NovelToon NovelToon
IDENTITAS PALSU

IDENTITAS PALSU

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Identitas Tersembunyi
Popularitas:57.2k
Nilai: 4.7
Nama Author: Emily

Gwen Itzayana 27 tahun, gadis cantik yang berprofesi sebagai pengacara muda di kota New York. Harus berurusan dengan kartel narkoba di Meksiko setelah ayahnya seorang polisi yang sedang menyamar di dalam organisasi itu.
Penyamaran Eduardo berhasil di ketahui anggota kartel, menyebabkan pria itu di bunuh secara kejam.

Gwen menangisi kepergian Eduardo, hingga gadis itu nekat bertolak ke Meksiko dan menyusup ke dalam organisasi yang paling di takuti seantero negeri Sombrero tersebut.

Bagaimana nasib Gwen, mampukah ia bertahan hidup di antara penjahat-penjahat kejam itu. Apakah penyamaran nya akan di ketahui?

Terlebih Gwen di hadapkan pada pimpinan kartel di luar dugaannya. Apakah itu?

Ikuti kelanjutan kisah ini ya. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian setelah membaca 🙏🏻

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PERKEBUNAN LA PADRE

"Gwen...Kau tidak kembali ke Mexico. Mulai sekarang kau akan tinggal di sini. Tuan Rafael membutuhkan mu menjadi rodeo untuk menjinakkan kuda-kuda liar", ujar Chaves.

Mendengar itu jelas mengejutkan Gwen. Bukan Gwen saja yang kaget. Namun semua temannya terkaget-kaget.

Semua mengerumuni Chaves. Ingin tahu lebih lanjut.

"Tapi aku bekerja dengan mu tuan?"

"Gwen..Kau harus paham bagaimana organisasi ini berjalan. La Quintana adalah pucuk pimpinan kita. Dan pemimpinnya kau tahu sendiri siapa dia. Tuan Rafael Oliviera Kortez. Dan dia langsung yang meminta mu bekerja dengannya di sini. Kamu tidak bisa menolak Gwen. Aku saja tidak berani membantah perintah nya, apalagi kalian", ucap Chaves menjelaskan pada anak buahnya.

"Tapi aku tidak membawa pakaian ku".

"Sudah tidak usah kau pikirkan masalah itu". Chaves membuka dompet nya. Memberikan beberapa lembar uang ke tangan Gwen.

"Belilah pakaian mu", ujar Chaves pada gadis itu sebelum pergi meninggalkan Gwen dan teman-temannya.

"Gwen.. entah kapan kita akan bertemu lagi, tapi waktu yang singkat bersama mu membuat ku sangat kehilangan seorang teman", ucap Juana memeluk Gwen.

Begitu pun Dominggus. Memeluk erat Gwen. "Aku akan merindukanmu. Aku kehilangan teman ngobrol yang banyak bicara ini Tuhan", ujar pemuda itu.

"Aku akan kehilangan teman baru yang baik hati. Bahkan ia mengajari aku cara berdandan. Dominggus bilang sekarang aku bertambah cantik", ujar Mila terisak memeluk Gwen.

"Aku akan selalu merindukan kalian. Doakan aku bisa bertahan di tempat ini, bekerjasama dengan laki-laki tampan itu. Aku akan menahan diri agar tidak jatuh cinta padanya. Dia sangat seksi kan?", ucap Gwen dengan mimik wajah lucu. Sengaja bercanda agar Teman-temannya tertawa tidak menangisi perpisahan mereka.

"Ahh Gwen... seharusnya kau tidak sia-siakan hadiah mu. Aku ingin tahu bagaimana ia di atas ranjang", seloroh Juana.

Semua saling berpelukan hangat. Menangis bercampur tawa.

Sejujurnya Gwen nyaman bersama mereka. Walaupun pekerjaan yang mereka lakukan terlarang. Namun Gwen tahu hati mereka sangat baik. Dan saling menyayangi satu dan lainnya. Begitu juga Chaves. Laki-laki itu wajahnya nya saja yang menyeramkan, namun hatinya sangat lembut.

