NovelToon NovelToon
Tawanan Hati Sang Presdir

Tawanan Hati Sang Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Wanita Karir / Office Romance
Popularitas:14.6k
Nilai: 5
Nama Author: Marthin Liem

Cindy, seorang karyawan yang tiga kali membuat kesalahan fatal di mata Jason, bosnya, sampai ia dipecat secara tidak hormat. Namun, malam itu, nasib buruk menghampiri ketika ia dijebak oleh saudara sepupunya sendiri di sebuah club dan dijual kepada seorang mucikari. Beruntung, Jason muncul tepat waktu untuk menyelamatkan. Namun, itu hanya awal dari petualangan yang lebih menegangkan.
Cindy kini menjadi tawanan pria yang telah membayarnya dengan harga yang sangat tinggi, tanpa ia tahu siapa sosok di balik image seorang pengusaha sukes dan terkenal itu.
Jason memiliki sisi gelap yang membuat semua orang tunduk padanya, siapa ia sebenarnya?
Bagaimana nasib Cindy saat berada di tangan Jason?
penasaran?
ikuti kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marthin Liem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mansion Futuristik

Cindy menggeleng dengan bola mata yang terbuka lebar. "Oh, maaf, saya hanya salah bicara," ujarnya gugup.

Jason menyunggingkan sudut bibirnya dengan tatapan sulit diartikan, kedua mata kecilnya memicing tajam ke arah gadis tersebut.

"Jadi, kamu ingin saya mencoba, begitu?" goda Jason.

Cindy menggeleng lemah, tak ingin sampai hal itu terjadi meski yang ia hadapi pria setampan pangeran sekalipun.

"Ti-tidak, Pak Jason, maafkan saya yang keceplosan," ucap Cindy sambil memperhatikan leher Jason dan jakunnya yang naik turun saat pria itu menelan ludah.

"Makanya, hati-hati saat berbicara!" Jason kembali melajukan kendaraannya, sementara ketegangan masih terasa di udara.

Cindy tak henti mengelus dada, merasakan tegangnya situasi.

"Jangan khawatir, saya bukan tipe pria seperti itu, tapi kalau kamu berusaha menggoda saya, bagaimana bisa saya menjaga iman?" goda Jason dengan senyum tipis.

Cindy memalingkan wajah ke arah kanan, tak tahu bagaimana cara menjawab ucapan pria tersebut.

Ya, Jason memang sangat tampan dan kaya raya, namun, tetap saja cinta Cindy hanya terpaut pada Alvian, meski perbandingan antara Alvian dan Jason tentu sangat jauh.

Cindy menyadari pakaiannya yang minim, dan ia menyilangkan kedua tangan untuk menutupi belahan dada saat Jason iseng terus menengok ke arahnya ketika mengemudi.

"Tidak usah ditutupi, memangnya kamu pikir dadamu sebesar apa?" goda Jason, yang tertarik melihat ekspresi tegang di wajah Cindy.

Gadis itu masih belum menjawab, ia sedikit tersinggung. Dengan begitu, Jason jadi yakin jika Cindy adalah wanita yang bisa menjaga kehormatannya dengan baik, ia sangat salut pada gadis itu. "Oh ya, kenapa kamu bisa berada di night club? Apakah ada seseorang yang menjebakmu?" tanya Jason, Cindy teringat akan perbuatan jahat saudara sepupunya tersebut, ia sesegukan saat menceritakan awal mula dirinya bisa di ajak ke tempat itu.

Jason menyimak saat Cindy berbicara, ia menatap lekat pancaran sorot matanya, rasa ingin melindunginya dari kemalangan dan orang-orang yang hanya ingin memanfaatkan kelemahannya saja.

"Dia ini terlalu baik, sehingga banyak orang yang seenaknya. Ya, karena dia bodoh! Meski begitu yang aku suka darinya, dia bisa menjaga harga diri. Jarang-jarang aku menemukan perempuan seperti dia ini. Hmm... Walaupun terkadang sikapnya menyebalkan," batin Jason.

Mobil itu terhenti di depan gerbang Mansion megah milik Jason. Cindy tertegun saat melihat gerbang tersebut terbuka secara otomatis, tanpa harus repot turun atau memanggil seorang Security.

"Wih, keren," batin Cindy yang terkagum-kagum.

Mobil masuk ke dalam, dan gerbang itu kembali menutup dengan sendirinya. Di dalam, Cindy terkesima melihat kecanggihan sistem keamanan dan teknologi yang digunakan. Jason tidak mempekerjakan penjaga keamanan, namun ia memiliki sistem yang langsung terhubung ke kantor polisi jika ada kejadian yang mencurigakan. Ponsel Jason juga akan memberikan sinyal darurat jika ada ancaman, dengan wajah dan ciri fisik orang tersebut akan tersebar secara otomatis.

