Hai, kenalin! Ini adalah novel gue yang bakal ngajak kalian semua ke dunia yang beda dari biasanya. Ceritanya tentang Lila, seorang cewek indigo yang punya kemampuan buat liat dan ngerasain hal-hal yang nggak bisa dilihat orang lain. Tapi, jangan mikir ini cuma cerita horor biasa, ya!Lila ini kerja di kota besar sebagai jurnalis, sambil terus nyoba buat hidup normal. Sayangnya, dunia gaib nggak pernah jauh dari dia. Dari gedung-gedung angker sampai pesan misterius, Lila selalu ketarik ke hal-hal aneh yang bikin bulu kuduk merinding. Di tengah kesibukannya ngeliput berita, Lila malah makin dalam terlibat dengan makhluk-makhluk dari dunia lain yang seolah ‘nungguin’ dia buat ngungkap rahasia besar.Penasaran gimana dia bakal hadapin semuanya? Yuk, ikutin terus perjalanan Lila di "Bayangan di Kota: Kisah Gadis Indigo". Siap-siap deh, karena lo bakal nemuin banyak misteri, ketegangan, dan sentuhan supranatural yang bikin lo nggak bisa berhenti baca!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hansen Jonathan Simanjuntak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8: Jejak Arwah
Setelah kejadian semalam, Lila mulai merasa ada perubahan besar dalam hidupnya. Bukan cuma soal bantuin arwah, tapi juga soal gimana dia harus ngadepin semua ini ke depannya. Setiap hari, dia kayak makin terhubung sama dunia gaib, dan makin banyak juga arwah yang datang padanya, minta bantuan. Tapi semakin dalam dia terlibat, semakin berat juga beban yang dia rasain.
Di kantor, Lila duduk di meja kerjanya sambil menatap layar komputer. Pikiran melayang-layang, nggak fokus sama sekali. Rina yang duduk di seberangnya, ngelirik dengan tatapan khawatir.
“Lil, lo nggak apa-apa? Gue perhatiin lo kayak makin sering bengong belakangan ini,” tanya Rina sambil menyeruput kopi.
Lila menarik napas panjang, mencoba tersenyum. “Gue baik-baik aja kok, cuma... ya lo tau lah, makin banyak arwah yang datang. Gue kadang ngerasa overwhelmed, Rin. Kayak mereka terus ngikutin gue, kemana pun gue pergi.”
Rina diam sebentar, ngerespon dengan serius. “Gue ngerti, Lil. Lo udah ngelakuin hal besar buat mereka. Tapi lo juga harus jaga diri lo sendiri. Jangan sampai lo jadi terjebak dalam dunia mereka.”
Lila cuma bisa mengangguk. “Iya, gue tau. Tapi gimana ya, gue juga nggak bisa cuekin mereka. Kayak ada tanggung jawab yang gue rasain buat bantuin mereka keluar dari situasi mereka.”
Saat mereka lagi ngobrol, Pak Anton tiba-tiba masuk ke ruangan. Dia nampak tergesa-gesa seperti biasanya. “Lila, ada liputan buat lo. Segera ke lokasi, ada laporan penampakan di gedung tua di pinggiran kota.”
Lila mendongak, terkejut. “Penampakan lagi, Pak?”
“Iya, dan gue pikir lo yang paling cocok buat handle ini,” jawab Pak Anton sambil melirik Rina yang terlihat menahan tawa.
“Ya udah, gue berangkat sekarang,” jawab Lila dengan sedikit rasa berat di hati. Bukan karena liputannya, tapi karena firasat aneh yang tiba-tiba muncul.
...****************...
Setibanya di lokasi, Lila langsung ngerasa ada yang nggak beres. Gedung tua itu kelihatan lebih seram daripada bangunan kosong lainnya yang pernah dia liput. Dinding-dindingnya berlumut, dan jendela-jendela besar yang udah pecah bikin suasananya makin mencekam. Udara dingin yang tiba-tiba datang bikin Lila merinding.
“Kenapa gue selalu dapet liputan yang kayak gini?” Lila ngomong sendiri sambil melangkah masuk ke dalam gedung.
Begitu masuk, suasana di dalam lebih menyeramkan dari luar. Bau apek, debu yang tebal, dan lorong-lorong gelap bikin Lila merasa nggak nyaman. Tapi dia udah biasa ngadepin hal kayak gini. Dengan senter di tangan, Lila mulai menjelajahi gedung itu, mencari tanda-tanda penampakan.
