NovelToon NovelToon
Dewi Mimpi

Dewi Mimpi

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / cintapertama
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Wulan241299

Dewi mimpi, yang memiliki gelar Alkasia yaitu taun putri dari alam langit menyelamatkan seorang laki-laki yang terjebak di alam hampa. Perkenalan yang secara kebetulan membuat ikatan keduanya menjadi tidak bisa di lepaskan. Dia memberi nama Yun Xi, ikatan cinta yang penuh gejolak dan perubahan. Membuat keduanya harus berpisah dan memulai kembali kisah di pertemuan keduanya.
Nantikan kisah cinta Dewi mimpi yang akan selalu update setiap hari.

(Cerita ini murni karangan yang saya buat berdasarkan imajinasi semata. Jika ada nama, tempat, waktu memiliki kesamaan semua murni ketidaksengajaan)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wulan241299, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dunia Siluman (Alam Kui)

Dia tidak pernah menyangka akan bertemu dengan monster yang sangat jelek dan memiliki kekuatan petir. Dia masih diam dan memperhatikan apa yang monster itu lakukan. Harusnya dia bisa dengan tinggi tubuhnya, mematahkan atau mencabut pohon dengan mudah tidak harus menggunakan kekuatan.

"Aaaa..." raungan monster itu terdengar menggelegar dan membuat semangat yang semakin tinggi untuk dirinya. Sudah seribu tahun dia menantikan hari ini. Dimana dia bisa melihat monster yang aneh secara langsung. Dia berjalan mendekat dengan perlahan. Tapi 'kekek...' kakinya menginjak ranting pohon yang sudah patah. Dia ingin mengutuk dirinya sendiri karena terlalu ceroboh dan selalu tidak bisa menyembunyikan dirinya dengan baik.

Tatapan monster itu langsung mengalihkan pandangan kearah pemuda yang tengah berusaha untuk menyembunyikan dirinya namun tidak bisa. Tatapan tajam dengan keganasan yang mulai terasa. Monster itu mengarahkan kekuatannya kearah pemuda yang berusaha untuk menyerang. 'Deeeekrkkkk...' suara petir yang menyambar setiap pepohonan yang di lalui pemuda itu. Monster itu semakin marah dan murka setiap kakutannya meleset dan tidak pernah mengenai pemuda kecil di hadapannya.

Pedang tipis dan tajam ia arahkan kedepan dengan kekuatan berwarna keunguna. Tapi hempasan pedangnya bahkan tidak melukai sedikit pun tubuh monster di hadapannya. Ini benar-benar gila, kekuatannya sudah terkuras dan tubuhnya sudah tidak kuat untuk terus melawan tanpa bisa melukai lawannya. Jika seperti ini terus semua sama saja. Dia hanya akan menemui ajalnya dengan cepat.

Di depannya petir mulai mendekat dan ia tahan dengan pedang yang mulai terasa panas dan terbakar. Keringat terus mengukur dengan deras. Ini tidak akan berhasil, dengan cepat dia memutar otak dan setalah dia berhasil menepis serangan itu. Dia kabur dengan cepat. Tapi monster itu mengikuti dengan sambaran petir yang selalu menuju kearah dirinya. Hingga tidak lama suara burung kecil terdengar nyaring di telinganya. Dia menoleh dan melihat burung yang selalu mengikutinya kali ini dia terbang jauh lebih dekat.

"Ikuti aku," teriak burung itu membuat pangeran keempat terkejut. Dia tidak pernah mengira jika burung itu bisa bersuara seperti manusia. Meski dia tahu jika burung itu siluman, tapi dia benar-benar tidak percaya jika burung itu bisa berbicara.

Tanpa keraguan dia mengikuti burung itu. Meski dia tidak tahu kemana burung itu menunjukkan arah padanya. Tapi lebih baik mengikuti burung itu dari pada mati karena monster jelek yang terus mengejar dan menyerangnya.

"Lompat," di ujung jurang yang dalam, burung itu berteriak dengan nyaring. Intruksi yang ia berikan membuat pemuda itu ragu sejenak.

"Apa maksud mu? Aku tidak bisa terbang," teriaknya dengan nafas memburu.

"Lompat," burung itu terus mengintruksikan untuk melompat. Tapi jurang di depannya bahkan tidak terlihat tanah datar. Bagaimana dia bisa melompat dan mengorbankan dirinya dengan mudah. Lebih baik dia mati karena telah menyerang monster dari pada mati karena melompat dengan bodohnya.

Pemuda itu menoleh kebelakang melihat monster yang tidak terlalu jauh dari dirinya. Masih berlari mendekat. Dan dia menoleh ke arah jurang yang dalam. Sekarang pikirannya sangat kosong dan tidak bisa memilih apa yang harus ia lakukan selanjutnya.

"Percaya pada ku. Lompat," teriakan itu semakin membuatnya binggung hingga dia tidak bisa lagi menahan dirinya.

"Ayahanda, ibunda andai ananda bisa hidup setelah ini ananda akan berbakti dan tidak akan menimbulkan masalah lagi," kata putus asa namun terdengar sedikit lucu. "Aaaaa..." dia melompat dengan memejamkan kedua matanya. Dia tidak ingin melihat akhir dari hidupnya karena mempercayai burung yang baru saja ia temui.