Mobil parkir di sebuah garasi yang mirip showroom, dengan deretan mobil-mobil dan sepeda motor mewah dan berkelas milik Jason yang harganya selangit.

"Ayo," ajak Jason saat membimbing Cindy keluar dari mobil. Mereka berjalan menuju pintu masuk rumah yang menggunakan kunci sensorik. Jason men-tap telapak tangannya pada sensor berwarna hijau, dan pintu itu dengan lembut membuka dengan bunyi 'tin...', menandakan akses untuk masuk berhasil.

Cindy melangkahkan kaki dengan perlahan, sambil mengedarkan pandangannya menyisir sekeliling ruangan mewah dan futuristik tersebut, semuanya serba canggih. Jason bisa dengan sesuka hati mengganti warna latar dinding hanya dengan sentuhan suara.

"Hijau, oranye, merah, putih," perintah Jason, dan latar dinding berubah-ubah sesuai dengan permintaannya.

"Wah, menakjubkan," gumam Cindy penuh kekaguman yang tiada henti.

"Silahkan duduk," kata Jason, menunjuk sofa berwarna brown berbentuk bundar yang terlihat sangat nyaman. Cindy segera mendaratkan bokongnya di sofa empuk itu.

"Pak Jason tinggal dengan siapa? Apakah ada pembantu di sini?" tanya Cindy.

Jason menggeleng. "Saya tinggal sendiri, dan tidak ada seorang pembantu di sini. Saya mengerjakan semua sendiri, tetapi terkadang sepupu perempuan saya pulang kemari, hanya saja dia saat ini sedang berada di Singapura," papar Jason, Cindy hanya mengangguk paham.

"Jadi Bapak menyapu, ngepel, cuci piring, masak, semuanya sendiri? Wah, hebat, Anda sangat mandiri." Cindy tersenyum kagum, tetapi Jason tidak terlihat terkesan dengan pujian tersebut.

"Saya harus ngepel, menyapu dan cuci piring? Oh tentu tidak, saya selalu menyuruh Jia untuk melakukan semuanya," jelas Jason dengan bangga.

Cindy melongo dan mengernyitkan dahinya bingung.

"Jia? Siapa Jia?" tanya Cindy, sambil memikirkan kemungkinan Jason tinggal bersama seseorang yang disembunyikan.

"Jia kemari!" panggil Jason, membuat Cindy tercengang. Ternyata Jia yang dimaksud adalah sebuah robot pintar yang bisa melakukan tugas rumah dengan baik.

Robot pintar itu bisa mendeteksi adanya sampah kasar sampai debu halus sekalipun. Ia melakukan pekerjaannya dengan baik dan tak ada satu pun yang tertinggal.

"Wih, keren, sungguh menakjubkan, hebat!" batin Cindy, merasa seolah terlempar ke masa depan saat berada di Mansion tersebut. "Pasti semuanya sangat mahal, tak terbayangkan berapa jumlah uang yang Jason keluarkan untuk semua kemewahan dan kecanggihan ini," lanjutnya, menggeleng tak habis pikir.

"Lalu, apa yang harus saya kerjakan jika semuanya serba canggih dan otomatis?" tanya Cindy penuh pertimbangan.

Jason tersenyum tipis. "Kamu tinggal melakukan apa yang saya perintahkan," jawab Jason. Masih banyak hal yang belum ia tunjukkan kepada Cindy.

Bukan hanya warna latar yang bisa berubah, ruang tamu itu juga bisa merubah konsep dengan sendirinya mengikuti selera dan gaya ciri khas tamu yang datang, menyesuaikan mood mereka.

Cindy tak bisa berkata-kata, terpesona oleh kecanggihan ruangan tersebut. "Ah, aku bisa mati berdiri, ini terlalu menakjubkan," batinnya.

"Mari, saya akan tunjukkan kamar untukmu," ajak Jason. Cindy bangkit dari duduknya dan mengikuti langkah Jason. Ketika pria itu berdiri, Cindy juga ikut berdiri. Secara mengejutkan, lantai yang mereka pijak bergerak sendiri, dan tiba-tiba mereka sudah berada di lantai 2. Ini seperti smart lift transparan.

"Ih, keren," batin Cindy tak bisa berhenti berdecak kagum. Lantai yang mereka pijak kini berubah menjadi ruangan yang nyaman dan mewah, lengkap dengan barang-barang elektronik.

Jason dengan santainya membuka pintu kamar untuk Cindy, memperlihatkan tempat tidur yang besar dan nyaman, dengan pemandangan indah dari jendela besar di samping tempat tidur. Cindy benar-benar tak percaya dengan semua yang ia lihat.

