Galuh yang difitnah oleh penduduk kampung dan dibuang dihutan larangan, hutan yang menyimpang segudang misteri.
Dapatkah galuh membalaskan dendam dan menemukan dalang dari orang yang menghasut penduduk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaacy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9: Sebuah foto hitam putih
Galuh melihat foto hitam putih tersebut yang didalamnya terdiri dari 3 orang, ia sama sekali tak mengenal 3 orang tersebut dan sebagian foto itu sudah memudar. Dan mengambil surat yang berada dibawah foto itu, ia melihat sebagian dari surat itu sudah termakan oleh rayap, tapi masih bisa di baca.
"mbak, namaku marni istri dari mas damar aku tau kamu dan mas damar telah menikah secara diam-diam dan kalian sudah memiliki anak. Tapi saya mohon sama mbak, izinkan mas damar untuk menemui kami dan bermain sebentar dengan anak perempuan saya." Bagaikan disambar petir disiang bolong, galuh sangat kaget dengan isi surat tersebut, ia tak menyangka jika ayahnya-damar sudah menikah dan memiliki seorang anak perempuan, lebih parahnya lagi sang ibu ternyata dijadikan istri kedua oleh ayahnya.
"Kenapa ibu tak pernah ngomong soal ini? Dan kemana sebenarnya ayah pergi." Gumam galuh yang merasa pusing, dadanya sesak setelah membaca surat tersebut, ia tak menyangka ternyata dia selama ini punya kakak perempuan, walaupun bukan kakak kandung.
Saat galuh sedang melamun ia melihat di antara baju-baju ibunya, galuh melihat sebuah surat yang terselip. Ia segera berdiri untuk mengambil surat tersebut. Ternyata surat itu masih utuh
"Seperti nya surat ini belum lama dibuat." Ucap galuh seraya membuka surat tersebut, dan segera membacanya.
"Galuh anakku, jika kamu sudah menemukan kotak itu dan membaca surat yang ada didalamnya, ibu harap kamu nggak terkejut, jangan salahkan ayahmu nak, ia tak bersalah. Justru kami hanya korban dari ke egoisan nenek dan kakek mu. Nak tolong ibu, tolong cari dan temukan marni sampaikan permohon maaf ibu kepada marni. Dan cari seorang pria bernama renggo, ia akan menjelaskan semuanya." Setelah membaca surat itu, galuh menjadi semakin pusing, ia tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Dan ia harus mencari marni dan pria yang bernama renggo, ia penasaran apa yang sebenarnya terjadi waktu itu.
"Aku harus segera pulang, untuk masalah itu aku akan mencari jalan keluarnya nanti." Ucap galuh seraya melangkah kan kakinya dari kamar sang ibu, galuh segera keluar melewati pintu belakang dan segera masuk kedalam hutan. Tanpa ia ketahui di kejauhan seseorang melihatnya yang baru keluar dari rumah itu.
"Galuh, kamu kembali." Ucapnya yang segera meleset pergi.
Kira-kira siapa orang itu.?
***
Galuh saat ini sedang duduk dibawah pohon, saat ia akan melanjutkan perjalanannya, tiba-tiba dari balik semak-semak ia mendengar langkah kaki.
*Srek, srek.* Bunyi langkah kaki itu semakin mendekat, galuh semakin waspada dan pandangannya tak lepas dari semak-semak. Tak lama keluar 1 sosok berjubah hitam yang membawa pedang laras panjang. Galuh segera mundur pandangannya begitu awas, ia tak menyangka akan dihadang ditengah hutan seperti ini.
"Siapa kamu?." Tanya galuh dengan gugup.
Orang berjubah hitam itu tidak menjawab dan segera menyerang galuh, galuh yang belum siap akhirnya terkena pukulan di area perut, membuat galuh memuntahkan darah segar.
"Argghh." Teriak galuh yang meringis kesakitan. Ia mencoba bangun dan memasang kuda-kuda untuk melakukan perlawanan. Orang itu yang melihat galuh sudah bersiap, ia segera menyerang lagi, galuh berusahan melawan.
