Ini kisah tentang istri yang tidak dianggap oleh suaminya. Namanya Nadia. Ia bisa menikah dengan suaminya karena paksaan dari Nadia sendiri, dan Nufus menerimanya karena terpaksa.
Ada suatu hari dimana Nadia berubah tak lagi mencintai suaminya. Dia ingin bercerai, tetapi malah sulit karena Nufus, sang suami, malah berbalik penasaran kepada Nadia.
Dan saat cinta itu hilang sepenuhnya untuk Nufus karena Nadia yang sekarang bukanlah Nadia sesungguhnya, justru ia bertemu dengan cinta sejatinya. Cinta yang diawali dengan seringnya Nadia cari gara-gara dengan pria tersebut yang bernama Xadewa.
Lucunya, Xadewa adalah orang yang ditakuti Nufus.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada Yang Datang
Nufus mendapat notifikasi rapat mendadak menjelang sore. Ia langsung sigap menyiapkan materi sambil menebak-nebak, pasti ada masalah penting yang harus segera dibereskan.
Ia ingat baru-baru ini ada kejadian maxwin besar-besaran, dan tidak menutup kemungkinan akun yang sama akan mencoba peruntungan lagi. Xadewa jelas takkan tinggal diam. Bisa jadi, rapat ini diadakan untuk membahas perubahan regulasi.
Begitu Xadewa muncul dengan setelan ala bos mafia judi, Nufus langsung menajamkan fokus. Bahkan sebelum rapat dimulai, ia sudah menyiapkan jawaban. Bukan soal trik untuk mencegah kebobolan, tetapi alasan jika Xadewa bertanya, kenapa ini bisa terjadi? Jawaban Nufus yang sudah dipersiapkan adalah mengakui ada celah yang luput dari pengawasan.
"Gua tanya sama kalian semua, ada yang tahu kenapa gua adain rapat ini?"
Nufus buru-buru menjawab, mendahului yang lain.
"Karena baru saja ada kemenangan besar-besaran dari pengguna. Tapi maaf bos sebelumnya, trik yang dia pakai memang luput dari sistem kita. Saya perlu riset lebih dalam supaya kita tahu cara mencegah itu terjadi lagi."
Xadewa mengangguk tipis.
"Bagus. Lu udah bisa baca masalahnya. Kalau sampai semua dari kalian bilang gak ada yang tahu alasan rapat ini, artinya kalian masih kurang peka. Karena masalahnya sudah dibuka sama Nufus, sekarang gua mau langsung ke intinya, yaitu solusi."
Xadewa lalu memaparkan rencananya.
"Gua akan ubah regulasi. Kita perketat sistem, tapi tanpa bikin pengguna curiga atau merasa nggak nyaman. Kita tutup semua celah yang kemarin ketahuan."
Setelah itu, Xadewa panjang lebar menjelaskan update sistem yang dia susun, hasil mengamati Nadia dan pola-pola yang lolos pengawasan.
Rapat selesai, tapi orang-orang masih kumpul untuk pesta minuman. Hanya Xadewa yang tampak tidak tertarik. Dia sibuk merokok sambil menggulir layar HPnya.
Nufus mendekati Xadewa, menunggu moment untuk bicara. Begitu Xadewa menoleh dan mencampakkan HPnya, Nufus berkata bahwa ada yang mau dia sampaikan.
Xadewa melirik, lalu menepuk kursi di sebelahnya.
"Duduk."
Nufus langsung duduk dan menuangkan minuman untuk bosnya. Xadewa menerima gelas itu, meneguk sedikit barulah menatap Nufus dengan penuh perhatian.
"Bos, orang tua Nadia tadi nelpon saya. Mereka mau datang ke rumah saya lagi dan menginap. Katanya sudah tanya ke Nadia, tapi jawabannya coba tanya ke saya saja. Alasannya karena kami lagi ada masalah, jadi harus minta izin dulu sama yang punya rumah. Saya curiga Nadia belum mau terbuka soal masalah perceraian ini. Tapi saya juga mau minta pendapat bos dulu, takutnya ada hal lain yang perlu dipertimbangkan sebelum saya kasih tahu mereka yang sebenarnya."
"Lu bener. Emang ada hal yang jadi pertimbangan. Gua nggak mau sampai Nadia tahu kalau gua ini bos lu. Bisa aja dia dengar dari cerita orang tuanya. Urusan itu biar gua yang beresin. Lu nggak usah bilang apa-apa."
