Cerita ini mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Andreas yang bernasib menyedihkan selama bersama keluarganya sendiri.
Setelah ibunya dan kakak pertamanya membawanya pulang ke rumahnya, alih-alih mendapat kasih sayang dari keluarganya, malah dia mendapat hinaan serta penindasan dari mereka.
Malah yang mendapat kasih sayang sepenuhnya adalah kakak angkatnya.
Akhir dari penindasan mereka berujung pada kematiannya yang tragis akibat diracun oleh kakak angkatnya.
Namun ternyata dia mempunyai kesempatan kedua untuk hidup. Maka dengan kehidupan keduanya itu dia gunakan sebaik-baiknya untuk balas dendam terhadap orang-orang yang menindasnya.
Nah, bagaimanakah kisah selengkapnya tentang kisah pemuda yang tertindas?
Silahkan ikuti terus novel PEMBALASAN PUTRA KANDUNG YANG TERTINDAS!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PPKYT 008. Benar-benar Meninggalkan Kediaman Keluarga Grayden
"Lihat hasil kasih sayang Anda kepadaku, Nyonya!" terdengar ucapan pemuda malang itu setengah berteriak bagai mengungkapkan kekecewaan dan kedukaannya.
Maka terpampang lah di punggung belakangnya bekas-bekas luka yang sedikit panjang bekas cambukan yang cukup banyak. Sebagian besar sudah sembuh, sebagian masih dalam proses mengering.
Pemandangan seperti itu tentu merupakan pemandangan yang cukup mengerikan yang sanggup mendirikan bulu kuduk. Sampai-sampai Nyonya Victoria, Stephanie maupun Evelyne meringis ngeri melihatnya.
Tapi mereka melihat pemandangan mengerikan itu tidak lama. Mereka segera melengos ke arah lain karena tidak sanggup melihatnya.
Sedangkan Pak Hendrick sebenarnya merasa ngeri juga melihat hasil perbuatannya. Namun lelaki tua itu cuma diam seolah tetap tegar di atas amarahnya.
Lain halnya dengan Leonard, pria licik itu melihat senang pemandangan itu. Namun wajah senangnya tersembunyi di balik topeng sikap memelasnya.
Cuma beberapa detik Andre dalam jasad Andreas menunjukkan hasil penyiksaan Pak Hendrick terhadapnya selama ini. Setelah menurunkan kembali singkapan bajunya, dia kembali berbalik dan menghadap ke arah Nyonya Victoria.
"Anda sudah lihat hasil kasih sayang Anda selama ini kepadaku 'kan?" kata Andre selanjutnya bernada sinis campur dingin.
"Di saat orang tua itu mencambuk ku tanpa belas kasihan," sambil berkata telunjuknya menunjuk Pak Hendrick yang berdiri di depan sebelah kanannya, "Anda hanya diam, Nyonya, tanpa berusaha menghentikan penyiksaannya terhadapku...."
Intonasi suara Andre agak meninggi, jangan lupa!
Sedangkan Pak Hendrick, ditunjuk begitu rupa oleh putranya sebenarnya tercekat kaget. Karena rasa kaget yang hebat itu membuatnya seperti tidak mampu mereaksi perbuatan Andre yang berani itu dengan segera.
"Apakah begitu cara Anda menyayangiku?"
Nyonya Victoria tidak menanggapi atau membalas apa yang dikatakan Andre, seolah membenarkan. Bahkan dia tidak sanggup menatap wajah Andre yang menerbitkan kemarahan dan pemberontakan.
"Anda... dan suami Anda bahkan melarangku makan satu meja bersama kalian," amarah Andre masih meluap-luap, tapi dapat diredam dalam intonasi gema suaranya, "apakah itu yang Anda bilang menganggapku bagian dari keluarga Anda?"
"Anak nggak tahu diri yang selalu berbuat onar seperti kamu nggak pantas makan bersama kami," tanggap Evelyne bernada ketus dan sinis. "Jangan mimpi! Kamu layak mendapat hukuman itu."
"Ya benar, itu hukuman terhadapmu," sambung Pak Hendrick masih dalam mode amarah. "Papa juga mencambukmu, itu sebagai hukuman terhadapmu karena kamu selalu berbuat onar di rumah ini, selalu cari-cari masalah dengan kakakmu."
"Hukuman...?!" Andre tersenyum sinis mendengar pernyataan itu. "Bahkan aku melihat perbuatan itu selayaknya penyiksaan ketimbang hukuman."
"Andre..., mama berbuat seolah tidak menghiraukan kamu bukan berarti mama nggak menyayangimu," Nyonya Victoria kembali menatap Andre bersama kelembutannya, seolahnya. "Mama menyayangimu, sayang...."
