NovelToon NovelToon
TamaSora (Friend With Benefits)

TamaSora (Friend With Benefits)

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / One Night Stand / Playboy / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Kantor / Office Romance
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mima

"Cinta ini tak pernah punya nama... tapi juga tak pernah benar-benar pergi."

Sora tahu sejak awal, hubungannya dengan Tama tak akan berakhir bahagia. Sebagai atasannya, Tama tak pernah menjanjikan apa-apa—kecuali hari-hari penuh gairah.

Dan segalanya semakin kacau saat Tama tiba-tiba menggandeng wanita lain—Giselle, anak baru yang bahkan belum sebulan bergabung di tim mereka. Hancur dan merasa dikhianati, Sora memutuskan menjauh... tanpa tahu bahwa semuanya hanyalah sandiwara.

Tama punya misi. Dan hanya dengan mendekati Giselle, dia bisa menemukan kunci untuk menyelamatkan perusahaan dari ancaman dalam bayang-bayang.

Namun di tengah kebohongan dan intrik kantor, cinta yang selama ini ditekan mulai menuntut untuk diakui. Bisakah kebenaran menyatukan mereka kembali? Atau justru menghancurkan keduanya untuk selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mima, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Satu sama.

Seharian tidak melihat Tama itu rasanya seperti ada yang kurang. Meskipun ceritanya Sora sedang dalam upaya menjaga jarak, namun tetap saja dia butuh asupan visual laki-laki itu. Sampai jam empat sore, Tama belum kembali ke ruangan. Secara tidak langsung ini berpengaruh pada mood dan suasana hati Sora. Namun dia berusaha tidak menunjukkannya di depan umum. Apalagi, tadi dia sudah berjanji di depan anak-anak kalau dia akan tetap pada jalan yang sudah dia pilih.

‘Meskipun gue udah tau ceritanya, gue akan tetap memberi dia ruang dan waktu untuk kembali menjadi dirinya sendiri. Dia harus menyelesaikan tanggung jawabnya dengan baik. Dan yang harus kalian ingat, dia masih bersama Giselle. Gue paling anti ada affair dengan pria yang sudah punya kekasih. Setelah misi dia kelar, lalu dia selesai dengan Giselle, gue janji akan buka lagi pintu hati gue buat dia’ tekan Sora sebelum mereka kembali ke kantor, di penghujung jam istirahat.

Tidak ada yang menghakimi. Prinsip Sora justru sudah sangat baik dan benar. Memang sudah seharusnya Tama menyelesaikan semua bagiannya agar tidak membebani Sora. Axel, Jo, Kayla dan Julian akan mendukung apapun keputusannya. Untuk sementara ini, tidak ada perubahan dulu. Sora dan Julian masih berpacaran. Karena memang waktunya masih tersisa setengah bulan lagi.

Semuanya sedang sibuk mengerjakan report harian. Para kolektor juga sudah selesai setor dana on hand yang mereka dapat dari customer. Tiba-tiba seseorang melintasi celah berjarak satu meter yang memisahkan meja Sora dan Kayla. Hidung Sora yang begitu sensitif, langsung mengenali aroma parfum yang kini tersebar di udara.

Itu Tama.

Akhirnya.

Sesungguhnya ada hati yang langsung melonjak di tempat, namun ditekan mati-matian oleh si empunya agar tidak memperlihatkan reaksi apapun. Sora seakan tidak terusik. Karena memang dia sedang menulis hasil perhitungan apalah di sebuah kertas serah terima uang dengan kolektor yang baru saja dia print. Tanpa melihat pun dia tau itu Tama. Apalagi para pria mulai terdengar ribut menyapa.

“Dari mana aja, Bos? Seharian nggak keliatan batang hidungnya,” oceh Jo memulai.

“Kenapa? Kangen lo?” jawab Tama santai seraya menghidupkan komputer. Sepertinya dia harus lembur malam ini.

