Gairah Dosen Arrogant

Keesokan hari nya ayah dan anak itu sarapan bersama di meja makan.

"apa yang ingin papa bicarakan?" Radha langsung menodong sang papa dengan pertanyaan yang membuat nya penasaran sejak semalam.

"apa tidak sebaiknya kita sarapan dulu?" saran Wijaya.

"tapi Radha ingin mendengar cerita papa sekarang." rengek Radha.

Huh

"baiklah, papa akan cerita sekarang." Wijaya mulai menceritakan masalah perusahaan nya.

"jadi papa bangkrut?" tanya Radha to the point.

"hampir saja nak, papa hampir bangkrut karena semua investor tiba tiba saja menarik semua saham nya dari perusahaan papa. Otomatis perusahaan papa kolaps karena kekurangan dana yang cukup besar." jelas Wijaya.

"terus sekarang bagaimana pah?" tanya Radha khawatir.

"semua perusahaan belum ada yang mau menerima pengajuan kerja sama dari perusahaan papa. Tapi ada satu perusahaan yang menerima nya, bahkan akan menanamkan saham 50% di perusahaan papa." jelas Wijaya panjang lebar. "tapi pemilik perusahaan tersebut mengajukan syarat.." sambung Wijaya.

Radha masih menyimak cerita papa nya. "apa syarat nya?" tanya Radha penasaran. Perasaan nya sudah mulai tidak enak.

Wijaya ragu untuk mengatakan hal itu pada putri nya. alhasil Wijaya terdiam untuk beberapa saat.

"katakan pah! Apa syarat nya?" Radha semakin penasaran karena papa nya hanya diam.

"beliau ingin menikahi mu, nak." lirih Wijaya.

Deg

Radha terdiam mendengar penuturan papa nya. Lantas Radha kembali membuka suara.

"memang nya beliau siapa pah? Dan seperti apa? Apakah sudah tua dan gendut?" Radha ingin memastikan dugaan nya.

Wijaya terkekeh mendengar pertanyaan putri nya yang menurut nya sangat lucu.

"ko malah ketawa sih pah? Radha serius." rengek Radha.

"beliau masih muda dan tampan, hanya saja..." Wijaya menggantung ucapan nya sebelum kembali melanjutkan. "hanya saja dia seorang duda beranak satu." sambung Wijaya.

"nama nya siapa pah?" Radha masih ingin mendengar secara jelas. Meskipun hati nya sudah mulai resah.

"nama nya Devano Putra Abimanyu." tegas sang papa.

Radha tidak lagi terkejut karena memang ia sudah menduga nya sejak awal sejak papa nya pulang larut malam dan mengatakan ada masalah perusahaan.

"ternyata pria itu benar benar serius dengan perkataan nya." batin Radha.

"bagaimana nak, apa kamu bersedia menerima tawaran nya demi mengembalikan perusahaan papa?" tanya Wijaya. "atau jika pun kamu menolak papa tidak akan memaksa. Karena kebahagiaan kamu jauh lebih penting dari apapun." jelas Wijaya.

Radha sangat bimbang, satu sisi ia belum siap menikah apalagi dengan pria yang tidak Radha cintai. Tapi di sisi lain Radha tak ingin perusahaan papa nya bangkrut karena keegoisan nya, apalagi banyak orang yang bergantung di perusahaan itu, dan jika bangkrut otomatis semua orang akan kehilangan pekerjaan nya.

"Radha bersedia pah, demi papa dan semua orang yang bergantung di perusahaan kita agar tidak kehilangan pekerjaan mereka." lirih Radha.

Wijaya tersenyum haru, rupanya putri kecil nya itu sudah memiliki pemikiran yang dewasa, Wijaya sangat senang sekali mendengar nya.

"apakah papa tidak salah dengar?" Wijaya memastikan.

Radha menganggukan kepala sambil tersenyum tipis. "papa tidak salah dengar, aku bersedia membantu papa untuk mengembalikan perusahaan kita."

"Alhamdulillah, terimakasih sayang." Wijaya sangat bahagia mendengar penuturan Radha.

.

.

.

.

.

Sementara Devan tersenyum senang setelah mendapat kabar dari Wijaya jika putri nya bersedia menikah dengan nya. Malam ini juga Devan berniat ke rumah Wijaya untuk melamar gadis yang bisa membuat nya kembali bergairah setelah sekian lama.

