PILIHAN HATI HASYA

Hasya masih terduduk di kursi tunggu di depan ruangan ICU tempat ibunya menjalani perawatan intensif,di samping nya ada Lusi, perawat yang di bayar merawat ibunya,safea dan Mira memutuskan untuk keluar ke kantin,membeli makanan untuk makan malam mereka.

Bi Jum telah kembali ke villa,atas permintaan Hasya,dan tentunya atas izin Ezar sesuai yang di sampaikan oleh Reza.

" Makan dulu yuk,kita juga butuh tenaga untuk bergantian jaga ibu" Mira berusaha terlihat lebih tenang, walaupun pada kenyataannya ia benar-benar sedang pusing memikirkan cara agar Hasya tak sampai tau penyebab sang ibu kritis.

Sedangkan Safea terlihat lebih banyak diam,murung dan terlihat tak berani mendekat pada Hasya,jika bukan karena Hasya yang lebih dulu menghampiri nya, Safea benar-benar takut.

Semuanya memutuskan untuk duduk di kursi taman yang tak jauh dari ruangan ICU, mereka makan malam bersama, Safea membeli beberapa kotak nasi lengkap dengan lauk nya dan beberapa botol air mineral.

" Kakak kalau capek pulang aja, istirahat di rumah,bias Hasya yang jagain ibu bareng mbak Lusi" Hasya merasa tak tega melihat wajah lelah dan sendu kakak nya.

" Kakak ga apa dek,kamu aja yang pulang,kamu ada suami,lebih wajib memperhatikan suami mu,kakak ga pa pa kok, insyaallah masih baik-baik saja,ini mungkin cuma karena sedikit kurang tidur,nanti kakak bisa tidur gantian sama Lusi dan Mira"

" Tapi kak...." belum selesai Hasya bicara,tangan kekar seseorang menyentuh lembut pundaknya,membuat Hasya terdiam tak lagi lanjutkan ucapan nya.

" Kamu masih di sini rupanya,mau pulang jam berapa? Atau mau jagain ibu disini?" Ezar berucap dengan nada yang terdengar begitu lembut di telinga Hasya

Namun kedatangan nya terasa begitu mencekam bagi Safea dan Mira, yang sudah tau apa tujuan pria itu menikahi Hasya,yaitu untuk menyakiti nya,namun Safea dan Mira berharap Ezar benar-benar akan jatuh cinta pada Hasya,dan cintanya lebih gila dari yang mereka bayangkan.

" Sa-saya...akan pulang sebentar lagi" Hasya tau, walaupun nada bicara nya lembut di balik gaya cuek dan dingin nya,namun ada nada tak suka gang tersirat.

" Aku datang menjemputmu,tapi aku akan menjenguk ibu terlebih dahulu,boleh kan?" Ezar berdiri tegap di belakang Hasya,seraya tangan nya sudah beralih di punggung sang istri dan mengusapnya lembut.

Hasya mengangguk, dalam hati ia mengucapkan syukur karena suaminya masih ada rasa peduli pada ibunya,Hasya bangun dari duduknya dan berdiri di samping Ezar.

" Ayo saya temani" ajak Hasya pada Ezar, sebagai salah satu bentuk kesopanan nya pada suaminya yang telah menunjukkan itikad baik dengan berniat menjenguk ibunya yang sedang sakit.

Ezar mengangguk mengikuti Hasya, matanya melirik sekilas pada Safea dan Mira yang terlihat begitu berwajah tegang,ia tau Safea terus memperhatikan gerak geriknya.

Sebenarnya Ezar tak bermaksud untuk menyakiti ibu Hasya, yang notabene nya adalah ibu mertua nya,ia tak mengira bahwa wanita paruh baya itu akan langsung drop dan kritis saat melihat beberapa lembar foto yang dikirim kan oleh orang nya.

Ezar mengira ibu nya Hasya hanya akan marah besar pada Safea dan menjauhinya,tapi ternyata semuanya jauh dari perkiraan nya, apakah di mata ibunya putri nya benar-benar wanita yang baik dan bersih.

" selamat malam Bu,maaf menganggu,saya Ezar,semoga ibu cepat sembuh agar kita bisa segera bertemu dan berkenalan" Ezar menyapa ibunya Hasya,seakan ia tengah berbicara dengan seseorang yang berada di hadapannya dan dalam keadaan sadar.