"Iya, Bos."
Nufus mengangguk patuh, tapi dia belum juga beranjak dari sana. Ia tetap duduk di sisi Xadewa. Tampak santai, sengaja mau menemaninya minum.
Tujuan kita sama, Bos. Sama-sama tidak mau orang tua Nadia tahu kalau Kak Dewa adalah bos ku. Tapi maaf, kali ini kita beda rencana. Kita bakal berbeda jalan. Batin Nufus.
Xadewa yang semula menatap gelas, mendadak terpikir soal Nadia. Ia ingat ada janji mau mampir ke rumah wanita itu untuk mengisi kulkas. Mungkin Nadia sekarang sedang menunggu, tapi kondisi Xadewa sudah setengah mabuk. Ia tidak ingin datang dalam keadaan seperti itu.
Ia mendengus kecil, lalu meraih HPnya. Setelah selesai mengirim orang, Xadewa kembali menyandarkan punggung, menyalakan rokok lagi sambil menatap asap yang berputar di udara. Nufus disampingnya bertanya, menawarkan kembali apakah Xadewa ingin tambah minumannya, Xadewa pun menolaknya.
"Cukup. Gua mau balik. Lu urus mereka."
"Oke, Bos."
Sambil beranjak pergi, Xadewa melirik Nufus sekilas sembari bergumam dalam hati. Sudah cukup orang itu kasih tahu siapa identitas lu, tapi nggak dengan memecah belah kita.
Malam ini, Xadewa akan mengeksekusinya dengan memasukan senjata bakterinya.
...****...
Nadia sedang sibuk di depan laptop setelah selesai membersihkan kulkas. Maklum, dia sengaja bersihin karena ada yang janji mau mengisinya
Malam ini, Nadia berniat mencoba peruntungan lagi. Dia berharap sistem masih belum sadar, jadi triknya masih bisa dipakai. Tapi percobaan pertama langsung kalah. Nadia mencoba lagi, bahkan memakai cara semalam yang sudah dia modifikasi sedikit supaya bisa tembus. Tetap saja gagal.
Di tengah fokusnya mencari celah, tiba-tiba bel rumah berbunyi. Iya, rumah itu memang ada belnya. Kenapa kemarin-kemarin Xadewa malah ngetok-ngetok? Ya begitulah dia, bawa kunci sendiri juga masih minta dibukain pintu.
Nadia mengintip dari jendela. Dilihatnya seorang pria berdiri sambil menenteng banyak kantong belanja. Pasti orang suruhan Xadewa, pikirnya.
Dia membuka pintu tanpa banyak bicara, hanya menatap orang itu seperti menunggu konfirmasi.
"Buek."
Nadia langsung tersenyum lebar mendengar kode itu. Dia mempersilakan pria itu masuk untuk menurunkan belanjaan. Bahkan Nadia tanpa sungkan minta tolong membantunya menata barang-barang.
"Bang Dewa ke mana?” tanya Nadia akhirnya.
"Tadi katanya lagi sibuk ada urusan. Emangnya kenapa, Mbak?"
"Nggak apa-apa. Cuma nanya aja."
Percakapan hanya sampai di situ. Tidak lama kemudian, pria itu pamit setelah selesai membantu menata belanjaan.
Di sisi lain,
Xadewa baru saja menyelesaikan urusannya. Ia habis menebar senjata ke orang yang disebut Paman oleh Nufus. Kemudian ponselnya berdering.
"Ya, kenapa?"
Suara anak buahnya terdengar di seberang. "Bos, urusan beres. Saya juga tadi bantu nata barang-barangnya, disuruh sama Nyonya Bos."
"Yaudah."
Baru saja Xadewa mau menutup telepon, suara di seberang buru-buru menahan.
"Bentar dulu Bos! Jangan ditutup dulu. Ada laporan tambahan."
"Apa?"
"Ada seseorang yang datang ke rumah Nyonya Bos. Laki-laki."
"Lu awasin terus. Gua ke sana sekarang!"
Ia segera memutus sambungan telepon. Dengan ekspresi seperti siap menghajar orang, Xadewa langsung tancap gas menuju rumah tempat Nadia tinggal.
.
.
Bersambung.
apa dia ingin melindungi dewa atau hanya alibi ingin menguasai harta,??? /Doubt//Doubt//Shame/
Lu dapet kekayaan, tapi bakal nemu banyak bahaya moral.