Aku begitu mengharapkanmu setelah kau merusakku. Kau yang lari dari tanggungjawab hanya demi reputasimu! Kau juga yang telah menyiksaku dengan meninggalkan benih ini! Dan sekarang kau kembali setelah aku begitu benci? Lalu kenapa kau kembali setelah aku ingin membuka hati untuk orang lain? Kenapa kau kembali dengan caramu yang membuatku bimbang atas semua kehidupan yang aku alami selama ini? Aku harus bagaimana? Kenapa hati ini begitu berat untuk membencimu. Apakah aku mencintaimu atau mencintainya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagita chn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Ini yang kamu mau kan?
Sudah 20 menit berlalu. Zeline berusaha untuk tidur, namun ia tak kunjung tidur juga. Sementara Aldigar terlihat terpejam di atas sofa itu dengan anteng. Apalagi jika bukan sudah terlelap tidur sejak tadi.
Dia enak sekali bisa tidur nyenyak? Lah aku kalau diapa-apain dia bagaimana?
Aduhh! Mana aku merasa enek lagi.
Sementara rasa mual mulai membual menyelimuti diri Zeline. Hampir setiap malam ia seperti itu. Kali ini ia pun tak sanggup untuk menahan rasa mualnya dan langsung berlari ke toilet.
"Hueekkk----"
Aku kira aku tidak akan mual malam ini.
"Hueekkk----" Zeline tidak tahan lagi. Ia sudah memuntahkan semua makanan yang ia makan tadi di toilet itu.
Kenapa aku harus seperti ini terus. Tidak bisakah tidak mual sehari. Apa rasanya ngidam itu seperti ini ya Tuhan.
Zeline hanya bisa meratapi dirinya sekarang. Ia terlihat melamun sambil bertumpuan wastafel di toilet itu. Karena dirasa ia masih ingin mual.
Banyak sekali yang ia pikirkan. Mulai dari kehamilannya saat ini hingga kehidupan kedepannya nanti.
"Kamu tidak papa?"
Kehadiran Aldigar mengagetkan Zeline, membuatnya buru-buru mengusap air matanya.
"Kenapa Anda masuk? Sana keluar!" Ketus Zeline, ia kesal dengan kehadirannya dan merasa terganggu.
Aldigar tidak menjawab apapun. Ia segera mengambil tisu dan mengusap lembut wajah Zeline yang terlihat berkeringat dan memerah.
"Masih mau muntah?" Bertanya lembut lagi Aldigar.
Lagi-lagi Zeline hanya menatapnya sinis. Ia juga segera keluar dari toilet itu meninggalkan Aldigar. Pokoknya ia tidak ingin berduaan dengannya, apalagi didalam toilet seperti tadi.
Mau sampai kapan ia akan seperti ini terus padaku?
Aldigar tidak peduli itu. Ia tetap akan menghadapi Zeline dengan sabar malam ini. Ia juga merasa iba sendiri setelah tak sengaja melihatnya menangis tadi.
Zeline duduk kembali ditepian ranjang. Ia juga terlihat membersihkan wajahnya sendiri dengan tisu, yang sebelumnya sudah di bersihkan Aldigar dengan lembut lebih dulu. Namun karena canggung ia tetap membersihkan wajahnya yang sudah bersih untuk kegiatan.
"Apa kamu sering mual-mual begini?" Tanya Aldigar lagi. Tak lupa dengan suara lembutnya pula.
"Menurut Anda!" Tetap saja dibalas ketus oleh Zeline.
"Sepertinya kamu memuntahkan semua makananmu tadi. Sekarang kamu mau apa? Biar aku pesankan?"
"Tidak usah. Aku tidak ingin apapun!"
"Kamu yakin itu? Nanti kamu lapar ditengah malam bagaimana?"
"Apa pedulimu? Sana jangan dekat-dekat! Kenapa Anda bangun? Kenapa tidak tidur saja!" Kesal Zeline lagi. Ia juga terlihat mengundurkan diri untuk menjauhinya. Intinya dia merasa kesal setiap kali bersamanya.
Beraninya dia seperti ini terus!
"Kamu yakin tidak mau apapun? Apa kamu mau buah atau apapun itu biar aku pesankan?"
"Apa Anda kesambet? Bisa jauh-jauh dariku! Aku hanya ingin Anda pergi saja! Tidak usah pura-pura baik padaku!" Tegas Zeline semakin kesal.