“Kangen lah. Habisnya lo nggak ada ngabar-ngabarin.”

“Wah, model rambutnya baru, gilaaa.” Axel malah salah fokus dengan tatanan rambut Tama yang ternyata sudah berubah. Sekarang terlihat jauh lebih rapi dan tampan. Belah samping dan poninya dibentuk sedikit tinggi, sehingga lebih bervolume. Ada beberapa helai poni yang dia biarkan menggantung di depan jidat setelah diberi sedikit gel. Jelas ini membuat penampilan laki-laki itu terlihat sangat berbeda dari kemarin. Lebih fresh, lebih bersinar.

Secara normal, Sora memang seharusnya menoleh, agar tidak terlalu ketara kalau dia sedang dalam upaya menjauh dari pria itu. Saat Axel me-notice model rambut Tama, Sora melihat ke depan sekilas. Dan tidak berbohong, dia ingin memakan pria tersebut saat ini juga. Untungnya yang ditatap sedang sibuk membereskan ini itu di atas meja. Setelah itu, Sora kembali menurunkan pandangan.

“Biasanya kalau potong rambut dan sejenisnya, itu alasannya ada dua kemungkinan. Stress atau ada misi ke depan. Lo yang mana, Bos?” tanya Axel mencobai. Padahal sudah tau sama tau kalau Tama sedang punya masalah rumit dengan pujaan hatinya.

“Udah udah. Jawaban untuk temuan audit bulan lalu udah pada kelar belum? Jangan lupa, setor hari ini biar mereka nggak rewel.” Tama enggan menjawab pertanyaan Jo. Langsung menodong pekerjaan saja, seperti biasa. Matanya memindai dari sisi kiri ke sisi kanan. Dari Julian, Giselle, Sora, Kayla, Axel dan Jo. Hanya dua orang terakhir yang tertarik menjawab pertanyaanya.

“Udah, Mas.”

Eh, tambah satu lagi, kekasihnya sendiri.

“Udah di email, Sel?”

“Udah. Aku juga udah tembusin ke Mas Tama.”

Duh, telinga Sora panas mendengarnya. Tapi ini berhubungan dengan pekerjaan. Dia tidak berhak menghakimi.

“Oke, thank you.” Tama tersenyum kepada Giselle sekilas. Setelah itu mulai menatap layar komputer yang sudah menyala.

“Gue juga udah.” Julian bersuara.

“Gue juga udah ya, Tam,” lanjut Dita.

Dan tinggallah Sora sendiri yang belum bersuara. Setidaknya, dibutuhkan jeda waktu sekitar lima detik sampai perempuan itu juga ikut melapor.

“Gue juga udah,” ujarnya tanpa ekspresi.

“M.” Tama hanya merespon singkat pada perempuan yang kemarin meminta dia untuk menjauh dan fokus pada pengembangan karir.

“By the way ini udah jam pulang, Bos. Masak baru buka PC?” Jo kembali mengoceh, merusak konsentrasi Tama yang sudah mulai terbentuk.

“Gue mau lembur. Jangan berisik.”

“Oops. Oke-oke. Barangkali nanti Pak Bos bosan, bisalah mampir ke aula. Kita-kita main bulu tangkis di sana. Barangkali.” Sengaja memberi tahu jadwal mereka setelah ini, agar Tama tau kalau Sora dan Julian akan ada kencan di lapangan hijau.

“M.” Namun sepertinya Tama kurang tertarik. Bahkan saat anak-anak mulai heboh di grup chat, Fabian, Friska sibuk me mention Julian dan Sora, dia berusaha tidak terusik. Dia punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.

“Mas Jul, aku bisa ikut bulu tangkisnya nggak?”

Pertanyaan dari Giselle sontak membuat seisi ruangan kaget. Mau ikutan? Tumben.

Julian yang tidak pernah berkomunikasi dengan gadis itu, tentu saja double shock. Kenapa harus nanya ke dia? Emang dia yang punya acara? Aneh.

