Trauma masih saja datang menghampirinya, bahkan ini sudah 7 tahun yang lalu Sihyun masih belum bisa melupakan kejadian mengerikan yang terjadi pada dirinya saat itu.
Sesekali dia ingin melakukan cara untuk balas dendam namun tak tahu cara memulainya. ketika suatu hari dia mengetahui bahwa bos di perusahaannya adalah suami temannya. Terlintas dalam pikiran Sihyun untuk melakukan balas dendam lewat suami temannya.
Bagaimana kisahnya....?
Simak saja langsung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurmaMuezzaKhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8. Macaron
Tak terasa, waktu pun sudah menunjukan pukul 21:00 malam. Sihyun sudah menyelesaikan pekerjaannya dan sekarang dia sedang membereskan barang-barangnya untuk segera pulang.
"Aneh, bukannya tadi dia bilang adiknya sakit karena tertindih olehku, lalu saat dia batuk pun aku berbaik hati mengajaknya ke rumah sakit, tapi kenapa dia malah marah-marah?" Gerutu Sihyun sambil beres-beres.
Kruyuukkk.
"Huwaaa aku lapar sekali, untung saja selesainya jam segini." Beranjak dari duduknya.
Sihyun pun melangkahkan kakinya keluar dari ruangan, dia sedikit berjalan cepat karena perutnya merasa sangat lapar.
Ting!
Lift pun terbuka. Sihyun terkejut saat melihat sosok pria gagah, tinggi dan tampan ada di dalam lift. "Eh.. pak presdir? Anda juga mau pulang, kah?"
"Ya. Cepat masuk, aku tidak suka menunggu!" Ucapnya ketus.
Saat itu juga, Sihyun pun langsung masuk ke dalam lift bersama dengan Taejun. Keduanya kini hening tak berbicara satu sama lain. Namun, Sihyun sedari tadi terus melirik Taejun seperti ingin mengatakan sesuatu.
"Berhentilah menatapku manajer Kim, aku tahu kalau aku ini memang tampan. Tapi maaf, aku sudah beristeri." Celetuknya tiba-tiba.
Mendengar itu, Sihyun langsung mendelikan matanya dengan ekspresi kesal. Bukan itu maksud dari Sihyun melirik Taejun.
"Ck, saya mengkhawatirkan anda, pak. Apa anda baik-baik saja? Tangan anda masih saja berdarah, saya takut itu infeksi." Ucapnya menjelaskan maksudnya.
Ting!
Pintu lift terbuka. Taejun dan Sihyun keluar bersamaan. Posisi Sihyun saat ini berjalan di belakang Taejun.
"Aku baik-baik saja, bahkan luka seperti ini sudah terbiasa bagiku." Ucapnya tiba-tiba.
"Hm?" Sihyun mengerutkan keningnya, dia tak mengerti apa maksud ucapan Taejun.
"Rumah anda dimana? Kalau satu arah, saya akan memberi anda tumpangan." Tanya Taejun tanpa menoleh.
Sihyun terkejut mendengar Taejun menawarinya tumpangan pulang bersama. "Tidak usah repot-repot, pak. Saya akan pulang naik kereta." Jawabnya menolak secara baik-baik.
Taejun tiba-tiba berhenti dan menoleh pada Sihyun. "Kau menolak ajakan atasanmu? Bahkan kau pegawai pertama yang saya ajak pulang bersama!"
"Pertama? Bukankah saya yang kedua pak? Yang pertama kan sekretaris Kang??"
"Yakkkk, berhentilah menjawab ucapanku, turuti saja aku dan ayo, saya akan mengantarkan anda!!" Pekiknya kesal.
"Tapi--
"Tidak ada tapi-tapi, ini sudah malam. Kata sekretaris Kang banya begal akhir-akhir ini, saya tidak ingin pegawai saya dalam bahaya."
Sihyun pun terpaksa ikut pulang satu mobil bersama Taejun, awalnya dia niat untuk berhenti dulu di salah satu kedai untuk makan. Namun, niatnya itu gagal karena harus pulang bersama Taejun.
'Hikss aku lapar..' Batinnya.
Setelah itu, mereka berdua sudah berada di dalam mobil. Dan benar saja, Taejun dan Sihyun satu arah. Namun sedari tadi Sihyun terus memegang perutnya karena lapar, Taejun pun sesekali melirik Sihyun.
"Ada apa? Apa perutmu sakit?" Tanya Taejun sambil menyetir mobilnya.
"Ah, saya...." Sebenarnya Sihyun merasa malu saat ini, apa dia harus berkata jujur pada Taejun kalau saat ini dia sedang kelaparan. "Saya lapar, pak."
Ckittt.
"Astaga!! Kau belum makan, kah?" Tanyanya dan langsung memberhentikan mobilnya.
Sihyun menggeleng pelan menandakan kalau dia memang belum makan. Taejun pun meijit pelipisnya. "Seharusnya anda ngomong dari tadi."
"Cih, kalau saja bapak tadi tidak memaksa saya, saya gak akan kelaparan begini." Gerutunya kesal.
"Anda menyalahkan saya? Saya berniat baik mau mengantarkan anda, manajer Kim!!" Jawabnya tak mau kalah.
"Sa-- Kruyuuuukk..
Perut Sihyun berbunyi lagi, dia benar-benar merasa sangat lapar saat ini. Dia pun mengalihkan pandangannya karena malu.
Taejun melirik sesuatu di kursi belakang, dia teringat kalau saat pulang tadi dirinya membeli beberapa macaron kesukaannya. Saat itu juga dia langsung mengambilnya.
"Apa anda suka macaron?" Tanyanya.
Sihyun menoleh langsung dan menatap Taejun. "Macaron? Ya, saya sangat suka. Itu termasuk makanan favorite saya waktu sekolah."
Srett.
"Nah, makanlah." Taejun memberikan 1 box macaron dengan macam-macam warna.
"Eh..." Terkejut. "A-apa ini? Kenapa banyak sekali pak?" Tanyanya dengan mata yang melotot karena terkejut.
"Saya hanya punya ini di dalam mobil, mungkin macaron ini bisa sedikit mengganjal isi perut anda."
Tanpa rasa malu, Sihyun pun langsung memakan macaron tersebut karena tak bisa menahan laparnya lagi. "Terima kasih, pak."
Drrrrtt... Drrrttt...
Ponsel Taejun tiba-tiba bergetar, dia langsung merogoh ponselnya untuk melihat siapa orang yang meneleponna di jam segini.
'Jiyun...?' Ucap batinnya.
"Hallo.. Sayang?" Taejun mengangkat teleponnya.
[....]
"Aku sedang berada di perjalanan mau pulang, ada apa hum?"
Sihyun yang awalnya sedang memakan macaron pun tiba-tiba berhenti dan melirik Taejun. 'Itu pasti Jiyun, kan?" Batinnya dan langsung mengepalkan tangan.
Terlintas di pikiran Sihyun untuk melakukan sesuatu, dia pun menyunggingkan senyumnya yang penuh arti.
"Iya sayang, selamat ti--
"Ah.. sakit sekali." Pekik Sihyun tiba-tiba.
To be continue.
