Iriana merasakan kekecewaan kepada tunangannya yang ketahuan berselingkuh bersama sahabatnya.
membuat ayahnya jadi khawatir, sehingga membuat ayah nya berpikir untuk ia tinggal di tempat ibunya (nenek Iriana) di Perdesaan.
**
"Apa kau sudah melupakan nya?"
Seseorang yang menunggu nya untuk melupakan kan mantan tunangannya.
Mampukah ia kembali jatuh cinta saat pernah di khianati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sky00libra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab22
"Mas, kenal pria tadi. Aku kira tadi dia mau bunuh diri di jembatan, tapi ko ya. Jembatan dangkal gitu sih, aneh kan mas." ucap nya.
Membuat Rai terkekeh mendengarnya, kekasihnya ini ada-ada saja.
"Kenal... kan pekerja di tempat mas ini, dek! Kalo bunuh diri gak mungkin, sayang." seraya membantu Iriana turun dari atas motornya. Perjalanan yang hampir memakan waktu setengah jam, meski tidak terlalu cepat.
"Yah kan, perkiraan aku mas." meringis dengan segala asumsi nya.
"Haha... Iya sayang, iya. Ayo masuk, atau mau ikut mas keliling perkebunan dulu. Mas, mau lihat-lihat dulu. sebelum nanti, mas fokus kerja di pondok sini."
"Mmm... Ikut saja, mas! Tapi aku mau meletakan ini dulu." mengangkat tas bekal nya, yang ia bawa kan tadi.
"Ya sudah, mas tunggu disini."
Ia pun perlahan naik ke tangga pondok. Katanya, ini memang khusus pondok untuk Rai. Buat karyawan Rai lain lagi.
"Sudah hmm."
"Sudah, mas! Ayo." ia pun kembali menaiki motor. Rai, membawa nya ke arah kanan. Yang dimana pekerjaan disana cukup banyak.
Katanya, paman hari ini tidak ke kebun disini. Tapi berangkat ke Kecamatan, di sana tanah perkebunan sawitnya lebih luas. Di bandingkan di sini yang hanya 5 hektar.
"Jadi, mas sendiri di rumah? Bibi Ayu ikut paman kan?" Mengangguk, "iya, bibi Ayu gak mau jauh-jauh dari paman. Sama seperti, mas yang gak bisa jauh dari, adek." Terkekeh dengan ucapan nya. Yang mana itu malah membuat Iriana memerah, pelukan itu semakin kencang.
"Kita berangkat nya Jum'at yah, sayang! Mas, mau mampir dulu ke toko."
"Iya, mas!" Menghentikan motornya di bawah pohon sawit. Rai membawa Iriana berjalan di pangkalan pos security.
"Pagi, pak Cep!"
"Eh pagi, mas bos."
"Sudah makan, pak Cep?" seraya mendudukkan bokong nya, di dekat pos security.
"Sini, sayang! Duduk dekat, mas." dengan pelan menarik tangan Iriana.
"Sudah atuh, mas." entah apa pembicaraan mereka berdua, Iriana tidak terlalu memperhatikan nya. Ia hanya fokus melihat sekeliling nya dimana, banyak pohon kelapa sawit yang sudah berbuah masak. Mungkin sebentar lagi mau di panen kan.
"Dek! Ayo." ia sedikit tersentak dengan suara tiba-tiba Rai. Melihat nya mengulurkan tangan, mungkin pembicaraan mereka sudah selesai.
"Sudah, mas!?" dengan mata yang sedikit sipit, terkena seng pantulan cahaya matahari yang sudah naik.
"Iya. Dari tadi sudah, sayang."
"Pak Cep! Saya kesana dulu." lanjutnya seraya menunjuk arah pondoknya.
"Silahkan, mas!"
"Tapi, mas! kita kan belum keliling baru duduk di situ." ujarnya dengan menunjuk arah belakang, tempat yang sudah ia tinggal kan. Menuju motor Rai.
"Kamu belum makan, sayang! Jadi kita ke pondok dulu."
"Ayo naik, mas bantu." memegang tangan Iriana, membawanya naik keatas motor.
*****
Iriana, sedang memakan kan bengkal yang ia bawakan. Dengan Rai,yang sedang fokus di depan laptop nya. Mungkin pekerjaan lain sudah menunggu nya.
Terakhir kali ia kesini bersama Risa, dan itu terasa panas sekali. Tapi ia sedikit terkejut saat masuk, pria ini turun ke kebawah seperti menghidupkan suara mesin.