Sepertinya sudah lama dia melompat dari ketinggian namun kenapa tubuhnya masih terasa di udara. Dia membuka perlahan kedua matanya. Melihat kesekeliling, udara segar dengan awan putih mengepul melewati dirinya. Dia mengedipkan matanya tidak percaya. Dia selamat dan saat ini tubuhnya tengah berada di punggung burung kecil yang mengikutinya. Entah tubuhnya yang menjadi kecil atau tubuh burung itu yang berubah membesar. Tapi yang pasti dia saat ini terselamatkan.

"Kamu terlihat bodoh saat di atas jurang tadi," kata burung yang mulai terdengar mengejek.

"Apa maksud mu, aku pangeran dunia siluman kamu bisa aku hukum karena mengejek ku." Dia bahkan melupakan jika burung ini membantunya terlepas dari serangan monster mematikan.

"Pangeran, bagaiman mungkin kamu menyebut dirimu pangeran? Melawan monster saja tidak bisa."

Tawa ejekan terus terdengar dengan tidak terlalu jelas. Namun pangeran keempat tetap bisa mendengar dengan jelas jika dirinya tengah di remehkan seekor burung.

"Kurang ajar, kamu tidak tahu siapa aku? Siapapun yang mengetahui nama ku mereka akan ketakutan dan kabur dengan cepat."

Pemuda itu berkata dengan sombongnya, namun rasa tidak percaya diri saat mengatakan itu juga terdengar jelas.

"Benarkah? Tapi nyatanya aku yang menyelamatkan nyawa mu," senyum tipis burung itu menggambarkan banyak hal.

Pemuda itu diam setelah mendengar perkataan dari burung itu. Dia tidak bisa menanggapinya lagi. Memang kenyataannya seperti itu. Setalah cukup lama terbang burung itu turun dengan berubah wujud menjadi manusia. Wanita cantik dengan gaun hijau bercampur seperti warna bulu di tubuhnya. Sangat cantik dan indah.

Pangeran keempat mengedipkan matanya tidak percaya. Wanita di hadapannya sangat cantik. Burung yang meremehkan dirinya ternyata memiliki wajah yang tidak bisa ia banyangkan. Bahkan air liurnya hampir menetes. Setelah beberapa saat benggong dan terus menatap wanita di depannya dia tersadar setalah dia melihat ke sekeliling. "Ini dimana?" tempat yang sangat asing baginya. Bunga berwarna warni bermekaran dengan indah. Rerumputan sangat hijau dengan kesegaran yang nyata. Pohon pir dan apel terlihat di sepanjang mata memandang.

"Aku baru tahu jika ada pemuda bodoh yang berani masuk sendiri ke hutan Gui."

Wanita itu berjalan melewatinya dengan gumaman yang tentu saja ia dengar. Tapi dia tidak bisa menanggapinya lagi. Sepertinya dia menyukainya. Wanita cantik dengan karakter yang berbeda. Dia terlihat seperti pahlawan wanita yang sangat menawan.

"Iya," katanya dengan seadanya. Dan mulai berjalan mengikuti wanita di hadapannya. Dia sudah tidak perduli lagi apa yang akan terjadi kepada dirinya. Sekarang dia hanya ingin mengenal wanita di hadapannya dengan baik. Sepertinya dia terlalu mudah jatuh cinta.

"Ini alam Kui, seharunya kamu tahu dimana ini."

"Alam Kui," pangeran keempat berusaha untuk mengingat sesuatu dan dia mendapatkannya. Dia ingat jika di sebuah buku sejarah yang ia baca. Alam Kui masih berada di dunia siluman namun tersembunyi dengan sangat baik. Karena inti kekuatan bumi yang kuat ada di kolam yang terdapat di alam Kui. Di kolam itu menjadi tempat pemulihan jiwa yang terluka. Kabarnya hanya orang tertentu yang bisa datang dan melihat tempat ini. Dan dia tidak menyangka jika dia bisa ada di sini saat ini. "Aku tahu, tapi tempat ini sangat indah."

"Lepaskan pakaian mu," kata wanita itu setalah membalikkan tubuhnya dan menatap pemuda di hadapannya.

"Apa?" menyilangkan kedua tangannya dengan cepat di dadanya. "Ini terlalu cepat, aku masih belum siap," ujarnya dengan malu-malu.

Wanita itu mengernyitkan dahinya, "Luka mu harus segera di obati. Kolam itu bisa menyembuhkan luka yang ada di tubuh mu."

"Ah." kata canggung keluar dari mulutnya bibirnya berusaha menyembunyikan kegugupannya karena pikirannya yang salah menanggapi maksud wanita di hadapannya. "Baik. Kamu bisa menyingkir terlebih dulu. Aku malu jika ada wanita yang memperhatikan ku saat mandi," ujarnya dengan senyum memerah di pipinya.

"Kamu pikir aku mau melihatnya," wanita itu langsung pergi meninggalkan pemuda di hadapannya yang bertingkah aneh.

Pangeran keempat berendam cukup lama, air yang dingin dan sejuk membuat dia betah dan tidak ingin pergi. "Ini sangat nyaman."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!