NovelToon NovelToon
Annaisha

Annaisha

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:890
Nilai: 5
Nama Author: -Nul

Annaisha: Rumah Penuh Hangat" adalah sebuah kisah menyentuh tentang cinta dan kekuatan keluarga. Putra dan Syifa adalah pasangan yang penuh kasih sayang, berusaha memberikan yang terbaik bagi kedua anak mereka, Anna dan Kevin. Anna, yang mengidap autisme, menjadi pusat perhatian dan kasih sayang dalam keluarga ini.

Melalui momen-momen sederhana namun penuh makna, novel ini menggambarkan perjuangan dan kebahagiaan dalam merawat anak berkebutuhan khusus. Dengan cinta yang tak kenal lelah, keluarga ini menghadapi tantangan sehari-hari dan menemukan kebahagiaan dalam kebersamaan.

Cerita ini mengingatkan kita akan pentingnya dukungan keluarga dan betapa kuatnya cinta dalam mengatasi segala rintangan. Bersiaplah untuk terhanyut dalam kisah yang mengharukan dan penuh kehangatan ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon -Nul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

08. Kepulangan Alinda

Pagi-pagi sekali, suara ketukan pintu sudah terdengar dari luar rumah. Syifa melepas appronnya dan melangkah pergi dari dapur, melihat siapa yang datang sepagi ini.

Begitu pintu terbuka, Syifa membeku sesaat. Dipandangnya perempuan yang ada dihadapannya, sembari menenteng sebuah koper besar. Lamunan Syifa dibuyarkan kala Putra menyentuh dirinya dan bertanya siapa yang datang.

"Mas Putra!" perempuan itu berteriak kecil. Kemudian masuk ke rumah begitu saja tanpa menyapa Syifa yang ada di ambang pintu.

Melihat kedatangan Lin, tentu saja Putra sedikit terkejut. Pasalnya perempuan itu datang tiba-tiba dan tak memberi tahu Putra sebelumnya. "Loh, kamu kenapa ada di sini?" tanya Putra penuh penasaran. Tangannya menyambut tubuh kecil Lin dan membawanya masuk ke dalam pelukannya. Syifa berdiri tak jauh dari mereka, dan hanya terdiam melihat interaksi itu. Ia tak berminat untuk sekedar bertanya atau menyapa Lin yang baru saja pulang dari Amerika.

"Mas jahat banget tahu, kenapa Mas nggak kabarin Lin kalau lagi sakit? Memangnya Lin bukan keluarga Mas?" tuntut Lin meminta jawaban sebab ia benar-benar merasa kesal. Kakaknya sakit hingga hanya bisa terduduk di kursi roda, tapi tidak ada satupun yang memberitahunya.

Putra terkekeh kecil mendengar omelan adiknya, kemudian membawa Lin untuk duduk di sofa, membiarkan Syifa kembali ke dapur sebab ia harus menyelesaikan masakannya. "Maaf, Mas nggak kasih tahu kamu karena takut buat kamu khawatir. Lihat kan? Waktu kamu tahu Mas sakit, kamu langsung pulang. Mas cuma nggak mau ganggu pekerjaan kamu," balas Putra berusaha menjelaskan.

"Lagian kamu tahu Mas sakit darimana? Syifa hubungin kamu?" tanya Putra. Lin yang mendengar itu berdecak kecil, sembari melirik dapur dimana Syifa masih berdiri di sana.

"Mbak Syifa? Nggak mungkin lah. Mas lihat sendiri kan waktu aku datang, dia nggak nyapa aku sama sekali," adu Lin mengungkapkan kekesalannya. Putra menghela nafas pasrah, sepertinya hubungan mereka semakin meregang karena sudah lama tidak bertemu.

"Udah lah, kamu jangan sinis mulu sama Syifa. Mumpung kamu lagi di sini, ada baiknya kalian juga harus mulai mengakrabkan diri," nasihat Putra pada adik perempuannya. "Sampai sekarang Mas juga masih bingung. Kenapa kamu belum bisa menerima Syifa sebagai istri Mas," gumam lelaki itu menerka-nerka.

"Sejak awal aku juga udah nggak suka sama dia Mas," ralat Lin. Perempuan itu mengeluarkan sebuah bingkisan kecil dari dalam tasnya, dan meletakkannya di meja. "Ini ada oleh-oleh buat Kevin sama Anna. Mereka belum bangun?" tanya Lin mengalihkan pertanyaan.

Putra mengangguk kecil, dan menatap kotak kecil yang diberikan Lin pada anak-anaknya. "Harusnya kamu nggak usah bawain apapun buat mereka. Mas jadi ngerasa repotin kamu," celetuk Putra tak enak hati. Adiknya itu memang sangat royal pada anak-anaknya, dan tak jarang memberikan mainan ataupun barang yang cukup mahal pada mereka.