“Nggak ada yang larang kan? Ikut aja,” jawab Julian singkat.

“Barangkali kalian udah klop mainnya. Hehe.”

“Oh enggak kok. Nanti siapa aja bisa main. Datang aja.”

“Oke, Mas. Makasih, Mas Jul.”

Telinga Sora dan Kayla sedikit tergelitik mendengar cara Giselle berbicara. Kesan manjanya terlalu kelihatan. Tapi ya sudahlah. Bodoh amat dengan perempuan itu. Ngomong-ngomong dia berencana ikut main. Semoga saja tidak terjadi keributan di aula nanti. Secara orang-orang tau dia adalah kekasih Tama. Laki-laki yang dulunya begitu dekat dengan Sora.

Jam lima tepat, semua orang mengemasi barang bawaan masing-masing. Sora masih lapar ingin melihat Tama sekali lagi. Curi-curi dikit boleh kali ya?

Eh sialan. Pria itu juga ternyata sedang menatapnya. Tapi dengan dingin dan tidak lama. Sekitar lima detik. Setelah itu tatapan Tama kembali turun ke benda pemancar radiasi yang ada di depan matanya.

“Ayo, sayang.” Julian yang sudah keluar dari meja, menghampiri Sora seperti biasa.

“Yuk.”

“Ikuttt. Ajakin gue juga dong, Jull,” canda Kayla yang berlagak genit. Dia benaran bergerak meraih siku Julian sebelah kiri.

“Kayla? Mau jadi pelakor lo?” Axel bertanya tanpa beban. Setelah tau kalau Julian ternyata tidak ada rasa kepasa Sora, mereka jadi mengerti kalau hal-hal seperti ini bisa dijadikan sebagai candaan.

“Bisa, Ra?” Malah ditanya balik. Maksudnya, bisakah jadi orang ketiga di antara mereka?

“Nggak ada akhlak lo! Awasin nggak tangan lo dari cowok gue?!"

Kayla dan Julian tertawa. Begitupun dengan Axel dan Jo. Kayla langsung melepaskan gandengan tangannya sambil memohon ampun.

“Ampun, Ndoro. Maaf, saya nggak berminat jadi pelakor. Gue tunggu kalian putus aja gapapa. Gue sabar.”

PLAK!

“Aduhh! Sakit Sora!!” Kayla meringis lantaran Sora menghantam lengannya dengan keras. Setelah itu mereka tertawa-tawa.

“Lagian, lo doanya jelek amat. Ngedoain kita putus. Itu jelas-jelas pelakor namanya.” Julian menengahi. Dia juga tau kalau semua ini hanya sandiwara untuk membuat pria di ujung sana panas hati.

“Ya makanya. Ini kan masih ada setengah bulan lagi. Emang setelah itu masih mau lanjut?”

“Bukan urusan lo. Ayo, jalan. Nanti Fabian nungguin.” Sora berdiri dari kursinya. Dia tidak ingin Tama mengira mereka sedang mencari perhatian.

“Oh, udah nggak sabaran mau ketemu Fabian?” ledek Julian memanas-manasi.

“Apaan sih, sayaang? Udah ayo, keburu loby padat! Ck!”

Akhirnya kelima orang itu pamit kepada Tama. Eh, Giselle katanya ingin ikut tapi tetap saja dia tertinggal di belakang. Memang sengaja tidak diajak karena mereka tau Tama akan lembur. Sudah pasti Giselle punya sesuatu yang ingin dibicarakan dulu dengan kekasihnya, sebelum bergabung dengan yang lain. Seharusnya sih seperti itu ya, mengingat Tama tidak ada di kantor seharian.

Setelah yang tertinggal hanya kedua orang itu, Giselle bergerak mendekati meja Tama.

“Mas, gimana hari ini?” tanyanya dengan nada perhatian. Persis seperti kekasih yang sangat baik hati.

“Lumayan capek, Sel.”