Bahkan Chaves sangat memperhatikan anak buahnya. Kecuali yang melakukan kesalahan yang bisa membahayakan klan dan semua anggotanya. Laki-laki itu tidak akan mentolerir nya. Seperti kesalahan yang di lakukan Santo. Santo lalai. Jika seperti itu dengan mudah musuh masuk dan mengalahkan mereka.

Gwen menunggu hingga keberangkatan teman-temannya. Perlahan bus melaju. Gwen melambaikan tangan, begitu juga seisi mobil melambangkan tangan pada gadis itu.

Gwen menatap hingga mobil hilang dari pandangan matanya.

Sesaat gadis itu menghela nafas dan menundukkan kepalanya. Ia berpikir...harus senang atau sedih. Sekarang ia begitu dekat dengan pembunuh ayahnya.

Gwen tidak mengenal siapapun di tempat ini. Ia kembali harus beradaptasi pada lingkungan baru.

Gwen menatap jauh kedepannya. Hamparan pohon anggur tumbuh subur di lahan yang luas membentang. Saking luasnya hingga jauh memandang tak tampak ujungnya lagi.

Tanpa Gwen sadar, sepasang mata tengah mengamati tindak tanduknya dari balik gorden di lantai dua hacienda yang berdiri kokoh di hadapan Gwen.

Gwen melangkah menuju rumah-rumah mungil di belakang hacienda. Ia pikir pasti di tempatkan di salah satu rumah tersebut.

"Nona Gwen?", sapa seorang pekerja.

"Iya", jawab Gwen. "Saya mencari tempat tinggal para rodeo. Bisakah kamu memberi tahu rumah yang mana?"

"Menurut Aleandro, nona tidak tinggal di sini. Tapi di hacienda. Nona masuk saja ke hacienda dari pintu belakang itu. Bertanyalah dengan orang yang ada di dalam", ujar laki-laki berkulit gelap itu.

"Oke terima kasih sudah membantuku", jawab Gwen tersenyum.

Gwen mengikuti petunjuknya. Ia tahu yang di maksud orang itu, masuk melalui dapur. Yang membingungkan buat Gwen kenapa ia tinggal di dalam hacienda, bukankah Rafael memintanya menjadi penjinak kuda-kuda liar yang di bawa ke perkebunannya ini? Ia akan segera mengetahui alasan itu nanti.

"Selamat sore. Saya Gwen–"

"Ohh nona Gwen, kamu sudah datang? Kemari, masuklah. Apa nona mau jus lemon?", tanya wanita paruh baya, bertubuh pendek dan berisi. Wanita itu membuka kursi untuk Gwen.

Gwen menganggukkan kepalanya dan duduk di kursi yang sudah terbuka itu.

"Nama ku Maria. Yang sedang mencuci piring di sana bernama Lucia. Yang memasak kudapan bernama Matilde. Jika membutuhkan sesuatu beri tahu kami", ujar Maria ramah pada Gwen. Ia menuangkan jus lemon kedalam gelas dan menyodorkan pada Gwen.

"Terima kasih bibi Maria", jawab Gwen sambil menghela nafas. Gadis itu membuka topi koboi menaruh ke atas meja dan mengusap peluh di keningnya.

Maria tersenyum melihat gadis berkeringat itu. Tampak lelah sekali. Bahkan Gwen meminum jus sekali teguk saja. Ia pun nampak sangat kehausan, pikir Maria. Maria kembali menuang jus ke dalam gelas Gwen.

"Bibi melihat mu menunggang kuda liar itu, semua orang terkagum-kagum pada mu. Kamu sangat lihai sayang. Di mana kamu berlatih menunggangi kuda liar seperti itu. Sangat berbahaya".

Gwen tersenyum mendengarnya.

"Ayah ku. Aku menunggang kuda sejak kecil. Keluarga ayah sebagian besar sebagai rodeo. Mereka menangkap kuda-kuda liar kemudian di jinakkan. Kuda-kuda itu akan di jual setelah jinak", jawab Gwen bercerita tentang kenapa dirinya bisa menunggangi kuda liar seperti tadi.

