gue bisa jawab kak, kalo gue cinta nya sama lo" jawab Margaret
Prince terdiam sejenak mencerna ucapan Margaret, setelah beberapa saat matanya kembali melotot menatap Margaret.
"APA?!
_______________