NovelToon NovelToon
RAHIM TERPILIH

RAHIM TERPILIH

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Dosen / Identitas Tersembunyi / Poligami / Romansa / Konflik etika
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Essa Amalia Khairina

Siapapun tak ingin mendapatkan takdir yang tak sejalan dengan keinginan, termasuk Asha. Sejak awal ia tahu hidupnya tak pernah sempurna, namun tak pernah ia bayangkan bahwa ketidaksempurnaan itu akan menjadi alasan seseorang untuk merendahkannya—terutama di mata Ratna, ibu mertuanya, wanita yang dinginnya mampu merontokkan kepercayaan diri siapa pun.

"Untuk apa kamu menikahi wanita seperti dia?!"
Satu kalimat yang terus menggetarkan jantungnya, menggema tanpa henti seperti bayang-bayang yang enggan pergi. Kalimat itu bukan hanya penghinaan. Itu adalah vonis, sekaligus penjara yang tak pernah bisa ia hindari.

Sejak hari itu, Asha belajar diam. Bukan karena ia lemah, tetapi karena setiap kata yang keluar dari mulutnya hanya akan memicu luka baru.

Namun ada satu hal yang membuatnya tetap bertahan.

Aditya.

Namun saat kehadiran Nadia, semua mulai berubah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Essa Amalia Khairina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

NASIHAT BIK YUNI

HAI PEMBACA SETIA...

JANGAN LUPA LIKE AND COMMENT YA🥰🤍

HAPPY READING 🤗

______________________________________________

DUA TAHUN KEMUDIAN...

"Habis," Lirih Asha.

Langkahnya kemudian membawa tubuhnya kembali ke meja makan—tempat segelas air bening masih diletakkan di samping ponsel miliknya.

Dengan gerakan ragu, ia menarik kursi ke belakang—suara gesekannya terdengar lirih di lantai. Ia duduk perlahan, jari-jarinya bergetar halus saat meraih ponselnya. Sebuah nama dari kontak yang tertera di sana membuat ia menyentuh ikon panggilan. Sambil menahan napas sejenak, ia mendekatkan ponselnya ke daun telinga. Ada jeda satu detik, mungkin dua… sebelum ia akhirnya bersuara.

“Halo, Mas?” Ucapnya pelan, nada suaranya mengandung cemas yang tak tertutup. "Kamu dimana sekarang?"

"Aku lagi perjalanan pulang. Kenapa, sayang?"

"Syukurlah, Mas. Vitaminku habis."

"Ya udah... sebelum aku ke pulang, nanti aku mampir ke apotik, ya."

"Iya, Mas. Makasih, ya. Kamu hati-hati di jalan."

"Iya sayang. Jangan khawatir."

Tuuuut.

“Percuma tiap hari minum vitamin hamil…” Seru seseorang mengejutkan.

Asha tersentak, dan menoleh ke arah sumber suara. "Ta-Tante."

Ratna berjalan mendekat tanpa senyum sedikit pun. Ia meraih teko di meja dan dengan santai menuangkan air ke sebuah cangkir, seakan kalimat yang akan ia lontarkan hanyalah hal biasa. “Mau kamu minum ratusan butir vitamin pun, tetap aja kamu itu nggak bisa hamil!”

Nada meremehkan itu membuat jantung Asha mencelos.

Ratna menatap Asha dari ujung kepala hingga kaki, sorot matanya penuh cibiran dan jijik. Lalu dengan senyum sinis yang hanya muncul di saat ia ingin benar-benar menyakiti, ia meletakkan cangkir itu tepat di hadapan Asha. “Kamu itu emang nggak bisa lagi hamil,” Ulangnya lagi. Kali ini lebih tajam seperti bilah pisau yang menggores hati. “Di samping karena faktor usia, kamu itu mandul!”

Asha hanya mampu membeku. Tangannya menegang di atas meja. Pandangannya mengabur karena air mata yang mulai menggenang. Nafasnya tercekik, bukan karena teriakan… tapi karena penghinaan yang begitu kejam dan nyata.

