Cinta sejati merupakan cinta yang tumbuh bukan karena harta, rupa atau kebahagiaan semata. Namun, cinta sejati muncul karena rasa ingin menjaga dan melindungi serta ingin bersama sehidup semati di dunia dan di akhirat.
Akan tetapi, bagaimana dengan cinta bagi gadis seperti Adelia Embun Chalandra?
Sejak sang ibu meninggal dunia karena tidak ada biaya untuk operasi, gadis itu berubah menjadi seorang yang gila harta dan ambisius. Kali ini targetnya adalah seorang CEO tampan bernama Daniel Alexandro Lewis.
Mampukah Adelia menaklukan hati Daniel?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8. Mie Goreng
"Terima kasih, Pak. Lain kali jika butuh teman untuk ke pesta, dengan senang hati aku akan temani," ucap Adel.
"Aku akan berpikir seribu kali mengajak kamu ke pesta. Bukannya membantu, tapi menyusahkan aku saja," ucap Daniel.
Adel tersenyum melihat wajah bos nya yang cemberut karena kesal. Dia lalu meninggalkan apartemen dengan hati gembira. Tidak pernah dia memegang uang sepuluh juta. Rasanya ingin cepat mencairkan cek itu, tapi apa daya hari libur.
Sampai di kamar kos, Adel melompat kegirangan. Dia tidak menyangka, dalam sepuluh hari kerja telah dapat uang sepuluh juta.
Adel membersihkan kamar dengan senang hati. Dia melihat uang di dompet masih ada lima ratus ribu, sisa penjualan emas kemarin. Gadis itu langsung ke supermarket untuk beli bahan membuat mie goreng seafood. Dia ingin memasak buat Pak Daniel sebagai ucapan terima kasih.
**
Pagi harinya Adel datang dengan membawa tiga rantang mie goreng. Satu untuk Pak Daniel, satu Pak Candra dan satu untuk dirinya sendiri. Saat dia berjalan menuju pantry kantor, karyawan yang lain pada memandanginya dengan mata menyelidiki. Adel menjadi bertanya, kenapa semua menatapnya begitu.
"Banyak banget bawa makanannya. Untuk siapa itu?" tanya karyawan wanita yang bernama Desy.
"Untuk Pak Daniel dan Pak Candra," jawab Adel jujur.
"Oh, mau nyogok biar tak di pecat," ucap karyawan lainnya.
Adel hanya tersenyum menanggapi omongan temannya. Percuma diladeni, tak ada habisnya. Dia lalu berjalan meninggalkan pantry setelah menyalin mie ke piring dan menatanya agar menarik.
Setelah mie di tata, dia membuat segelas kopi dan membawa masuk ke ruang kerja Pak Daniel. Sang bos tampak sedang sibuk di depan laptop.
"Selamat Pagi, Pak," sapa Adel riang.
"Selamat siang. Kamu telat lima menit mengantar kopi, gajimu aku potong," ucap Daniel dengan suara lantang.
"Baru lima menit juga, Pak. Lagi pula aku telat karena harus membuat mie goreng untuk sarapan Bapak," jawab Adel.
"Aku tidak minta dimasakan sarapan!" bentak Daniel.
Adel nyengir mendengar jawaban atasannya itu. Pak Daniel memang tak pernah minta dimasakan.
"Yakin Bapak tak mau mie gorengnya?" tanya Adel.
"Siapa yang bilang tak mau, aku cuma bilang tak meminta kamu memasaknya. Sini!" jawab Daniel.
Adel meletakan mie dan segelas kopi itu dihadapan bos nya. Dia lalu membersihkan tempat lainnya di ruangan itu.
"Mmm, enak sekali” puji Daniel setelah mencicipi mi goreng tersebut. “Kamu punya bakat dalam memasak Adel. Kamu harus mencoba membuat makanan lain juga nih.”
Adel tersenyum, karena baru kali ini Pak Daniel tidak bicara lantang. Justru memujinya.
“Terima kasih Pak, tapi saya belum terpikir untuk membuat makanan lain” kata Adel sambil tersenyum. “Saat ini, saya masih harus fokus untuk pekerjaan saja.”
“Benar sekali, Adel. Kamu harus fokus pada pekerjaanmu. Tapi, jangan pernah lupakan hobi kamu ya” kata Daniel sembari mengakhiri sarapannya.
Adel dan Daniel pun bertukar pandangan sebentar sebelum Adel pergi kembali fokus dengan pekerjaannya.
Beberapa menit kemudian, Daniel menghampiri Adel yang sedang membersihkan sofa.
“Adel, aku mau tanya sesuatu," ucap Daniel yang terlihat sedikit serius.
“Ada apa, Pak?” tanya Adel sambil menolehkan kepalanya ke arah Daniel.