"Mama berharap dengan hukuman yang kami berikan kepadamu," lanjut Nyonya Victoria masih bernada lembut, "agar kamu bisa sadar diri dan memperbaiki kesalahanmu."
"Kesalahan..?! Memang aku berbuat kesalahan apa, Nyonya?" tanya Andre bernada dingin.
Nyonya Victoria tidak menjawab, seperti tidak bisa menjawab. Stephanie masih saja membisu dalam perasaan anehnya terhadap prilaku Andre yang begitu berbeda, yang amat berani sekarang.
"Masih juga kamu bertanya berbuat kesalahan apa, Andre?" berang Evelyne dalam kesalnya. "Kamu selalu berbuat onar di rumah ini kamu nggak merasa berbuat bersalah hah?"
"Hari ini kamu sudah dua kali membuat Leon menderita," lanjutnya berapi-api, "sedangkan dia memaafkan perbuatanmu, masih kamu menganggap nggak bersalah...!"
"Anak kurang ajar!" umpat Pak Hendrick seraya melangkah dengan telapak tangan kananya melayang hendak menampar Andre dengan keras.
Orang tua itu seperti telah menyadari sesuatu, menyadari kekurang ajaran Andre yang telah menunjuknya tadi dengan tidak sopan. Apalagi dia belum memberikan hadiah atas kelancangan Andre yang telah menampar putra kesayangannya tadi.
★☆★☆
Akan tetapi belum juga telapak tangan yang cukup lebar dan besar itu sampai ke sasarannya, dengan cepat Andreas menangkap pergelangan tangan Pak Hendrick dengan mantap dan kuat. Maka gagallah aksi penindasan orang tua itu.
Perlu diketahui, seorang Andre Sujatmiko semasa hidupnya, di samping seorang pebisnis muda yang handal, juga cukup handal dalam penguasaan bela diri. Apalagi seorang Andreas Grayden juga pernah belajar bela diri pada Julian Robert, meski belum menguasai betul.
Jadi, tidak heran Andreas memperagakan sedikit gerakan bela diri dalam menggagalkan serangan Pak Hendrick secara otomatis, karena dalam jasad itu seperti bersemayam dua jiwa; jiwa Andreas Grayden dan jiwa Andre Sujatmiko.
Kejap berikut Andreas menghempaskan tangan Pak Hendrick yang telah ditangkapnya ke samping kanannya sedikit kuat. Sehingga membuat tubuh orang tua itu terjajar dua langkah ke belakang.
Tidak usah ditanya, betapa terkejutnya Pak Hendrick menyaksikan perbuatan Andreas yang begitu berani. Hingga kedua matanya terbelalak sempurna, penuh rasa tidak percaya.
Tidak usah ditanya, betapa terperanjatnya semua orang yang ada di ruang tengah menyaksikan aksi Andreas yang begitu lancang. Termasuk Leonard yang sempat memelototkan mata liciknya.
Namun sekilas sinar kedua matanya memancarkan rasa senang atas adegan yang bermain di depan matanya. Bibirnya sedikit menarik seringai jahat. Tapi kejap berikut dia kembali dalam sandiwara.
"Kau tidak bisa lagi menindasku seenak hatimu, Tuan Hendrick," dengus Andre bernada dingin sambil menatap tajam orang tua itu, "dan tidak akan pernah lagi...."
"Cukuplah kali terakhir sore tadi kau menindasku," nada suara Andre makin dingin, "setelah itu tidak akan!"
"Kamu memang anak durhaka, Andre!" berang Evelyne dengan amarah yang amat sangat. "Kamu benar-benar menampakkan wajah aslimu sekarang yang pembangkang lagi jahat!"
"Jaga bicaramu, Nona Evelyne!" tajam suara Andre, begitu dingin membekukan, mengurung dokter muda itu dalam tatapan menusuknya. "Jangan sampai aku hilang kesabaran hingga menampar mulutmu yang kotor itu!"
"Kamu...."
Suara Evelyne langsung tercekat di tenggorokan. Terperanjat diam dalam suara yang keluh. Seketika dirinya dihujam rasa ngeri melihat tatapan Andre serta mendengar suaranya yang mengerikan.
"Kenapa... sekarang kamu berbeda, Andre?" ketus Nyonya Victoria berusaha meredam amarah. "Kamu sekarang makin kurang ajar.... Dulu kamu penurut, tapi sekarang kenapa menjadi pemberontak...?"
"Apa yang terjadi padamu, anakku?" lanjutnya bernada kecewa dan rasa tidak percaya.
"Anda bertanya apa yang terjadi padaku? Huh!" dengus Andre dalam amarahnya yang terendam dalam suara dinginnya.