Devan mengendarai mobil nya menuju kediaman kedua orang tua nya yang baru pulang dari perjalanan bisnis ke kota Paris. Dan saat ini pun Rega sedang bersama Oma dan opa nya untuk melepas rindu.

kurang lebih 30 menit, Devan sampai di sebuah mansion megah keluarga Abimanyu.

Baru masuk Devan langsung di sapa hangat oleh teriakan Rega putra nya.

"papa!" teriak bocah itu.

Devan menghampiri Rega yang sedang duduk di sofa bersama Marwa mama nya Devan.

"anak kesayangan papa lagi apa hmm?" tanya Devan sambil mencium gemas pipi Rega.

"lagi main Lego di temanin sama Oma." jawab Rega.

Devan menanggapi nya dengan senyum sambil mengacak rambut putra nya dengan gemas.

"jangan dulu menjemput cucu ku, aku masih kangen pada nya!" sungut marwa.

"aku kesini bukan untuk menjemput Rega mom." bantah Devan.

"hmm seperti nya ada hal yang sangat penting, ada apa?" tanya marwa kepada putra nya.

"temani aku untuk melamar seorang gadis malam ini." jawab Devan to the point.

Marwa terkejut untuk sementara sampai pada akhirnya wanita paruh baya yang masih terlihat cantik di usia nya yang tak lagi muda itu langsung menggeplak tangan Devan dengan gemas.

"kau yang seorang duda beranak satu ingin melamar seorang gadis?" tanya marwa.

Devan mengusap bahu nya yang di geplak sang mama. "memang nya apa salah nya, mom?" protes Devan.

"masalah nya dia nya mau tidak sama kamu, terus nanti gadis itu juga harus bisa menerima Rega dengan sepenuh hati." jelas Marwa apa adanya.

Devan terdiam untuk beberapa saat sebelum menjawab.

"nah diam kan, gak bisa jawab!" sindir marwa. "ini pasti kamu nih yang ngebet pengen nikah lagi kan." lanjut Marwa.

Devan mengusap wajah nya frustasi. "ayolah mom, ngebet dari mana? sudah tiga tahun aku menyendiri dan sekarang sudah saat nya Rega memiliki ibu sambung dan aku yakin dia bisa menerima aku dan Rega karena dia wanita baik baik, mom." jelas Devan panjang lebar.

Marwa terdiam, yang di katakan Devan memang benar.

"Baiklah, mom dan papi mu akan melamar nya untuk mu." akhirnya marwa setuju untuk menemani Devan ke rumah Radha malam ini.

.

.

.

.

Malam pun tiba, Radha sedang di rias oleh seorang MUA yang di datangkan oleh Devan ke kediaman nya.

Radha terlihat sangat cantik menggunakan kebaya warna burgundy yang di siapkan oleh Devan.

Huh

Radha menghela nafas panjang setelah selesai di rias dan melihat diri nya di cermin besar yang ada di kamar nya.

"semoga keputusan ku adalah yang terbaik, mungkin sudah takdir ku. Sekeras apapun aku menolak tetap saja pada akhir nya aku harus menerima pria itu demi papa." Radha berusaha mengobati hati nya agar lebih legowo menerima semua ini.

ilustrasi nya seperti ini kebaya nya✨

Pintu kamar Radha terbuka, dan ternyata Wijaya yang menjemput putri nya dan memberi tahu bahwa Devan dan keluarga nya sudah tiba.

"apakah ini benar putri ku?" tanya Wijaya dengan raut takjub.

"tentu saja aku Radha, putri papa." jawab Radha.

"kau sangat cantik sayang." Wijaya memuji putri nya yang memang terlihat sangat cantik.

"benarkah? Apa aku secantik itu pah?" Radha masih tak percaya.

"tentu saja sayang, jika kamu tidak cantik tidak mungkin tuan Devan ingin menikahi mu." balas Wijaya dengan tersenyum.

"terimakasih pah, Radha sayang papa." Radha hampir saja terharu, namun Wijaya segera mengalihkan nya.

"ya sudah sekarang kita turun, Devan dan orang tua nya sudah ada di bawah." ajak Wijaya.

Mendengar Devan dan orang tua nya telah sampai membuat degup jantung nya tidak karuan. Tapi Radha berusaha untuk mengatur nya agar lebih rileks dan tidak gugup.