"Siapa yang pura-pura Baik Zeline? Aku juga peduli sama kamu. Mintalah apapun yang kamu mau saat kamu bersamaku dan jangan hanya dengan Finn saja. Jika kamu mengidamkan sesuatu sekali-kali mintalah kepadaku juga?"
"Anda tidur saja disini. Biar aku tidur disofa!" Ketusnya lagi, sembari berdiri untuk meninggalkan lelaki itu. Ia selalu merasa muak jika berada didekatnya.
Tetapi Aldigar sudah menahan tangannya lebih dulu. Ia sedikit memaksanya untuk duduk kembali, bahkan Aldigar langsung memeluk Zeline dengan hangat sekarang. Ia ingin meminta maaf.
"Maafkan aku Zeline. Aku tahu aku salah. Tapi beri aku kesempatan untuk memperdulikanmu kali ini saja. Aku tidak sedang pura-pura. Aku tidak bisa melihatmu seperti ini terus kepadaku" Jelasnya sambil mengeratkan pelukannya. Ia juga berbicara lembut dan tulus sekali saat didengar. Entah kenapa Aldigar benar-benar ingin memeluknya malam ini.
Semerbak harum tubuh Aldigar juga membuat Zeline merasa tenang dan nyaman sebenarnya. Hangatnya pelukan itu juga begitu berasa, namun lagi-lagi ia teringat kejahatan lelaki ini padanya.
"Kenapa Anda memelukku? Dasar mesum! Lepasin!"
Ihhh. Kenapa juga aku mau dipeluk sama dia! Menyebalkan!
Aldigar melihat tingkah Zeline yang benar-benar kesal padanya, namun dengan jelas ia juga menerima pelukannya tadi.
Aldigar pasrah. Ia mengambil ponselnya disofa, lalu memesan beberapa makanan dan buah ke pihak hotel untuk segera diantar ke kamarnya.
"Biar aku yang disofa, kamu istirahatlah."
Ia juga mengalah untuk duduk disofa saja dan menyuruh Zeline agar berbaring dan beristirahat kembali diranjang.
Tak lama pesanan Aldigar pun datang juga dari pihak hotel yang sudah ia konfirmasi. Ada beberapa buah, cemilan dan beberapa makanan juga yang ia pesan. Zeline yang melihat itu hanya bisa tertegun dan tak habis pikir dengannya.
"Aku takut kamu lapar nanti. Makanlah apapun yang kamu mau." Ujar Aldigar yang lagi-lagi lembut dan mendekatkan semua makanan itu ke atas meja yang ada disampingi ranjang Zeline.
Zeline hanya diam saja. Sejujurnya makanan itu terlihat enak-enak batinnya. Tingkah Aldigar yang lembut seharian ini pun membuatnya tenang sebenarnya. Tidak terlihat adanya tanda-tanda lelaki itu akan berbuat nakal sampai sekarang. Bahkan mengingat pelukannya yang hangat tadi membuatnya berdebar.
Ting!
Dering pesan menyadarkan Zeline yang sedang curi-curi pandang menatap Aldigar yang sudah berbaring kembali ke sofa. Melihat pesan dari Finn membuatnya langsung girang tanpa sadar.
"Pak Finn," Girangnya.
Bahkan Aldigar sampai menoleh mendengar suara Zeline menyebut nama Finn tiba-tiba. Ia sudah mencoba memejamkan matanya lagi tadi, namun sekarang jadi segar bak tersiram air es melihat Zeline senyum-senyum sendiri seperti itu menatap ponsel.
"Kenapa belum tidur? Ini sudah malam," Pesan Finn pada Zeline. Ia juga baru sempat membalas pesan Zeline karena sibuk.
"Aku tidak bisa tidur. Disini terlalu dingin. Kenapa Anda juga belum tidur? Apa Anda lembur? Pasti Anda sangat sibuk hari ini,"
"Tidak juga. Ini juga mau tidur. Tidurlah, pakai selimutnya. Kamu harus jaga kesehatan kamu dan perbanyak tidur. Kamu sedang berbadan 2 sekarang, jangan membuatku berulang-ulang mengatakan ini,"
"Sudah. Tapi masih terasa dingin. Mungkin karena suhu AC nya yang terlalu dingin untukku."
"Bilang kepada Tuan muda, turunkan suhu AC-nya Zeline."