Ratna menyandarkan tubuhnya pada kursi lain, puas melihat dampaknya.

“Kamu pikir Adit mau sama perempuan yang rahimnya udah rusak? Hmm?” Suaranya pelan tapi beracun. “Semenjak kamu keguguran... jangan bermimpi terlalu tinggi, Asha."

“Astaghfirullahalazim…” Gumam Bik Yuni, suara itu terdengar jelas dari balik tirai dapur.

Ratna sontak menoleh, wajahnya berubah sekejap—bukan menyesal, tapi terganggu karena perkataannya terdengar orang lain. Tatapan tajamnya menghunjam sesaat sebelum akhirnya ia kembali melangkah pergi. Kemudian, Bik Yuni segera melangkah cepat menghampiri Asha.

Wanita kepala empat itu duduk di samping Asha, kursinya ditarik dekat tanpa banyak suara. Dengan lembut ia memegang punggung Asha yang masih gemetar menahan air mata. “Non… gak apa-apa?” Tanyanya hati-hati, suara penuh kekhawatiran dan kasih sayang tulus.

Asha menggigit bibirnya, berusaha keras tidak menangis. Namun getar di bahunya mengkhianatinya—air mata yang ia tahan akhirnya jatuh juga, mengalir membasahi pipi pucatnya.

Bik Yuni mengelus bahunya pelan. “Sabar ya, Non…"

Asha menelan saliva. Detik berikutnya, ia mengangkat wajah, menatap langit-langit ruang dapur, menahan air mata itu agar tak lagi mengalir lalu menoleh menatap Bik Yuni dengan senyuman. "Aku gak apa-apa, Bik. Sudah biasa."

Sesaat, Bik Yuni menunduk. Ia tampak menelan sesuatu di tenggorokannya—marah, sedih, dan iba yang bercampur jadi satu. Lalu ia mengangkat wajah kembali, menatap Asha dengan mata yang penuh keyakinan untuknya. Pelan, seolah menyentuh hati Asha lebih daripada tubuhnya.

Bik Yuni menggenggam tangan Asha. “Non Asha pernah cerita sama Bibik, kan?” Katanya, suaranya lembut, tapi tegas. “Dokter bilang Non masih bisa hamil. Itu bukan kata orang sembarangan… itu kata yang paham kesehatan Non.”

Asha terisak, namun menatap Bik Yuni yang kini menjadi satu-satunya tempat ia merasa aman.

“Cuma tinggal nunggu waktu, Non…” Ucap Bik Yuni lagi. “Sabar… dan percaya sama diri Non sendiri. Allah tahu kapan saat yang paling tepat buat ngasih rezeki itu kepada hamba-Nya.”

Ia mengusap lembut punggung tangan Asha.

“Jangan dengar dan pikirkan omongan yang nyakitin hati Non, ya. Justru itu yang membuat Non lemah dan membuat kesehatan Non jadi terganggu." Lanjut Bik Yuni. Ada sedikit getar dalam suara hatinya, yakni menahan amarah terhadap Ratna. “Yang tahu perjuangan Non ya Non sendiri. Yang tahu rasa kehilangan ini… cuma Non.”

Asha menutup mata, air matanya jatuh lagi—namun kini ada hangat yang menenangkan di dalamnya.

Bik Yuni tersenyum kecil, menyeka air mata di pipi Asha dengan ibu jarinya. “Non nggak sendirian. Ada Bibik di sini. Ada Mas Adit juga… Jangan biarkan kesedihan ini merenggut semua yang Non punya.”

Asha mengangguk pelan, meski air mata masih mengalir di pipinya. Ucapan Bik Yuni barusan kembali membalut hangat untuk luka yang tak sekali dua kali ia coba sembuhkan—selalu saja kembali berdarah.

“Makasih ya, Bik…” Ucap Asha lirih, penuh ketulusan dan rasa lega yang sedikit demi sedikit kembali menemukan jalannya.

****

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!