"Udahlah Mas, mereka juga keponakanku kok. Aku ke kamar mereka ya? Nggak akan aku bangunin kok," ucap Lin meminta izin sembari menunjukkan tanda peace.

"Yaudah sana, kamu juga istirahat. Pakai kamar tamu aja, spreinya baru diganti kok," sahut Putra mempersilahkan.

Sepeninggal Lin yang pergi ke kamar anak-anaknya, Putra mendekat ke arah dapur dimana Syifa tengah mencuci piring. Ia menggerakkan kursi rodanya sendirian, dan sedikit mengejutkan Syifa yang tengah melamun. Putra tahu, kepulangan Lin juga membuat Syifa merasa tidak nyaman. Dan Putra harus membujuk wanita itu agar tidak marah.

"Kamu nggak papa kan kalau Lin tinggal sementara di sini? Aku janji nggak akan lama, nanti aku coba bicara sama dia baik-baik," ucap lelaki itu.

Syifa membalikkan tubuh kemudian menatap lelaki itu dengan wajah masam. "Bukannya benci sama adik kamu, Mas. Tapi aku nggak nyaman kalau dia tinggal lama-lama di sini. Kamu tahu kan kalau hubungan aku dan Lin nggak baik?" tanyanya menuntut. "Lagipula, dia datang tanpa pemberitahuan. Ya salah kita juga karena nggak kasih tahu dia kalau kamu sakit dari awal, gimanapun juga dia adik kamu," sambung Syifa mengucap.

"Iya, aku tahu Syif. Mungkin untuk beberapa hari ini, Lin akan ada di sini. Kalau kamu merasa nggak enak, segera bilang aku ya? Jangan dipendam sendiri," ucap Putra, tatapannya menjurus tajam ke iris wanita itu. Kemudian mengukir senyum hangat agar istrinya bisa merasa lebih baik.

🌙🪐✨️

"Tante Lin!"

Anna berlari kecil mengejar Lin yang membawa kabur bonekanya. Anak perempuan itu terus tertawa dengan langkah kaki kecilnya menuju ruang tengah. Lin berhenti, kemudian membawa Anna untuk berbaring di lantai dan menggelitiki anak itu.

Kevin ikut mengejar, dan bergabung dengan keduanya di lantai. Ia mengeluarkan sebuah pedang mainannya dan mengarahkannya pada Lin. "Tante, lepas kakakku!" ancam anak lelaki itu dengan wajah garang yang dibuat-buat. Melihat reaksi Kevin, Lin justru tertawa terbahak-bahak. Menurutnya, Kevin semakin bertambah lucu ketika anak itu tengah marah.

"Iya-Iya, ini Tante lepasin," cetus Lin dengan nafas terengah. Bermain dengan keponakannya sepanjang hari cukup menguras tenaga, namun Lin tetap senang melakukan itu semua.

Anna mengambil sebuah coklat di meja yang Lin belikan sepulang ia dari Amerika. Lin tahu, coklat itu adalah favorit Anna juga Kevin. Maka ia membelikan cukup banyak coklat, supaya anak-anak itu tidak terlalu sedih.

"Udah Kev, Tante capek," keluh Lin kala melihat Kevin menghunus pedangnya kembali. Tubuhnya masih tergeletak di lantai, dan mengusap keringatnya yang terasa membanjiri tubuh.

"Yah, Tante lemah banget. Ayo dong, Kevin masih mau main lagi," celetuk Kevin berusaha membujuk.

"Lima menit deh, Tante mau rebahan dulu," balas Lin masih bernegosiasi.

Di sela-sela obrolan mereka, Syifa datang sembari membawa sebuah nampan berisi dua gelas susu untuk Anna dan Kevin. Melihat Bundanya yang datang, kedua anak itu langsung menyambutnya dengan riang. "Kevin, Anna, ayo minum susu dulu," ajak wanita itu. Mengabaikan Lin yang tengah menatap kesal kepadanya karena seharian ini Syifa sungguh tak menganggap keberadaannya.

Lin memang tenang jika Syifa tak mengajaknya bicara. Namun ia juga merasa kesal jika wanita itu terus menatapnya sinis. "Tante, Kevin minum susu dulu ya," pamit anak lelaki itu.

Melihat susu yang disajikan kepada Anna, Lin buru-buru mendekat ke arahnya. "Mbak, kamu kasih Anna susu?" tanya Lin tidak percaya. Dan meraih segelas susu sebelum Anna meminumnya.

"Kamu tahu kan kalau Anna nggak bisa minum susu? Tapi kamu tetap kasih dia kaya gini?" cerca Lin dengan kesal.

Melihat anak-anaknya yang melihat pertengkaran itu, Syifa segera merebut gelas yang dipegang Lin. "Anna suka, jadi aku kasih ke dia. Jangan ribut di sini, anak-anakku lihat," potong Syifa dan segera menarik Anna serta Kevin menjauh dari Lin.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!