*Bughh." Satu pukulan dilayangkan galuh ke arah rahang orang itu. Pria itu hanya mundur 3 langkah, ia sama sekali tak merasa kesakitan. Tiba-tiba pria tersebut sudah berada di belakang galuh dan melakukan pukulan beruntun, membuat galuh tergeletak dirumput-rumput. Pria itu segera mendekat dan mengeluarkan pedang tersebut, galuh hanya memejamkan matanya, pria itu segera mengangkat pedangnya. Saat akan mau menusuk galuh. Tiba-tiba ada seseorang yang membawa galuh dengan cepat, sontak saja membuat pria itu mengeram marah.
"Sial, aku gagal untuk membunuhnya." Geram pria itu, ia segera pergi meninggalkan hutan tersebut.
****
Sedangkan saras yang menyelamatkan galuh segera membawa galuh yang sudah tak sadarkan diri untuk mesuk kedalam gubuk.
"Huh, menyusahkan saja." Gerutu saras yang sedang mengobati luka galuh yang sudah sadar dari pingsannya.
"Erghh" Galuh hanya meringis.
"Berlatih lah yang rajin supaya kamu bisa menjaga diri." Ucap saras dengan dingin, ini kali pertamanya saras memanggil dengan sebutan 'kamu'.
"Terimakasih, saras." Ucap galuh dengan tulus, saras hanya menangguk dan masuk ke dalam kamarnya.
Galuh seketika memikirkan ucapan saras tadi, saras benar ia harus berlatih dengan rajin supaya bisa menjaga diri.
*Malam harinya*
Galuh sedang duduk diluar bersama saras, rembulan malam itu sangat terang, mereka sama-sama terdiam dan larut dalam pikirannya masing-masing.
"Saras, kamu sudah lama tinggal disini?." Pertanyaan galuh memecah ke heningan diantara mereka berdua.
"Belum terlalu lama sih." Jawab saras.
"Memangnya kenapa?." Lanjutnya lagi.
"Tidak ada, aku hanya penasaran aja kok bisa kamu tinggal seorang diri disini." Ucap galuh kepada saras.
"Karena aku sedang menjalankan tugas." Jawab saras.
"Hahaha, kamu ini lucu sekali ya saras? Masa bertugas dihutan sih." Ucap galuh yang merasa jawaban saras sangat lucu.
"Aku masuk dulu." Ucap saras yang segera meninggalkan galuh sendiri.
Di dalam kamar, saras hanya terdiam sembari memegang satu foto seorang wanita, ia memandangi foto tersebut dengan tersenyum.
"Ibu, ibu kenapa memberikan aku tugas yang sangat sulit." Ucap saras dengan lirih.
Ia segera merebahkan tubuhnya dan bersiap akan tidur. Sedangkan diluar rumah, galuh sedang berdiam, tiba-tiba dari kejauhan ia mendengar suara ketawa yang melengking, ia sangat mengenali ketawa tersebut.
"Hihihi, galuh aku kembalii." Ucap putih yang langsung muncul dihadapan galuh membuat pria itu hampir berteriak.
"Dasar kunti kampret, kamu ini mengagetkan ku saja." Kesal galuh.
"Hihihi, maaf kan aku galuh." Ucap putih dengan cengegesan.
"Tumben kamu baru muncul? Kemana saja?." Tanya galuh dengan penasaran.
"Cie, kamu kangen ya sama aku?." Jawab putih dengan menyeringai.
"Aku cuma nanya." Ucap galuh dengan dingin, ia merasa kesal kepada putih.
"Aku sedang memulihkan tenaga." Sahut putih membuat galuh teringat saat putih menghalau genderuwo itu.
"Kamu tidak apa-apa kan?." Tanya galuh dengan khawatir.
"Cuma kehabisan energi aja hihihihi." Jawab putih dengan santai.
"Maaf kan aku putih." Ucap galuh dengan sesal.
"Tak apa, kamu segera lah masuk kerumah." Ucap putih yang menyuruh galuh masuk kedalam gubuk itu.
"Kamu mau kemana?." Tanya galuh.
"Aku mau tidur, capek." Jawab putih yang segera menghilang.
"Aneh banget, masa kunti tidur." Gumam galuh, dan segera masuk kedalam gubuk. Galuh melihat pintu kamar saras sudah tertutup itu artinya saras sudah tidur.
Galuh pun segera tidur, ia berencana esok pagi akan pergi ke air terjun itu untuk berlatih lagi.