Tanpa mereka sadari, Rafael berdiri di balik pintu dan mendengar cerita itu. Laki-laki tampan itu tersenyum mendengar ceritanya.

"Maria, apa aku menata kudapan ini di atas meja sekarang atau nanti saja?"

"Lakukan sekarang. Mau dimakan atau tidak oleh tuan Rafael, harus siap sesuai jadwal menghidangkan snack sore hari. Kita tidak tahu jam berapa tuan turun", perintah Maria pada Matilde.

"Baik Maria". Matilde bergegas membawa makanan ke dalam.

"Selamat sore tuan Rafael".

Terdengar suara menyapa Matilde. Gwen menegakkan punggungnya. Apa Rafael akan ke dapur? Pikirnya.

"Ayo kita ke dalam temui tuan. Kemudian bibi akan mengantarmu ke kamar. Kau kelihatan lelah", ujar Maria.

Gwen menganggukkan kepalanya mengikuti pelayan paruh baya tersebut masuk ke dalam.

Gwen melihat Rafael sudah duduk dan menikmati buritto dengan selembar tortilla. Makanan kesukaan Gwen juga.

"Tuan...nona Gwen sudah datang", ujar Maria.

"Hmm..

Rafael tidak menyahut apa pun tentang Gwen bahkan tak sekalipun ia melirik Gwen yang berdiri di samping Maria.

"Bawa barang-barang ku ke mobil. Aku harus pulang ke Mexico setelah ini", perintahnya pada Matilde.

"Baik tuan", jawab gadis itu bergegas menaiki tangga.

"Nak...kau baru kembali ke perkebunan, kenapa pergi lagi?", tanya Maria dengan wajah kuatir menatap Rafael yang tengah menikmati kudapannya.

"Ada pekerjaan penting di perusahaan. Sampai jumpa satu bulan ke depan Maria", jawab Rafael dengan santai.

Maria menatap ke atas. "Oh perawan Guadalupe, lindungi anak ini di manapun ia berada. Semoga pulang nanti ia bersama seorang wanita yang di cintai nya", ucap Maria.

Gwen menyipitkan matanya mendengar kata-kata Maria.

"Kau terlalu berlebihan, bibi", ujar Rafael menggelengkan kepalanya. Tak sedikitpun ia menatap keberadaan Gwen di sana.

Tapi setidaknya Gwen tahu, selama sebulan tidak akan melihat Rafael di perkebunan. Baguslah.

"Aku bisa menyelidiki nya dari para pekerja lainnya", batin Gwen tertawa puas.

...***...

To be continue

1
Aan Andriyani
bagus bgt dan mudah do mengerti
ayudya
author kapan up nya.
gia nasgia
Ternyata jodohnya Gwen hanya lima langkah 😂
Juwita Eli
mn blm update
Vanni Sr
setelh sekian purnama up jg tp cm 1 😌
Juwita Eli
update lagi
Juwita Eli
Alhamdulillah update lagi setelah itu tau aku mah nunggu tiap hari
Mutia 1964
Tks udah up Thor, tetap semangat, walau cm 1 bab../Good/
kyo
semangatnya thor, jgn lama² nnti lupa alurnya thor
Arik
semangat Thor 💪
Dinda Wei
Akhirnya up lagi 🙏🏻
Hm... sepertinya ada yg bakal di halalin ini mah /Grin/
Delyana.P
Kalau tetangaan begitu kehabisan garem bisa minta yak /Tongue//Facepalm/
yumna
setlah sxan lma ka athr up lgi....takdir xan ternyata tinggal d tempat yg sma d new york
Amelia
Benar Rafael, takdir ya nggak /Grin/ Ternyata tetanggaan kalian wkwk
Amelia
Kak Emily kangennya. Semangat
Brigitha
akhrnya maaciih up nya thor
ayudya
akhirnya, muncul juga, semangat ya.
Mila Milo
akhirnya setelah sekian purnama up jga
ayudya
aku bolak- balik nunggu up nya ne.
ayudya: maksih ya author, semangat selalu.
Emily: Nanti malam ya
total 2 replies
gia nasgia
Next
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!