Suatu rangkaian perasaan untuk menjadi sebuah kisah cinta yang sempurna milik Juliette. Bermula dari pertemuan dengan seorang pria yang bernama Ronald sehingga mereka menjalin hubungan asmara yang diisi dengan suka duka, up and down, intrik dan terkuatnya sebuah rahasia. Mampukah Juliette mempertahankan hubungan asmaranya yang tidak selalu sesuai dengan keinginan mereka?
Di rangkaian kata - kata kisah cinta milik Juliette inilah tertulis sehingga terbentuk Alenia Cinta Milik Juliette.
Happy reading 😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inge, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Draft
"Sayangku, kenapa Mommy kamu bisa kenal sama Andre?" tanya Ronald lembut yang membuyarkan keheningan mereka di dalam mobil sambil menyetir.
"Waktu itu Andre jemput aku kerja saat Mommy masih menginap di apartemenku," ucap Juliette datar tanpa menoleh ke Ronald.
"Kamu suka di antar jemput sama Andre?" tanya Ronald dengan nada suara kesal.
"Iya, dia suka menawarkan tumpangan kepadaku."
"Kamu jangan terima tawarannya," ucap Ronald datar karena dia lagi cemburu.
"Kamu kalau ngomong ngaca dong! Kamu aja tadi main terima aja dicium wanita!" ucap Juliette kesal.
"Ok, mulai besok aku tidak akan mau dicium orang selain kamu," ujar Ronald lembut. "Tapi aku minta kamu jangan mau terima ajakan dia," lanjut Ronald.
Juliette tidak menanggapi ucapan Ronald. Ronald sekilas menoleh ke Juliette yang sedang mengalihkan pandangannya ke samping. Ronald menghembuskan nafas panjang melihat sikap ngambeknya Juliette. Ronald merasakan getaran dari smartphone miliknya. Tangan kanannya merogoh kantung dalam jasnya. Mengambil smartphone miliknya, lalu menyentuh ikon hijau untuk menjawab panggilan telepon itu. Mendekatkan benda pipih itu ke telinga kirinya.
"Hallo, ada apa Ed?" tanya Ronald serius.
"Aku hanya mengingatkan, ada jadwal pertemuan dengan Tuan Alfonso di club ruang VVIP no. 10."
"Tolong dibatalkan."
"Tapi Ro, ini pertemuan penting."
"Aku lebih mementingkan perasaan Juliette."
"Memangnya kenapa lagi dia?"
Tanpa basa-basi, Ronald langsung memutuskan sambungan telepon itu dengan menyentuh ikon merah. Menjauhkan benda pipih itu dari telinga kirinya, lalu menaruhnya di tempat semula. Menoleh sekali lagi ke Juliette yang masih bersikap acuh. Ronald mengalihkan pandangannya ke depan. Fokus mengendarai mobilnya menembus angin malam yang disertai dengan turunnya salju yang bergerak pelan.
Menelusuri jalan raya yang lumayan ramai dengan beberapa kendaraan. Butuh menempuh waktu dua puluh menit perjalanan yang hening dari restoran menuju gedung apartemen yang disewa Juliette. Mobil sport yang mewah berhenti di tempat parkiran yang satu lantai dengan kamar apartemen yang disewa oleh Juliette. Juliette membuka sabuk pengaman dengan tergesa-gesa ketika Ronald membuka kunci pintu mobil itu. Juliette membuka pintu mobil, lalu keluar dari dalam mobil. Setelah itu menutup pintu itu.
"Sayang, perhatikan langkahmu," ujar Ronald sambil menatap langkah Juliette yang terkesan tergesa-gesa untuk menghindarinya. "Hati-hati, demi Tuhan... kamu bisa terjatuh —."
"Sebaiknya kamu pergi dari sini," balas Juliette ketus tanpa menoleh ke Ronald sambil berjalan menuju pintu penghubung tempat parkir dengan beberapa unit apartemen.
Ronald merasa khawatir melihat gelagat ngambek yang dipancarkan oleh Juliette. Dengan sigap, Ronald membuka sabuk pengaman. Membuka pintu mobil bagian pengemudi. Berjalan cepat menghampiri Juliette. Mendorong pintu penghubung itu sehingga terbuka. Melanjutkan langkah kakinya mengikuti Juliette. Dari kejauhan Ronald dapat melihat Juliette sedang menyentuh beberapa ikon untuk membuka kunci unit apartemennya.
Tubuh proporsional itu bergerak luwes masuk ke dalam unit apartemennya. Ronald menahan pintu sebelum pintu itu tertutup. Masuk ke dalam unit apartemen yang disewa oleh Juliette. Melihat Juliette melempar tas kerjanya ke sofa panjang yang berada di ruang santai, lalu melangkah masuk ke dalam kamar. Dan sejauh ini, Ronald mengikuti langkah Juliette.
Pandangan Ronald tertuju pada Juliette. Entah sadar atau tidak, Juliette berkutat di depan cermin untuk menghapus make up di wajahnya. Hal itu membuat Ronald menarik senyuman dan ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Setelah apa yang telah terjadi sebelumnya, Ronald tahu Juliette marah besar. Di pandangan Ronald, paras Juliette yang cantik, apalagi jika sedang marah.