"Ini kamarmu," kata Jason sambil mempersembahkan dengan bangga. Cindy segera meletakan tas bahunya di atas nakas. Ia seperti sedang bermimpi, bahkan sampai menampar pipinya sendiri dengan kencang.

"Aw." Ia kesakitan, dan menyadari bahwa ini bukanlah mimpi.

Jason berdiri tegap, tersenyum melihat tingkah aneh wanita ini.

"Pak Jason, kamu ini manusia atau Alien, atau... Manusia masa depan yang melakukan perjalanan lintas waktu?" tanya Cindy sambil mengerucutkan bibir mungilnya.

"Menurutmu apa?" tanya Jason. Ini pertama kalinya ia membawa wanita asing yang bukan dari kalangan anggota keluarganya ke Mansion ini.

"Hmm... Ya, saya pikir kamu ini seorang petualang waktu. Lihat saja semua kecanggihan yang ada di sini, semuanya tak masuk akal," cerocos Cindy yang tak bisa menerima begitu saja.

Jason tertawa keras mendengar argumennya, lalu tersenyum puas melihat reaksi kagum Cindy. "Sayangnya, saya hanya manusia biasa, bukan alien atau petualang waktu," ujarnya sambil mengedipkan satu mata.

Cindy terdiam sejenak, kemudian tertawa kecil. "Hmm, saya hampir saja mengira jika kamu bukan manusia biasa," ujarnya sambil menggelengkan kepala.

"Tapi bolehkah saya menyentuh wajahmu untuk memastikan jika kamu manusia atau bukan?" pinta Cindy. Jason tersenyum miring, menganggap permintaan itu sangatlah konyol.

"Ah, kamu ini sepertinya terlalu sering menonton film sains fiksi, sampai-sampai mengira saya ini Alien," pekik Jason, membuat Cindy menekuk wajahnya akibat reaksi pria tersebut.

"Saya hanya ingin memastikan!" pintanya, seakan tak ingin ditolak. Jason menghela nafas panjang, kemudian ia membungkukkan sedikit badan agar memudahkan Cindy menyentuh pipinya.

"Ayo lakukanlah!" titah Jason, menunjuk wajahnya sendiri. Dengan tangan gemetar, Cindy menyentuh serat-serat kulit wajah Jason yang sedikit kasar di bagian dagu dan kumisnya, tetapi saat menyentuh pipinya, terasa sangat halus.

"Kamu masih menganggap saya ini Alien atau sebangsanya?" tanya Jason. Cindy menggeleng. "Cindy, kamu harus mengganti pakaianmu!" titah Jason, memimpin lengan gadis tersebut ke arah lain, dan membuka sebuah ruangan pakaian khusus wanita.

"Ruangan ini milik siapa, Pak?" tanya Cindy sambil menyisir pandangannya. Dia melihat koleksi beberapa pakaian trendy yang tersusun rapi dan presisi, menunjukkan perfeksionisme pemiliknya.

"Ini milik sepupu saja, Jessica, tapi kamu boleh menggunakan pakaian atau apapun yang ada di sini sesuka hatimu," jawab Jason dengan mantap. Cindy melihat beberapa skin care di sebuah rak khusus.

"Saya boleh menggunakan ini?" tanya Cindy menunjuk salah satunya, Jason mengangguk cepat.

"Ya, apapun yang kamu inginkan, kamu bebas menggunakannya tanpa banyak bertanya lagi," jawab pria tersebut tanpa rasa keberatan.

"Pak, apa tugas pertama saya bekerja di sini?" Cindy merasa bingung, ia tak enak jika tak melakukan sesuatu.

"Tidak ada," Jason menggeleng, membuat Cindy menggaruk pelipisnya yang sama sekali tak gatal, bingung dengan sikap Jason yang terlalu baik padanya.

"Oh ya, Cindy, kamu harus latihan!" kata Jason tiba-tiba, membuat gadis itu melongo.

"Latihan? Latihan apa, Pak?" tanya Cindy, heran dengan permintaan tiba-tiba Jason.

"Latihan belajar menjadi pacar bohongan saya untuk acara pernikahan sahabat saya satu minggu lagi!" pinta Jason dengan senyum misterius di wajahnya, membuat Cindy pura-pura batuk untuk menyembunyikan kekagetan yang ia rasakan.

...

Bersambung...

1
Bilqies
Hay Thor aku mampir niiih...
mampir juga yaa di karya ku /Smile/
Kim Jong Unch: Makasih ya kak
total 1 replies
Arista Itaacep22
lanjut thor
Kim Jong Unch
Semangat
anita
cindy gadis lugu..percaya aja d kibuli alvian.lugu kyak saya😁😁😁😁
Arista Itaacep22
seru thor cerita ny, tapi sayang baru sedikit sudah habis aja
Kim Jong Unch: Makasih, sudah mampir kak. ☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!