"Perlu Anda ketahui dan kalian semua, apa yang aku tunjukkan pada kalian semua merupakan sebuah kesadaran, bukan pemberontakan."
"Aku akhirnya sadar bahwa aku hanyalah sebuah boneka mainan dalam rumah yang megah ini. Sikap patuh yang aku tunjukkan pada kalian, agar kalian sedikit saja melihatku, tidak ada artinya sama sekali...."
"Hingga aku terus terjebak dalam permainan anak kesayangan kalian, lalu kalian semua sepakat menuduhku sebagai pembuat onar. Kemudian... kalian semua beramai-ramai menindasku demi menyenangkan anak kesayangan kalian...."
"Hhh..., aku sudah lelah..., lelah atas penindasan kalian selama empat tahun ini. Sepertinya... kesabaranku sudah mencapai titik akhir...."
"Maka... aku memutuskan untuk memutus hubungan keluarga dengan kalian semua mulai saat ini. Dan aku akan meninggalkan rumah ini malam ini juga."
Entah apa yang ada dalam benak Pak Hendrick, Nyonya Victoria serta kedua putrinya, kalau Leonard sudah bisa ditebak isi kepalanya, mereka semua seolah sepakat terdiam saat Andre berbicara.
Hingga pemuda malang itu selesai berbicara, mereka masih saja terbungkam dalam kebisuan yang instan.
Sedangkan Andre sudah benar-benar siap dengan jiwa raganya meninggalkan kediaman keluarga Grayden tanpa rasa penyesalan.
Setelah mengambil tasnya yang tadi tergeletak di lantai, menyelempangkan di pundaknya, lalu berbalik meninggalkan ruang tengah dengan langkah pasti.
★☆★☆
"Andre....!" seru Nyonya Victoria setengah memanggil, seperti ragu untuk mencegah kepergian putra bungsunya.
Baru tiga langkah Andre melangkah, dia seketika berhenti. Tapi bukan disebabkan karena panggilan Nyonya Victoria, melainkan karena dia hendak mengungkapkan perihal sebuah pesan.
"Oh iya, hampir aku lupa," katanya begitu sempurna berbalik. Aroma datar tidak lepas dari sikap dan nada suaranya.
"Aku minta tolong pada kalian untuk menghitung uang kalian yang aku habiskan selama empat tahun aku tinggal di sini...."
"Tapi aku bisa mengira-ngira berapa jumlahnya, dan aku sudah mempersiapkan uangnya...."
Selepas berkata begitu, Andre dalam jasad Andreas langsung berbalik dengan cepat. Lalu meninggalkan ruangan tengah dengan langkah mantap, tanpa balik-balik lagi.
Tidak menggubris walau Nyonya Victoria memanggilnya dengan maksud mencegahnya.
"Andre! Jangan pergi, sayang! Mama menyayangimu! Jangan tinggalkan mama, sayang...!"
Andreas terus melangkah tanpa henti, walau Nyonya Victoria terus memanggilnya dengan nada suara bagai meratapi kepergiannya. Terus melangkah tanpa menengok lagi.
Nyonya Victoria hendak berlari menyusul anak bungsunya, tapi langsung dicegat oleh Pak Hendrick dan Evelyne.
"Untuk apa kamu mau menyusulnya?" dengus Pak Hendrick tidak suka dengan sikap istrinya. "Biarkan dia pergi! Paling juga akan kembali lagi setelah menyadari kesalahannya."
"Biar saja anak durhaka itu pergi, Ma!" kata Evelyne mendukung sikap papanya. "Dia itu anak bodoh yang nggak tahu apa-apa. Pasti dia nggak akan lama hidup sebagai gelandangan di luar sana."
Nyonya Victoria yang sudah menangis sedih seperti tidak menghirau perkataan suami serta putrinya. Dia terus saja menatap arah di mana tadi Andreas pergi. Tapi tubuh serta bayangan putra bungsunya sudah raib tak terlihat lagi.
"Kenapa kamu sekarang berlaku aneh, sayang?" desah Nyonya Victoria dalam pilu. "Apa kamu tidak sayang mama lagi? Harus bagaimana lagi mama perbuat agar kamu tahu kalau mama menyayangimu?"
Mendengar ucapan pilu mamanya, sebenarnya Leonard merasa jengkel dan berang. Tapi satu hal yang membuatnya amat senang, Andreas sudah pergi dari rumah ini. Bahkan memutus hubungan keluarga dengan keluarga Grayden.
Kalau begitu sekarang dia dapat leluasa manjalankan rencananya, yaitu menguasai harta kekayaan keluarga Grayden.
★☆★☆★
Semoga berkenan....