"Malas! Aku tidak mau berbicara dengannya. Menyebalkan sekali! Dia memang selalu menyiksaku!"
"Kalau begitu tutupi seluruh tubuhmu dengan selimut. Bila perlu peluk salah satu bantalnya, tidurlah Zeline ini sudah malam."
Pak Finn memang perhatiannya ya. Kalau diliat-liat dia juga ganteng.
Malah mengamati foto profilnya.
Sssttt!
Ponsel itu sudah ditarik oleh Aldigar. Entah sejak kapan ia berdiri di dekatnya dan sekarang sudah merebut ponsel itu.
"Jika tidak mau makan maka setidaknya tidurlah. Ini sudah malam, jangan menyiksa anakku!" Aldigar penasaran sekali dengan isi ponsel itu. Entah kenapa ia tidak bisa mengontrol dirinya setiap kali mendengar kata Finn dari mulut Zeline. Terlebih melihatnya senyum-senyum seperti tadi.
"Kembalikan ponselku! Apa yang Anda lakukan?" Kesal Zeline sambil berusaha mengambil ponsel itu darinya. Namun Aldigar lebih tinggi, tentu saja ia tidak bisa menggapai ponsel itu begitu saja.
"Kembalikan!"
"Aku ingin lihat!"
"Tidak sopan sekali! Itu privasi ku! Kembalikan!"
Aldigar tidak peduli dengan apa yang dikatakan Zeline. Ia sudah membaca semua pesan itu.
Sial! Beraninya dia bersikap seperti ini!
Aldigar langsung mengurangi suhu AC kamar itu dengan kesal.
Brakkk!
Bahkan ia sudah melempar remot AC-nya begitu saja.
Ia langsung menaruh ponselnya dan ponsel Zeline di lemari yang paling atas. Sekarang tidak ada lagi yang memegang ponsel. Keduanya harus segera istirahat, pikirnya.
"Apa yang Anda lakukan?"
"Sekarang tidur. Ini sudah malam!" Aldigar langsung naik ke atas ranjang.
"Lalu kenapa Anda naik?!!"
"Kenapa? Kau bilang aku menyiksamu karena kedinginan dengan mencari perhatian Finn kan? Ya aku akan menyiksamu sekarang!" Aldigar sudah menarik selimut itu dengan kasar sambil menatap Zeline tajam. Tentu saja detak jantung Zeline terasa mau meledak ditatap seperti itu olehnya. Lelaki ini bisa melakukan apa saja pikirnya.
Aduhhh dia mau ngapain!
"Sekarang lihat! Bagaimana aku akan menghangatkanmu Zeline! Ini yang kamu mau kan? Setahuku aku tidak pernah merasa menyiksamu sampai kedinginan! Beraninya kamu mengatakan ini pada Finn! " Pekiknya. Aldigar sudah memeluk Zeline dengan paksa. Baru kali ini ia merasa kesal sekali dituding selalu menyiksanya.
"Lepasin!" Sengit Zeline menolak pelukannya.
"Ini maumu bukan? Semakin kamu bergerak aku akan semakin bertindak! Cukup diam dan tidur Zeline! Atau aku akan berbuat lebih jika kau membuatku marah!" Tegas Aldigar, yang terdengar begitu serius.
Aldigar kembali mengeratkan pelukannya pada Zeline.
Zeline akhirnya pasrah. Ia mulai terdiam karena merasa takut. Tenaga Aldigar tersasa begitu kuat tentunya, terlihat jelas dari kencangnya jeratan pelukan itu. Sejujurnya ia merasa kesal dan tidak mau seperti ini, namun pelukan Aldigar memang terasa sehangat itu.
"Tidurlah, sebelum aku berubah pikiran!" Sengit Aldigar lagi di telinganya, membuatnya semakin takut.
Zeline hanya bisa mengernyitkan dirinya sambil memejamkan mata. Ia rasa ia memang harus berusaha tidur saja, mumpung singa ini sedang waras pikirnya.
Sudah cukup lama mereka berbaring. Sekarang Zeline pun terasa sudah anteng sekali. Mungkin ia sudah tertidur. Aldigar terlihat mengendurkan pelukannya, lalu mengelus perut Zeline dengan lembut dan meminta maaf padanya dengan berbisik kecil.
"Maafkan aku Zeline. Aku tahu, aku benar- benar telah menyiksamu. Aku pasti akan menebus semua ini nanti..."
lanjut thor gak sabar nih.. /Chuckle/