Setelah beberapa menit jalan tanpa hasil, Lila tiba di ruangan besar di lantai dua. Di tengah ruangan, dia ngelihat sesuatu yang bikin jantungnya berhenti sebentar—bayangan seorang wanita berdiri di pojokan ruangan, punggungnya menghadap Lila.
“Siapa itu?” tanya Lila dengan suara bergetar. Nggak ada jawaban.
Lila mendekat pelan-pelan, merasa napasnya semakin berat. Saat dia nyampe beberapa langkah dari bayangan itu, tiba-tiba wanita itu berbalik, memperlihatkan wajah yang penuh luka dan darah mengalir dari matanya.
Lila terkejut, mundur beberapa langkah, jantungnya berdegup kencang. “Apa yang lo mau?” tanyanya sambil mencoba menenangkan diri.
Wanita itu nggak ngomong apa-apa, hanya menatap Lila dengan tatapan kosong yang dingin. Suasana di sekitarnya terasa makin berat, dan Lila tahu, ini bukan arwah biasa.
“Gue bisa bantu lo. Tapi lo harus kasih tau gue siapa lo, dan kenapa lo di sini,” Lila berusaha bicara dengan tenang.
Tiba-tiba, suara wanita itu terdengar, pelan tapi menyeramkan. “Aku terperangkap di sini… dia tak membiarkanku pergi…”
Lila merasakan deja vu. Ini mirip dengan apa yang terjadi sebelumnya dengan Anisa. “Siapa yang nggak biarin lo pergi?”
Wanita itu menangis, air mata darah mengalir makin deras. “Dia… yang membuatku mati…”
Lila bingung, tapi mencoba tetap tenang. “Siapa dia? Gue bisa bantu lo, tapi gue butuh tau lebih banyak.”
Sebelum wanita itu sempat menjawab, suara keras terdengar dari arah belakang. Lila berbalik, dan melihat sosok hitam besar muncul di pintu. Sosok itu lebih gelap dari bayangan biasa, dan auranya sangat jahat.
“Pergi!” suara berat itu menggelegar di seluruh ruangan. Udara mendadak jadi sangat dingin, dan Lila merasa tubuhnya kaku.
Wanita yang tadi menangis tiba-tiba menghilang, meninggalkan Lila sendirian dengan sosok hitam itu. “Lo nggak bisa ganggu gue,” teriak Lila dengan sisa keberaniannya.
Sosok hitam itu mendekat dengan cepat, dan tiba-tiba segala sesuatu di sekeliling Lila berubah. Dia nggak lagi berada di ruangan tua itu, melainkan di tempat yang asing—gelap, penuh kabut, dan sunyi. “Apa ini?” Lila berusaha mengontrol rasa takutnya, tapi kesadarannya mulai goyah.
“Di sinilah mereka semua… terjebak… tak bisa kembali…” suara berat itu terdengar lagi, kali ini dari segala arah.
Lila mulai merasa tercekik, seolah ada kekuatan yang menariknya lebih dalam ke dalam kegelapan. Tapi dia tahu dia nggak bisa menyerah. “Gue harus keluar dari sini!” teriaknya dalam hati.
Dengan sisa tenaganya, Lila mencoba memusatkan pikirannya, mengingat apa yang dia pelajari selama ini tentang dunia gaib. Dia harus menemukan jalan keluar, atau dia akan terjebak di sini selamanya.
Tiba-tiba, sebuah cahaya kecil muncul di kejauhan. Lila menggapainya, berusaha sekuat tenaga untuk mendekati cahaya itu. Semakin dekat dia ke cahaya, semakin kuat juga tubuhnya terasa. Hingga akhirnya, dia terbangun lagi di gedung tua itu, terengah-engah, dengan sosok hitam itu hilang.
Lila berusaha mengatur napasnya, merasa sangat lelah. “Gue hampir mati di sana,” gumamnya dengan suara serak.
Tapi sebelum Lila bisa benar-benar pulih, suara wanita itu terdengar lagi. “Terima kasih… kau telah menyelamatkanku…”
Lila tersenyum lemah, menyadari bahwa apa yang dia lakukan berhasil. Dia berhasil menyelamatkan satu lagi arwah yang terjebak. Tapi, dia juga tahu bahwa ini belum berakhir. Masih banyak yang harus dia hadapi, dan mungkin sosok hitam itu akan kembali.
“Gue harus lebih siap lain kali,” bisiknya sambil berjalan keluar dari gedung itu, dengan tubuh yang terasa lebih ringan, meski jiwanya tetap membawa beban baru.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
maaf guys lama posting soalnya lagi sibukk
sorry yahhh
pesona Mbak Lila sama Mbak Rina cantikk kan guys
Mbak Lila aslinya cool