“Pak dirut suruh ngapain aja, Mas?” Giselle berdiri di sebelah Tama dan tangannya dia letakkan di pundak laki-laki itu. Tama terkejut. But oke, dia biarkan karena ini hal biasa.

“Nggak ada. Tadi cuma bahas urusan pribadi dengan beliau.”

“Oh….”

Tama semakin tidak nyaman dengan gerakan tangan Giselle yang mulai merambat ke leher dan juga tengkuknya. Tidak. Dia tidak terpengaruh sama sekali. Hanya saja dia bingung harus bagaimana cara menghentikan perempuan ini, tanpa membuatnya merasa terhina. Dia masih butuh Giselle sebentar lagi.

Laki-laki itu menangkap tangan Giselle dan meletakkannya di sisi tubuh perempuan itu dengan sopan. “Ada cctv. Nggak baik,” ucapnya.

“Kalau ke apartemen boleh?”

Tama semakin shock. Tiba-tiba bahas apartemen. Bahaya nih!

“Kamu bukannya mau main bulu tangkis?” Sebisa mungkin laki-laki itu mengganti topik pembicaraan. Dia tidak ingin membahas apartemen selain dengan Sora.

“Bentar lagi aja. Aku temani Mas Tama dulu aja. Kerjaannya masih banyak ya, Mas?”

“Ya udah, duduk di meja kamu aja, Sel. Aku nggak bisa konsentrasi kalau kamu berdiri di sini.”

Namun tiba-tiba Giselle memeluk Tama dari samping dan menempelkan bibirnya di pipi laki-laki itu.

“Permi—”

Satu detik.

Dua detik.

Giselle langsung menegakkan punggungnya, berpura-pura terkejut melihat Sora yang suda berdiri di ambang pintu. Namun tentu saja setelah memastikan perempuan itu melihat apa yang terjadi barusan.

“Eh Mba So-ra?” cicitnya minta dicekik.

“Sori ganggu. Gue… mau ambil barang yang ketinggalan.” Sora masuk dan cepat-cepat mengambil paper bag yang ada di sebelah CPU miliknya. Kayla juga ikut muncul. Tadi perempuan itu juga sempat melihat Giselle mencium pipi Tama dari kaca pintu yang transparan. Gila sih. Apa mereka selalu begini setiap kali hanya sedang berduaan?

“Permisi lagi.” Sora berbalik lagi dan menghampiri Kayla. Kemudian keduanya sama-sama meninggalkan ruangan itu dalam diam.

***

“Smash!! Akhhh!!” Fabian berteriak kecewa karena Sora tidak berhasil membalikkan pukulan Julian dengan baik. Kok malah terjatuh menabrak net.

“Lo butuh Aqua, Ra?” ejeknya bercanda. Sora memang terlihat kurang bergairah. Dan hanya Kayla lah yang tau penyebabnya.

“Capek gue. Break bentar deh.” Dia menyerah dan menyingkir ke sisi lapangan. Julian mengikuti.

Di lapangan lain anak-anak sedang asik bermain. Seperti Axel dan Jo yang battle ganda campuran dengan anak divisi lain.

“Are you ok?” tanya Julian yang langsung mengambil posisi di sebelah Sora. Tak lupa memberikan sebotol air mineral untuk perempuan itu.

“Gue ok, Jul.”

“Tapi sepertinya enggak. Lagi mikirin Tama?”

Sora meneguk minumannya. Dia tidak berhak memikirkan laki-laki itu ‘kan? Ah, pelukan dan ciuman di pipi sudahlah sangat wajar di antara dua orang yang berstatus sebagai kekasih. Yang menjadi pertanyaan Sora adalah, jika di kantor saja mereka berani seperti itu, apakah di tempat lain juga iya? Atau lebih jauh lagi?

Hati Sora mendadak tidak nyaman. Dadanya sejak tadi sudah berdebar kencang gara-gara memikirkan ini. Padahal awalnya mengira olahraga akan membuat dia lupa dengan mudah. Ternyata salah. Dia justru semakin kepikiran karena Giselle dan Tama pun sudah ada di dalam aula ini.

