"Apa tidak ada cara lain Pak?, mungkin jika cacat di salah satu kaki dan tangan saya masih bisa menerimanya tapi ini tuli dan bisu, bagai mana saya bisa berkomunikasi dengannya?" ucap Frayogha yang tidak bisa mengerti dengan permintaan seorang pimpinan sebuah pondok pesantren yang memintanya menikahi putrinya yang tuli dan bisu, hanya karena dia ingin menghalalkan makanan yang telah dia makan.
Di paksa untuk menikahi seorang yang tidak dia kenal, dan katanya tuli juga bisu, rasanya jika menikahpun pernikahan mereka tidak akan lama atau mungkin sebaliknya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Takut
Yogha yang sudah melihat sang mamah, langsung memeluk mamanya itu dengan penuh rasa penyesalan, menyesal karena telah membuat sang mamah kawatir sampai berakhir di Rumah sakit.
Bu Fatma yang di peluk, menangis bahagia, karena kini dia sudah melihat anak semata wayangnya, berada di depan matanya dengan keadaan sehat.
"Maaf mah" ucap Yogha setelah sang mamah melepaskan pelukannya.
"Iya tidak apa-apa, yang penting kamu selamat" ucap Bu fatma, lalu setelah itu Bu fatma melihat pakayan Yohga dan Yogha yang mengerti kenapa sang mamah menatapnya seperti itu langsung berkata "pakayan???" dan bu fatma mengangguk.
Lalu pak Agung ikut berbicara "Itu mah katanya sedang mendalami peran jadi mantu pimpinan pondok".
"mamah Aamiinin, walau papah bercanda" ucap Bu fatma yang sedikit terobsesi memiliki mantu anak Kiai.
Semua orang tersenyum setelah mendengar kata Aamiin dari Bu Fatma, Yogha dan Bagus tersenyum, karena mereka merasa laga setidaknya walau bisu dan tuli, Ainur adalah menantu yang di idam-idamkan Bu Fatma anak pimpinan pondok atau anak Kiai.
Sedangkan pak Agung tersenyum karena melihat Bu fatma tersenyum, yang artinya bu fatmah sudah kembali sehat.
Pak Agung dan Bu fatma, yang ingin mendengar cerita hilangnya Yogha, langsung meminta Yogha dan Bagus untuk bercerita.
Yogha menceritakan Semua kejadian yang di alaminya, kecuali pernikahannya dan asal muasal pernikahan itu bisa terjadi.
Bukan tidak mau jujur, tapi rasanya ada rasa takut di hati Yogha, apalagi saat ingat kekurangan Ainur, yang bisa saja membuat sang mamah sakit lagi.
Yogha tahu sang mamah baik tidak pernah memandang remeh kekurangan orang lain, bahkan ada beberapa teman mamahnya yang menyandang disabilitas tapi tetap saja dia takut sang mamah tidak bisa menerima jika orang yang bisu juga tuli kini menjadi menantunya.
Yogha berpikir seperti itu, karena dia sadar jika sang mamah hanya manusia biasa, mamahnya mungkin bisa menerima orang yang berkebutuhan husus sebagai temannya, tapi belum tentu mamahnya itu, mau menerima kenyataan, bahwa menantunya juga berkebutuhan husus, walau nilai plusnya Ainur Anak pimpinan pondok.
Lama bercerita dan bercanda sampai Yogha lupa, jika yang berada di apartemennya sedang menahan rasa lapar, akibat belum makan apapun sejak diberitahu pak Kiai tentang rencana pernikahannya.
"Oh iya apa kalian sudah makan" tanya pak Agung yang baru ingat jika Yogha dan Bagus mungkin belum makan.
Ucapan pak Agung barusan membuat Yogja dan Bagus saling tatap, dan Pak Agung yang melihat hal itu untuk kedua kalinya berkata "Kalian ini kenapa? papa lihat sejak pulang dari sana kalian sudah dua kali saling tatap seperti itu?".
"Ah itu perasaan papah saja" jawab Yogha karena takut sang papah bertanya lebih jauh.
Bagus pun langsung berkata "Iya mungkin perasaan paman saja, oh iya kalau begitu saya pamit".
"Mau kemana?" tanya Bu Fatma.
"Pulang tante, sudah malam" jawab Bagus padahal dia akan pergi membeli makanan untuk Ainur.
"Kalau begitu sekalian kamu juga pulang Gha!!" ucap Bu Fatma yang merasa jika Yogha juga harus pulang.
"Mah tapi aku mau di sini" tolak Yogha padahal di dalam hatinya, dia bersyukur sang mamah memintanya pulang, setidaknya dia yang akan membelikan makanan untuk Ainur, apapun itu yang masih di jual di tengah malam seperti ini.
Pak Agung yang setuju dengan bu Fatma berkata "Mamah mu benar lebih baik kalian pulang dan istirahat diapartemen saja".
Setelah pak Agung berkata seperti itu, Bagus langsung berekata "Kalau begitu saya pamit om, tante, ayo bos!!".
"Ia cepat kalian pulang, jika kalian tetep di sini, kalian akan mengganggu kami" ucap pak Agung dengan senyum yang membuat Yogha tahu arti ucapan sang papah.
Pak Agung berkata demikian karena biasanya Yogha tidak akan pulang, jika dia tidak berkata seperti itu dan berhasil yogha mau pulang namun sebelum pulang Yogha berkata.
"Papah jangan ajak mamah begadang, kasian baru sembuh!!" ucap Yogha kawatir jika yang ada di otaknya benar-benar di lakukan sang papah.
Begadang bertukar keringat itu yang ada di otak Yogha.
"Ya terserah papah, yang penting mamah tidak keberatan iyakan mah?" ucap Pak Agung meminta persetujuan sang mamah dengan mengedipkan sebelah matanya.