Juliette menjatuhkan baju terusannya yang panjangnya sedengkul, menyisakan pakaian dalam berwarna hitam. Benar, gadis itu jelas tidak sadar. Ketika Juliette berbalik, Ronald dapat melihat Juliette terkejut dengan sosoknya. Juliette langsung masuk ke dalam kamar mandi, lalu menutup pintu kamar mandi. Ronald tersenyum melihat Juliette tingkahnya Juliette yang polos.
"Apa yang kamu lakukan di sini! teriak Juliette kesal. " Aku meminta kamu pergi dari sini sekarang!"
"Aku ingin tidur di sini karena di luar hujan salju yang lumayan deras, aku lelah dan terlalu larut untuk menyetir."
Ronald beranjak berdiri dari samping kanan ranjang. Membuka celana panjangnya, jas, dasi dan kemeja sehingga hanya boxer yang menempel di tubuh kekarnya dia memposisikan dirinya senyaman mungkin di atas ranjang itu lagi. Seperti dia adalah pemiliknya. Dia merebahkan seluruh tubuhnya di atas ranjang yang empuk. Ronald mendengar samar-samar bunyi gemercik air di dalam kamar mandi. Ronald memejamkan kedua matanya.
Tak terasa sepuluh menit berlalu sejak Ronald memejamkan kedua matanya. Juliette membuka pintu kamar mandi. Keluar dari dalam kamar mandi. Berhenti sejenak sambil menggelengkan kepalanya karena melihat Ronald yang sedang berbaring di atas tempat tidurnya dan pakaian Ronald yang berserakan. Berjalan mendekati Ronald karena ingin menaruh pakaian Ronald ke tempat yang layak. Menghentikan langkah kakinya di samping kanan ranjang.
Juliette tertegun menatap tubuh nya Ronald yang atletis sehingga dia menelan salivanya. Aroma bunga mawar yang wanginya sangat enak dihirup dari tubuhnya Juliette menyeruak hingga Ronald mencium aroma itu. Tak lama kemudian Ronald membuka kedua matanya. Tidak memerlukan usaha yang cukup keras baginya untuk menarik Juliette ke dalam perangkapnya sehingga Juliette tidak sempat mengambil pakaian Ronald.
Gadis itu terjebak ke dalam pelukannya dan Ronald memeluknya dengan erat. Desiran lembut menyelimuti relung hati mereka, namun Juliette segera menepisnya karena dia tidak mau terlena dengan suasana. Sontak Juliette meronta-ronta sekuat tenaga. Ronald tertawa melihat usaha keras gadis itu. Ronald berguling ke samping. Mengubah posisi mereka hingga Juliette berada di bawah tubuhnya. Keduanya saling bertatap dengan tatapan mata yang berbinar.
"Kalau mau menginap di sini, tidur di ruang santai," ujar Juliette yang ingin membuyarkan keintiman di antara mereka.
"Beri aku ciuman, baru aku pergi tidur di ruang santai," pinta Ronald dengan suara serak.
Tak lama kemudian Ronald menempelkan bibirnya dengan bibirnya Juliette yang ranum. Ronald mencium bibirnya Juliette dengan penuh kelembutan. Spontan Juliette mengalungkan kedua tangannya di leher kokohnya Ronald, lalu membalas ciuman dari Ronald. Lama kelamaan ciuman yang lembut itu berubah menjadi ciuman yang menuntut. Kedua tangannya Ronald bergerilya dengan lincah sehingga tautan di pegunungan lepas. Membebaskan jemarinya menjelajahi area itu.
Juliette sadar dengan prinsipnya, lalu melepaskan kedua tangannya dari leher kokohnya Ronald. Menghentikan ciumannya hingga Ronald menyadari itu. Sedetik kemudian Ronald menghentikan kegiatannya. Dia mengecup keningnya Juliette dengan lembut. Beranjak dari tubuhnya Juliette, lalu berdiri. Berjalan santai menuju ruang santai. Juliette menatap punggung lebar laki-laki itu tatapan mata yang berbinar-binar.
Juliette meraba tubuhnya, dia baru sadar bahwa handuk yang tadi dia pakai terlepas sehingga dia melebarkan kedua matanya. Dia menduduki tubuhnya untuk mencari handuk. Dia mengambil handuk itu, lalu melilitkannya di tubuh sintalnya. Juliette beranjak berdiri, lalu memunguti pakaian Ronald. Juliette merasakan getaran yang berasal dari kantung dalam jasnya Ronald. Juliette merogoh saku itu. Ternyata yang bergetar adalah smartphone milik Ronald.
Dia mengambil smartphone itu. Keningnya berkerut melihat nama Jennie yang tertera di layar smartphone itu. Juliette menyentuh iKON hijau untuk menjawab panggilan itu. Mendekatkan benda persegi panjang itu ke telinga kirinya.
"Hallo," sapa Juliette ramah.
"Ini siapa ya?" tanya Jennie lembut.
"Aku Kak July, ada apa Jennie, malam-malam telepon?"
"Aku ingin bicara dengan Kak Ronald."
"Kak Ronaldnya sudah tidur, mau titip pesan?"
"Tidak."
Tiba-tiba sambungan telepon itu terputus sebelah pihak. Juliette mengerutkan dahinya dengan sikap Jennie yang tidak etis. Juliette tersenyum smirk ketika mengingat sikap Jennie terhadapnya yang terbilang cuek. Juliette memunguti dress yang tadi dia pakai. Melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi. Menaruh pakaiannya dan juga pakaian Ronald yang kotor.
"Aku yakin wanita itu menyukai Ronald," gumam Juliette bermonolog.