“Aku memperhatikan bahwa kamu sering membawa buku atau novel ke tempat kerja. Apa kamu suka membaca ya?” tanya Pak Daniel.
Tampaknya sang bos sudah mulai lupa dengan sifat marahnya. Sehingga bisa bicara santai.
“Oh ya, Pak. Saya suka membaca. Terutama novel dan buku-buku nonfiksi” jawab Adel.
“Wah, bagus sekali. Aku juga suka membaca novel. Kamu suka baca novel apa nih, Adel?” tanya Daniel dengan antusiasme.
“Saya suka baca novel fiksi romance, Pak. Dan saya sedang membaca novel baru yang saya beli kemarin,” jawab Adel.
“Apakah ceritanya seru?” tanya Daniel lagi, kali ini terlihat sangat tertarik.
“Sangat, Pak. Kalau Pak Daniel mau, saya boleh meminjamkan novel ini,” ucap Adel sembari memberikan novel yang dia bawa ke Daniel.
“Terima kasih ya Adel. Aku pasti membacanya nanti malam,” ucap Daniel sambil meletakkan novel tersebut di meja kerjanya.
Keesokan harinya, Daniel kembali ke tempat kerja sambil membawa novel yang dipinjamkan oleh Adel. Ia tampak sangat kegirangan ketika membaca novel tersebut dan hanya berhenti ketika tiba saatnya untuk makan siang.
“Adel, novel ini sungguh luar biasa. Aku tidak bisa berhenti membacanya!” kata Daniel sembari mengembalikan novel tersebut ke Adel keesokan harinya. Dia tidak lagi marah seperti biasanya.
“Saya senang Pak Daniel suka. Ternyata kita punya kesamaan dalam selera membaca ya, Pak,” ucap Adel sambil tersenyum kecil.
“Benar sekali, Adel. Kita bisa saling bertukar buku-buku kesukaan kita nanti,” kata Daniel.
Mereka pun mulai membicarakan hal-hal yang tidak terkait pekerjaan mereka. Mereka bahkan menukar informasi tentang film dan drama yang mereka sukai.
Daniel berpikir bahwa bisa saling berhubungan dengan Adel adalah sesuatu yang menyenangkan dan membuat kerja di kantor jauh lebih mudah. Ia merasa bahwa selama Adel bekerja sama dengan dirinya, ia tidak perlu khawatir tentang kinerja Adel.
Mereka kembali ke aktivitas kerja mereka, tetapi ada perasaan yang berbeda di antara keduanya. Mereka merasa lebih akrab satu sama lain dan dapat saling menghargai satu sama lain.
Dari hari itu, Adel sering membawa resep-resep masakan dan novel ke tempat kerja. Mereka terus bertukar informasi dan menyukai momen-momen seperti itu. Adel bahkan salah satu kandidat untuk menjadi penasihat Daniel ketika ia menghadapi masalah.
Bekerja dengan Daniel bukan lagi sesuatu yang menakutkan bagi Adel, tetapi menjadi sebuah tantangan yang menyenangkan. Ia merasa bahwa ia dapat belajar banyak hal dari Daniel, bukan hanya soal pekerjaan mereka, tetapi juga tentang kehidupan.
Hingga pagi ini, Daniel kembali meminta Adel menghadap dirinya.
"Ada apa, Pak," ucap Adel begitu berada di hadapan pria itu.
"Aku ada kerjaan keluar kota, sekaligus menghadiri pesta pernikahan temanku. Aku ingin kamu ikut denganku. Kita akan pergi selama tiga hari. Ini termasuk tugas dari kantor. Aku harap kamu tidak menolaknya," ucap Daniel.
"Tiga hari? Berarti kita menginap, Pak?" tanya Adel.
"Tentu saja. Tidak mungkin kita tidur di mobil saja," jawab Daniel asal.
Adel mengaruk kepalanya yang tidak gatal. Menginap tiga hari dengan atasannya. Apa yang harus dia lakukan, menerima atau menolak? Pikir Adel.
...----------------...
akhirnya Adel sama Ryan..
Buat Daniel tetap semangat ya, mungkin di luar negeri nanti kmu akan menemukan tambatan hatimu.. 💗💗💗
oke, lanjut next novel.. 🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️
semoga sehat selalu ya mam..
tetap semangat berkarya dan semoga sukses selalu..
🙏🏻💪🏻😘🥰😍🤩💕💕💕
untuk Daniel semoga menemukan pasangan yang sesuai.baik untuk Daniel maupun orang tuanya
sakinah mawadah warahma 💝
untuk daniel semoga segera menemukan kebahagiaan pengganti adel..
Untuk Daniel dengan keikhlasan melepas Adel , hidup mu akan lebih tenang dan semoga kamu mendapat kan kebahagiaan lain walau tidak bersama Adel 💪💪