Ya, mereka datang sekitar sepuluh menit yang lalu. And guess what? Mereka hanya menonton. Giselle sama sekali tidak bermain. Fix dia hanya ingin jadi pusat perhatian.

“Apa terlalu ketara? Gue nggak mau dia bisa membaca raut wajah gue.”

“Ketara. Makanya, happy dong.” Julian menepuk pundak perempuan itu pelan.

“Gue nggak bisa. Kepikiran terus. Tadi pas gue balik ke ruangan buat ambil kostum, Giselle lagi meluk dan cium pipi dia. Gue gak bisa lupa sampai sekarang.”

Julian menggeram. "Giselle pasti sengaja. Perempuan licik itu pasti sudah lebih dulu ngeliat lo akan masuk. Ck!"

Sora sebenarnya sempat berpikir ke arah sana. Tapi tetap aja ceritanya itu real. Mau disengaja atau enggak.

“Lo mau balas?” tawar Julian.

“Hah?” Sora tidak mengerti.

“Ya lo mau balas nggak? Bikin si Tama jealous.”

Sora cepat-cepat menggeleng. Dia tidak ingin Tama salah paham juga. Duh, ribet. Bukankah seharusnya Sora bodoh amat? Kan dia sudah sepakat ingin menjauh dari laki-laki itu?

“Yang natural aja. Nggak minta di kiss atau dipeluk. Tapi, lo kembali ceria. Kita main dengan baik. Jangan cemberut. Lo happy happy sama gue. Itu sudah cukup membuat Tama kebakaran jenggot. Trust me.”

Sepertinya saran itu masuk akal. Julian ternyata tidak mau ambil kesempatan dalam kesempitan. Dia sungguh teman yang baik.

Senyum manis tiba-tiba terbit di wajah Sora. Giginya yang putih terlihat berjejer rapi. “Ya udah, ayo,” jawabnya menerima tantangan.

“Nah, gitu dongg. Baru Sora namanya.” Julian menepuk puncak kepala Sora pelan. Sengaja. Karena dia tau mereka pasti sedang diawasi si mata elang.

Kembali ke lapangan, keduanya membuat anak-anak yang datang hanya untuk menonton kembali ramai. Pasangan Julian dan Sora rupanya masih menjadi couple goals di lapangan ini. Cantik dan tampan, sama-sama bisa main bulu tangkis. Euhh! Perfect!

‘Arrghh!’

‘Yeeahh!’

‘Shitt!’

‘Awas, Ra!’

‘Nggak kena, wek!’

‘Ha-ha-ha-ha!!’

‘Niceeee!’

‘Smash!’

‘Yaaaahhhhhhhhhhh!’

Berbagai macam suara terdengar baik dari lapangan maupun dari kursi penonton. Semangat Sora seperti naik berlipat kali ganda karena saran dari Julian. Kekompakan mereka di lapangan akan membuat Tama kepanasan. Jadi dia dan Tama akan satu sama.

“Biar makin semangat, gimana kalau yang kalah nanti harus cium yang menang. Gimana? Setuju?” Tiba-tiba Fabian membuat peraturan yang tidak masuk akal. Bukan hanya mengejutkan penonton, melainkan Sora dan Julian juga. Apa-apaan?

“Setujuuuuuuuuuuu!!” Tapi bala-bala jaer malah keganjenan pada setuju.

“Ngaco lo padaa!" sahut Julian dari tengah lapangan. Berdiri tegak sambil berkacak pinggang.

“Lo nggak rugi, Bro. Kalah menang, ini Sora Abigail! Mau lo yang nyium atau lo yang dicium, dua-duanya untung! Fabian memanas-manasi.

“Brengsek lo, Fab. Tapi... siapa takut sih?!” Julian memberi kode dengan satu kedipan mata kepada Sora. Maksudnya, mereka akan ikut tantangan dari Fabian and Sora harus percaya kepada Julian.