" Ayo" ajak Ezar setelah mengucapkan beberapa kata itu,ia memang tidak pandai berbasa-basi.

Hasya mengangguk patuh" Bu Hasya pulang dulu ya,besok insyaallah Hasya balik lagi jenguk ibu, assalamualaikum" Hasya berpamitan sebelum meninggalkan sang ibu.

Di luar ruangan ibunya Hasya dan Ezar kembali bertemu dengan Safea,Mira dan Lusi yang terlihat sedikit terkejut saat melihat sosok laki-laki yang dikatakan adalah suaminya Hasya,ia tidak tau bahwa Hasya sudah menikah.

" Kak,mbak .. Hasya pulang ya, assalamualaikum" Hasya juga berpamitan pada kakak nya,Mira dan juga Lusi.

Semuanya mengangguk mengiyakan,tak ada yang bicara walau satu katapun, kecuali Safea yang akhirnya mengucapkan dua kalimat pengingat.

" Hati-hati di jalan" hanya kalimat singkat itu yang mampu Safea ucapkan.

Hasya mengangguk mengiyakan dan menunjukkan senyuman tipis,pasangan muda itu meninggalkan rumah sakit, namun saat di perjalanan tiba-tiba saja Ezar mendapatkan panggilan telepon dari seseorang.

" Kamu turun di supermarket depan,Ari akan menjemput mu,saya ada urusan darurat" Ezar mengucapkan semuanya dengan cepat,tanpa menatap wajah Hasya, apalagi meminta pendapat.

" Ya" hanya kata itu yang keluar dari bibir indah Hasya,di sertai sebuah anggukan kecil.

Rudi,supir pribadi Ezar menghentikan mobil bosnya di depan sebuah supermarket dan Hasya langsung bergerak cepat untuk,tanpa menunggu perintah Ezar untuk kedua kalinya, walaupun Ezar mengatakan ada kepentingan mendesak,namun dada Hasya terasa sesak karena Ezar tega menurunkan nya di jalan, padahal mereka sudah setengah perjalanan menuju villa.

Ezar melirik sekilas pada Hasya yang tak mengucapkan satu patah katapun,padahal dalam hati terdalam nya ia berharap Hasya menanyakan kepentingan apa yang membuat nya terburu-buru,atau seharusnya Hasya menolak perintah nya dan merengek meminta agar di antar sampai ke villa.

Namun ternyata harapan tinggallah harapan, keduanya memiliki harapan namun tak di ungkapkan, sama-sama diam dan memilih untuk saling membatasi diri.

Hasya duduk di bangku yang tersedia di teras supermarket, menunggu jemputan yang Ezar katakan akan segera datang, sedangkan Ezar terus menatap nya dari spion mobil nya yang mulai melaju meninggalkan tempat itu.

' Shit...' umpat Ezar dalam hati karena merasa hatinya begitu tak nyaman,ada rasa tak ingin meninggalkan sang istri,namun panggilan dari seseorang itu juga tak bisa ia abaikan begitu saja.

Hasya melirik punggung mobil Ezar yang terus menjauh dan menghilang dari pandangan nya, setelah benar-benar tak lagi terlihat,barulah Hasya mendongak menatap langit,menahan agar air matanya tak tumpah,tangan nya mengusap cepat air matanya yang sudah terlanjur tumpah, sedangkan sebelah tangan nya lagi mengusap dadanya yang terasa begitu sesak.

" Ya Allah.. bolehkan aku berada di level pasrah se pasrah-pasrahnya?

Atur saja semua rencana Mu,untukku ya Allah,akan ku usahakan untuk mengikuti semua alur dan prosesnya.

Aku hanya meminta kuatkan lagi hati dan mental ku, karena aku takut bukan hanya sakit ini yang akan ku lewati,tapi mungkin masih ada badai yang harus ku hadapi.

Tapi ku mohon....ya Allah...

Aku ingin suatu hari nanti memiliki laki-laki yang mencintaiku dengan tulus, laki-laki yang bila di dekati wanita lain ia akan menolak dan berkata.

Maaf...aku tak ingin membuat wanitaku kecewa dan meneteskan air mata karena ku..