Mommy Untuk Anak Duda

Revandra menarik pergelangan tangan Gracel.

"El, tunggu sini ya!" pinta Revandra membuat anak yang itu mengangguk saja.

Revandra menarik Gracel agak jauh dari Xaviel.

"Kenapa sih om?"

"Jangan panggil gue om, umur kita gak beda jauh!"

"Emang om umur berapa?" tanya Gracel.

"26-Tahun," jawab Revandra.

Gracel menghitung dengan umurnya dan memang tidak beda jauh. "Om nikah di usia berapa sih? Umur 14-Tahun? Cepat amat gue aja masih mikir tidur sendiri atau bareng emak," ujar Gracel.

Revandra memutar bola mata jengah dan menjitak kening Gracel.

"Aw, lo bukan siapa-siapa udah kdrt aja!" celetuk Gracel.

"Diam gak? Dari tadi bawel banget."

"Yah-yah coba katakan anda ingin keperluan apa dengan saya?" tanya Gracel melipat tangannya di depan dada.

"Gue mau ngajak lo kerja sama," ujar Revandra.

"Kerja sama?" Gracel menaikan satu alisnya." Kerja sama apa?" tanyanya.

"Lo gue biayain hidup serta biaya kuliah lo dengan syarat menjadi Mommy El dan tinggal di rumah gue," jawab Revandra.

"Lo gila? Gue gak mau!" tolak Gracel ingin pergi dari sana namun di tarik oleh duda meresahkan.

"Demi El. Ini gue lakuin demi anak gue, gue gak suka dia nangis," lirih Revandra.

Gracel diam sesaat lalu menoleh ke belakang.

"Lo mau tinggal di mana? Emang lo punya jaminan uang untuk kos? Lo pasti di usir karena gak bayar uang kosan kan?" tanya Revandra. "Jadi gue mau nawarin, ini terserah lo aja."

Gracel terdiam sesaat memandang Revandra dan beralih memandang Xaviel.

"Ini bukan lo mau biayain hidup gue atau gaknya. Gue juga bisa biayain dan mencari duit sendiri. Selama orang tua gue tiada gue hidup sampai sekarang dengan hasil kerja keras gue sendiri namun karena Xavie gue mau nerima tawaran lo. Demi Xavie! Gue udah terlanjur cocok dengannya walaupun gue dan dia baru dua hari saling bertemu."

Revandra mengangguk. "Terima kasih," ucapnya dan hanya di dehemi oleh gadis tersebut.

Mereka pun kembali ke arah Xaviel.

"Lama banget, cape tau nunggu kalian," keluh Xaviel.

"Yaudah, kalian masuk lah ke mobil. Nanti ku bawa kopornya," pinta Revandra.

"Mommy tinggal bareng kita, Dad?" tanya Xaviel dan di angguki oleh Daddynya. "Asyik." Anak itu bersorak gembira.

Mereka berdua yang melihatnya tersenyum.

"Ayo," ajak Gracel mengandeng tangan Xaviel menuju mobil.

"Mommy sampai rumah, Mommy harus bacain dogeng buat El ya! El mau seperti teman-teman,"seru anak itu.

Gracel hanya mengangguk.

💗💗💗💗

"Bawa dia ke kamarnya, biar gue yang bawa koper dan buku-buku lo ini."

"Makasih," ucap Gracel masuk lebih dulu untuk menidurkan El yang sudah terlelap di gendongannya.

"Bik," panggil Gracel membuat beberapa art yang sedang berberes-beres di dapur menoleh. "Kamarnya di mana ya?" tanya Gracel.

"Sini biar ku antar, Non," ajak salah satu art.

"Jangan di panggil Non bik, kita di sini derajatnya sama panggil Racel aja."

Art itu hanya mengangguk. "Ini."

"Makasih." Gracel masuk ke dalam kamar milik Xaviel. Tadi memang dia berada di sana namun terlalu luas dia jadi lupa arah kamar anak itu.

"Cup-Cup." Gracel menepuk-menepuk pundak anak itu agar tak terganggu.

Dia menatap setiap sudut kamar yang di hiasi berbagai gambar kartun.

"Yakin nih, gue jadi Mommy?" tanya pada diri sendiri. "Tapi gak papa, kalau jadi Mommynya El, gue ikhlas," lanjutnya membelai rambut Xaviel. Entah mengapa dia merasa cocok dengan anak tersebut, seakan dia sesayang itu dari pertama ketemu walaupun sedikit sebal di panggil Mommy.

"Anak Mommy," ucapnya tanpa sadar. "Eh?" Dia langsung memukul mulutnya sendiri.

Dia memakaikan selimut ke tubuh Xaviel lalu beranjak keluar dari kamar berniat menemui Revandra yang membawa barang-barangnya entah di kemana kan.

Entah di mana lelaki itu, Gracel sudah memutar kiri kanan namun tak nampak Dedham batang hidungya.

Gracel menguap sehingga tidak melihat di depannya terdapat mainan Xaviel.

"Arkkk," teriaknya namun tubuhnya tak merasa sakit, dia mendongak ke atas dan langsung menelan salvin melihat wajah tampan sang duda.