Tidak lama dia naik, kipas di dinding yang baru ia lihat. Di nyala kan Rai.
Sejak kapan kipas angin ini menempel di dinding? Sesekali ia menyuapi, Rai. Yang masih betah dengan pekerjaan nya, dia ini tipe yang jika sudah kerja. Maka akan lebih fokus, berbicara sedikit pun tidak. Meski sesekali mulut nya menguyah yang di suapi nya.
Tapi, saat Iriana bertanya. Dia menjawabnya. jadi, ia bisa fokus tergantung suasana nya. Atau jika ada Iriana maka dia akan tetap membagi perhatiannya.
Ia sudah selesai memakan bekalnya, sekarang ia ingin melakukan apa? Melihat pintu pondok yang terbuka ia pun keluar duduk di depan mengayunkan kakinya.
"Sayang!" duduk didekat Iriana.
"Mas, kerja nya sudah!?"
"Mm-hm, mau nonton pake laptop, mas." seraya memainkan rambut bergelombang Iriana.
"Boleh, tapi. Yang drakor yah, mas!"
"Kenapa gak anime saja, dek." tersenyum setelah melihat perubahan wajah Iriana yang manyun. Seperti tidak ingin.
"Mas, bercanda dek. Ayo kita nonton!" seraya memeluk Iriana, untuk ia angkat kan.
"Ihh... Aku bisa bangun sendiri." Rai, terkekeh dengan cepat mengecup pipi Iriana.
"Tapi, mas suka sayang." ucapannya membuat Iriana berdecak, sembari meninggal kan Rai. Yang masih dengan tawanya.
"Hei! Dek, tunggu, mas."
****
Menonton kan drama Korea, dengan laptop yang di letak kan diatas meja kerja, Rai. Sedangkan pria ini, malah merebahkan kepala nya di pangkuan Iriana.
Membuat Iriana jengah dengan segala komentar, Rai.
'Kenapa pria itu mau saja mati, padahal kan dia menang sama anak bayi itu. Terus dia bilang juga, ah ibu bayi itu kuat sekali padahal baru lahiran, ada juga ia bilang. ibu bayi itu kenapa harus mundur dengan bunuh diri. Padahal ia bisa main dengan satu kaki.'
Dan banyak lagi yang ia komentar kan, dan bisa-bisanya dia lebih dulu tau cerita nya. Iriana, saja baru bisa menonton nya. Dan pria ini sudah spoiler duluan. Tau dari mana coba?
"Bisa diam gak sih, mas! Kan tinggal nonton ih." melotot kan mata nya ke arah, Rai. Yang malah terkekeh dengan sesekali mencium perut rata nya.
"Mas, gemas sekali, dek."
"Ish... Jangan mengelus gitu, geli." menahan wajah, Rai. Untuk menghadap ke layar laptop saja.
"Ganti saja, dek! Mas, sudah tau cerita nya lihat di tok tok. Baik nonton Anime." melihat keatas wajah Iriana, yang terlalu fokus.
Menggeleng tidak mau, ia sudah lama menunggu musim ke-tiga nya malah mau di ganti.
"Kalo gitu cium, mas. sebagai gantinya, gimana!?" seraya menaik turun kan kedua alisnya. Ia yakin wanita nya ini pasti akan merengut, tidak mau.
Tapi....
Cup... Seperti nya Rai. Salah perkiraan, bibir nya di kecup dengan cepat tanpa sempat ia memprosesnya.
"Sudah kan, jangan ganggu aku nonton dulu. Bisa kan, mas?" membuat Rai hanya bisa mengangguk dengan patuh. Ia seperti terkena pelet.
Melihat ke arah pria ini, di pangkuan nya yang ternyata sudah tertidur. Pantas suara, dan gangguan nya tidak ada. Iriana sudah merasakan kaki nya kesemutan. Ia juga sudah lelah, mematikan laptop nya. Mungkin lain kali ia akan melanjut kan episode nya. Mencari bantal yang ternyata juga ada disini, ia memindahkan kepala Rai dengan pelan ke atas bantal.
Meluruskan kakinya yang kesemutan membuat ia meringis.
Melihat, Rai yang tidurnya sangat nyenyak membuat ia juga mengantuk. Merebahkan kepala nya di dekat, Rai. Ia bisa lihat bulu mata pria ini yang panjang dan lebat. Lama menatap, membuat mata nya menjadi mengantuk. Ia pun tertidur di samping, Rai.