“Tapi cium apa dulu? Itu privasi woy.” Sora ikut mempertimbangkan, dengan cepat mengerti kode dari Julian.

“Ya kissing lah! Lo pikir cium tangan? Emang suami istri?”

Semua tergelak, termasuk Sora sendiri. Di saat dia sudah memilih untuk enjoy, apapun yang membuat orang-orang tertawa, sudah pasti ikut membuatnya tertawa.

“Sebatas kening. Nggak lebih!"

"DEAL!"

Maka pertarungan itupun semakin heboh. Sisa pertandingan lima menit lagi dan tujuan orang-orang bersorak sekarang hanyalah karena sudah tidak sabaran ingin melihat siapa yang harus mencium siapa.

"Gue bingung mau dukung siapa! Baiknya kalian berdua saling ciuman aja!" Teriak Friska kegatelan dari kursi penonton. Membuat semua orang tertawa-tawa. Sora dan Julian juga sangat terhibur dalam permainan mereka.

Gerakan gerakan gesit dari kedua bintang lapangan itu semakin membuat penonton galau. Sepertinya mereka sama-sama kuat. Bahkan poinnya masih seri, padahal sudah tersisa satu menit lagi.

"Soraaa! Putusin, lo yang mau nyium gue, atau gue yang nyium lo?" tanya Julian dengan lantang sambil mengejar bola. Yang mendengar kembali terpingkal-pingkal.

"Bingung gue, Jul. Kalau seri gimana dong?" balas Sora tertawa ngakak.

"Ya udah, gue ngalah aja biar gue yang nyium lo."

Brak.

"WAKTUNYA HABIS!!!" Fabian menghentikan stopwatch bersamaan dengan Julian yang baru saja menjatuhkan raketnya ke lantai. Dalam artian, dia tidak menangkap kok kiriman dari Sora barusan.

"Enam belas, lima belas. The winner is Miss Soraaaaaa!" Fabian mengumumkan pemenangnya. Jelas, Julian adalah yang kalah dan itu artinya dia lah yang harus mencium Sora.

Sora dan Julian bertukar pandang. Laki-laki itu memberi kode kalau dia akan berpura-pura mencium kening Sora. Jadi sebaiknya perempuan itu bersiap.

"Cium! Cium! Cium! Cium!" Penonton kegatelan minta realisasi secepatnya.

Julian bergerak melintasi net dan menghampiri Sora. Seperti kesepakatan, laki-laki itu mencium pelipis Sora sekilas. Hanya menempel sebentar. Itupun sudah membuat para penggemar mereka berteriak histeris. Ampun dehh.

"Lunas ya! Besok-besok nggak ada request aneh-aneh lagi!" Julian mengancam Fabian si tukang usil.

"Besok aula ini akan gue tutup permanen."

Eh eh? Suara siapa itu?

***

Visual Sora main badminton sampai keringatan. Bikin Tama mengingat momen berkeringat di atas kasur. Wkwkwkwk.

1
Jeng Ining
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/ ada yg kebakaran tp gada apinya
Jeng Ining
nah ini dpt bgt feelnya tnpa typo nama, kita kek masuk beneran diantara mreka, terimakasih Kak, mdh²an ga cm updte 1 bab ya 🙏😁✌️
Asri setyo Prihatin
Luar biasa
Mama Mima
Terima kasih masukannya, Kakk. Padahal aku udah double check teruss. Ada aja yang kelolosan. Heuu... 🙏🏻🥹
Jeng Ining
terimakasih udh suguhin cerita keren kak🙏🥰
Jeng Ining
cerita bagus, penggambarannya mudah dicerna begini🫰😍🥰, sayang kak banyak typo nama, lbh baik direvisi atw paling engga ke depannya lbh teliti lg, mhn maaf klo komennya kurg berkenan, mdh²an makin sukses di NT🙏☺️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!