Neil sudah meninggal, suami yang terobsesi padaku, meninggal dalam senyuman... menyatakan perasaannya.
"Jika aku dapat mengulangi waktu, aku tidak akan membiarkanmu mati..." janjiku dalam tangis.
Bagaikan sebuah doa yang terdengar, kala tubuh kami terbakar bersama. Tiba-tiba aku kembali ke masa itu, masa SMU, 11 tahun lalu, dimana aku dan Neil tidak saling mengenal.
Tapi...ada yang aneh. Suamiku yang lembut entah berada dimana. Yang ada hanya remaja liar dan mengerikan.
"Kamu lumayan cantik...tapi sayangnya terlalu membosankan." Sebuah penolakan dari suamiku yang seharusnya lembut dan paling mencintaiku. Membuatku tertantang untuk menaklukkannya.
"Setan! Aku tau di bagian bawah perutmu, tepat sebelum benda pusakamu, ada tahilalat yang besar!" Teriakku padanya. Membuat dia merinding hingga, menghentikan langkahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dalam Kotak Nasi
Kendaraan mewah yang mengantarkannya, berhenti di tempat parkir sekolah elite. Mungkin jika di sekolah biasa, dirinya akan menjadi pusat perhatian. Di sekolah ini tidak, disusul beberapa mobil yang mengantarkan tuan mereka.
Hingga mobil berwarna pink yang disetir sendiri oleh Tantra tiba. Pemuda yang turun, kemudian mengeluarkan cermin genggam guna merapikan rambutnya. Memastikan betapa pentingnya kecantikan.
Barulah bergabung dengan ketiga temannya, Risa, Jessi dan Cheisia. Mereka memang anak orang yang dapat dikatakan kaya. Tapi bukan merupakan siswa populer di sekolah ini. Sekali lagi, mereka hanya berada di tengah-tengah piramida. Masih ada banyak tingkatan atas yang lebih tinggi dari mereka.
"Bagaimana ini, kulitku makin mulus." Tantra meraba pipinya sendiri.
"Benarkan? Perawatan spa kemarin memberikan efek bagus. Cheisia kamu jadi join bisnis cafe kan? Nanti siang kita ke notaris. Satu lagi, tentang pakaian branded juga jadi kan?" Tanya Risa mencari penanam modal lebih banyak lagi. Terlebih Cheisia kini merupakan bagian dari mereka.
"Tentu saja, untuk mendapatkan kakanda. Adinda harus menjadi orang yang hebat." Semangat membara dari Cheisia, yang mungkin akan membuat Neil bertambah merinding.
"Ka...kakanda? Dan Adinda?" Tantra tidak bisa menahan tawanya. Sebuah istilah yang begitu konyol baginya.
"Benar! Itu panggilan kesayanganku dan Neil---" Kalimat dari Cheisia membuat Tantra kembali menutup mulut teman barunya itu.
"Jangan sembarangan berucap tentang Willy. Ingat! Dia berada di kasta tertinggi sekolah ini. Bagaimana jika dia membuatmu menyesal sekolah di tempat ini? Bagaimana jika dia menghancurkan bisnis keluargamu? Bagaimana jika dia membuat semua orang melakukan pembullyan padamu?" Tanya Tantra begitu terlihat cemas.
Cheisia melepaskan tangan Tantra yang menutupi mulutnya."Bagaimana jika dia mengikatku di tempat tidur? Mengunciku dalam apartemen. Lalu melecehkanku, menjadikan aku sebagai miliknya seorang..."
"Nah! Kamu mengerti!" Ucap Jessi.
"Maka, aku akan pasrah..." Lanjut Cheisia, membuat teman-temannya tidak dapat berkata-kata. Bahkan ingin rasanya membenturkan kepala sahabatnya ke tembok, agar sadar diri.
Tapi, suasana di tempat ini terlalu tenang. Benar-benar tenang, mata Cheisia melirik ke kelas lain yang terletak di lantai 3.
Neil terlihat di sana, tepatnya jendela lantai 3, mengawasinya, menatap tajam bagaikan naga yang akan menelannya.
"Neil sayang! Kakanda!" Cheisia berteriak dari bawah sana. Membuat Neil yang pada awalnya menatap tajam, melihat ke arah lain salah tingkah, pura-pura tidak memperhatikan.
"Cheisia hentikan!" Pinta Jessi, tapi sayangnya temannya ini benar-benar tidak mendengarkan.
Membuat perhatian semua orang tertuju pada Cheisia. Seakan mereka menantikan bagaimana Cheisia akan mengalami pembullyan setelah ini.
"Neil...aku mencintaimu..." gumam Cheisia dengan ekspresi yang berubah sedih. Menatap punggung Neil dari jauh. Masih terbayang di benaknya bagaimana Neil bersedia menerima tiga tembakan, agar dirinya (Cheisia) dibiarkan hidup. Pesan terakhir dari sang suami, yang menyatakan agar Cheisia dapat melanjutkan hidup dan mencari pria yang dapat membahagiakannya.
Tidak! Waktu kini berputar ulang. Hanya akan ada Neil dalam hidupnya. Tidak akan ada yang dapat menghalanginya lagi.
*
Kala jam istirahat tiba, dirinya mengendap-endap mendekati kelas dimana Neil berada. Walaupun ada cafetaria, tapi entah kenapa dirinya ingin membawakan bekal penuh cinta.
Perlahan dirinya mengintip. Menatap ke arah Neil yang hanya melihat ke arah jendela.
"Willy (panggilan Neil), aku membawakan oleh-oleh untukmu dari France. Ini parfum edisi terbatas." Seorang wanita yang lebih cantik dari Cheisia mendekati Neil. Membuat Cheisia kesal setengah mati.
Neil hanya melirik kotak berisikan parfum pria di dalamnya."Mau tidur di ranjangku?" tanya Neil membuat wanita itu gugup.
Sedangkan Cheisia yang mengintip menelan ludahnya. Bagaimana jika wanita itu menjawab bersedia? Apa Neil memang tidur dengan berbagai wanita di masa mudanya?
"Ji...jika menghabiskan malam bersama. Aku bersedia menginap." Tidak melewatkan kesempatan siswi itu menunduk gugup.
Srak!
Prang!
Neil melempar botol parfum hingga pecah berkeping-keping."Kamu merendahkan ku, dengan mengatakan aku gigolo yang dapat dibeli dengan parfum seharga 250 euro (sekitar 4,4 juta rupiah)?"
"A...aku salah! Maaf! Maaf!" Dengan cepat gadis itu melangkah pergi, membuat Cheisia yang masih mengintip menghela napas lega.
Dirinya benar-benar bertaruh kali ini. Berbeda dengan Neil dewasa sebelum waktu terulang, dimana begitu lembut membelai dan melilit tubuhnya. Neil saat ini, seperti harimau menyeramkan, memiliki cakar dan taring yang tajam.
"Aku harus berani. Dia Neil yang selalu membuatkan makanan setiap pagi untukku. Dia Neil yang paling memahami dan mempercayaiku..." Batin Cheisia, mencemaskan keselamatan hidupnya.
Jantungnya berdegup cepat, remaja rupawan dengan tatapan dingin. Orang-orang di kelas ini juga menatap sinis padanya.
Dengan kekuatan bulan dan segala keberanian, Cheisia mengulurkan tangannya, memejamkan matanya sembari menyodorkan kotak bekal."Kakanda! Adinda membuatnya dengan susah payah untukmu!"
Neil hanya diam sejenak, tatapan matanya masih dingin. Benar-benar tsundere sejati pemuda ini. Perlahan mengangkat tangannya, hendak meraih kotak bekal.
Namun.
Srak!
Brak!
Siswa lain merebutnya dari tangan Cheisia, sebelum Neil menggapainya. Melemparkannya ke lantai.
"Berani-beraninya kamu mengganggu Willy (Neil) lagi! Willy hanya makan makanan yang disiapkan koki khusus! Dasar tidak tau status." Kalimat dari seorang siswa, menertawakan Cheisia.
Mengaggap dirinya akan meraih simpati Neil, mungkin sebagai orang kepercayaan atau anak buah?
"Aku membuatnya dari pagi." Cheisia menatap ke arah bekal buatannya yang hancur. Nasi berbentuk hati, ditambah dengan berbagai hiasan yang lucu. Untuk pertama kalinya dirinya membuat kotak bekal tapi berakhir seperti ini.
"Dengar! Sekali lagi kamu mengganggu Willy, kami akan membuat perhitungan denganmu." Ucap sang siswa, bersamaan dengan siswa lainnya yang tersenyum, bagaikan bersiap untuk membully Cheisia.
Padahal Neil tidak mengatakan apapun. Bahkan belum sempat mengatakan apapun.
"A...aku maaf!" Cheisia pada akhirnya pergi dari kelas tersebut, meninggalkan kotak bekalnya di lantai.
Samar Neil melihatnya. Wanita itu menangis? Mengapa ada yang mengganjal di dadanya saat melihat Cheisia pergi? Ada rasa kesal tersendiri melihat Cheisia diganggu orang lain.
"Willy, aku sudah melindungimu dari stalker tidak tau diri. Tenang saja, jika dia mengganggumu lagi, kami akan merobek pakaian---" Kalimat sang siswa terhenti kala Neil berdiri dari tempat duduknya.
"Memangnya kamu siapa, ingin mencampuri urusan pribadiku?" Tanyanya dengan raut wajah tanpa ekspresi.
Brak!
Bagian perut pemuda itu ditendang dengan kekuatan yang tepat. Menyebabkan rasa sakit tapi tidak mengakibatkan cidera fatal.
Tidak ada reaksi apapun dari Neil, yang melangkah pergi. Matanya sedikit melirik ke arah nasi berbentuk hati, entah kenapa tangannya bergerak mengambil kotak nasi kosong akibat isinya yang berhamburan.
Tidak ada satupun siswa yang berani bertanya, mengingat fikiran pemuda itu tidak dapat ditebak sama sekali.
Wajahnya tersenyum bagaikan iblis."Aku akan mengembalikan kotak bekal ini..."
Membuat semua siswa di kelas itu meyakini Neil benar-benar membenci Cheisia.
Tapi apa benar? Ada rasa bahagia tersendiri, bagi sang pemuda, menemukan alasan untuk kembali bertemu dengan... stalker? Atau ayang? Entahlah...
Lagian pikiran orang sukses kebanyakan ga sempet ngurusin hidup orang lain mending dia ngembangin bisnis, ngumpul cari koneksi ngomongin hal penghasil cuan drpd cuma ngurusin hidup sm masalah orang, target pasar mu salah mbak bi 😅
kakanda katanya🤣🤣🤣🤣
kopi sudah otewe ya 👍💕😍