Kayena de Pexley adalah ratu termalang dalam sejarah kerajaan Robelia. Sampai akhir hayatnya, Kayena tidak mendapat sedikit pun cinta dari sang suami. Ia diperlakukan layaknya mesin pembuat anak serta simbol kerjasama antara dua belah pihak. Sedangkan Katarina adalah selir paling dicintai dalam sejarah kerajaan Robelia. Mantan pelayan Kayena yang mendapat anugrah berupa cinta tulus sang raja.
Ketika berhasil melahirkan bayi ke-4 yang kelak akan menjadi raja paling berpengaruh dalam sejarah kerajaan Robelia, Kayena memutuskan untuk mengakhiri hidupnya setelah mengetahui rencana sang suami yang akan memisahkan dia dengan sang putra. Namun, alih-alih meregang nyawa, Kayena malah terbangun pada masa baru kehilangan bayi pertama. Lima tahun sebelum ia memutuskan untuk bunuh diri karena mengalami depresi.
Mendapat kesempatan kedua, mampu kah Kayena merubah nasibnya yang malang? cari tahu selengkapnya.
🚩🚩
Cerita pertama Author dengan tema reinkarnasi 🔱
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kaka Shan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
008.Désir de Divorce (Keinginan untuk bercerai)
008.Désir de Divorce (Keinginan untuk bercerai)
“Sapalah calon istrimu di masa depan, Kaizen.”
“Dia … calon istriku, Ibu?” bocah laki-laki berwajah tampan itu menatap takjub ke arah objek yang dimaksud. Ketika wanita cantik yang ia panggil ‘ibu’ meng-iyakan pertanyaan tersebut, betapa senang perasaannya.
“Apa menurutmu dia cantik?”
“Cantik.”
“Kau menyukainya?”
“Suka. Aku menyukainya.”
“Bagus lah jika kau menyukainya,” ucap wanita cantik yang menggunakan mahkota berkilauan di atas kepalanya itu dengan senyum simpul. “Gadis kecil itu akan menjadi tiket emas bagimu di masa depan. Kau sangat membutuhkan dukungan keluarganya jika ingin menjadi Raja Robelia.”
Kaizen kecil waktu itu sebenarnya tidak terlalu mengerti ucapan sang ibu. Ia hanya larut dalam euphoria ketika pertama kali bertemu dengan calon istrinya di sebuah pesta. Seorang gadis kecil dari keluarga bangsawan yang memiliki wajah cantik bak malaikat yang berhasil mencuri perhatian. Gadis yang datang jauh-jauh dari Kyen itu dikenalkan sang ibu sebagai calon istrinya di masa depan. Tiket emas menuju tahta tertinggi di kerajaan Robelia.
Ketika beranjak remaja, hubungan mereka semakin dipastikan. Di masa depan Kaizen akan menikah dengan putri Grand Duke Pexley yang sangat cantik jelita. Selain cantik, Kaizen juga butuh dukungan politik dari keluarganya. Kayena de Pexley punya semua itu. Ia merupakan kandidat paling kuat untuk menjadi penyokong Kaizen ketika naik tahta.
Kaizen suka. Ya, lebih tepatnya takjub pada kecantikan serta keanggunan putri Grand Duke Pexley yang dibesarkan dengan baik oleh tiga pria perkasa bermarga Pexley. Namun, rasa cinta tak kunjung tiba ketika hari pernikahan semakin dekat. Kaizen malah tertarik pada gadis polos yang pertama kali ia jumpai di kediaman calon istrinya. Gadis polos pemilik tubuh mungil bak peri yang tersesat di bumi. Mahluk cantik yang berhasil menarik perhatian Kaizen.
Kaizen yang sudah biasa dengan visual wanita cantik di sekitarnya mulai bosan, termasuk pada calon istrinya sendiri yang belum berhasil membuat hatinya tertarik lebih jauh. Namun, dengan gadis polos itu Kaizen mampu melewati batasan-batasan yang ditetapkan akibat kegilaan yang terjadi begitu saja. Kaizen membawa gadis itu menaiki ranjangnya, semenjak itu Kayena yang memiliki paras cantik jelita pun tampak tak menarik lagi di matanya. Hanya ada Katarina, gadis polos bertubuh mungil yang mampu membuat hasratnya menggila di atas ranjang.
Kendati demikian, kehadiran Katarina yang berasal dari kalangan biasa tak semerta-merta bisa menggeser posisi Kayena. Ratu Robelia itu punya tempat tersendiri di istana, maupun di hati rakyat. Kaizen pun tidak bisa sembarangan memutuskan hubungan mereka, karena hubungan yang terjalin di antara mereka adalah simbiosis mutualisme. Namun, jika dipikir-pikir, keuntungan lebih banyak didapatkan oleh Kaizen.
“Apa yang barusan kau katakan, Kayena?” netra pria itu kian menggelap ketika berkata demikian.
“Saya ingin bercerai dengan Anda.”
Tanpa merasa keberatan, pemilik nama itu langsung mengulang ucapannya. Satu kalimat yang berhasil membuat darah sang suami berdesir mendengarnya.
“Bercerai?”
Kayena mengangguk dengan mantap. “Saya ingin bercerai dengan Anda, Yang Mulia. Dengan begini tidak akan ada lagi penghalang di antara Anda dan Selir Katarina.”
“Apa kau bercanda?” tangan yang bermukim di bahu kecil milik Kayena lepas kendali. Mencengkram bahu putih mulus yang hanya terlindungi oleh jubah tidur tipis. “Apa kepala mu terbentur saat jatuh pingsan tempo hari?”
“Saya baik-baik saja, Yang Mulia.” Kayena berkata seraya mencoba melepaskan cengkraman tangan Kaizen. “Lepas, Yang Mulia. Anda menyakiti saya.”
“Jawab saja, kenapa tiba-tiba kalimat sial*n itu keluar dari mulut mu?”
Tubuh Kayena berjengit kaget saat nada bicara Kaizen naik satu oktaf. Suaminya itu sepertinya sudah mulai naik pitam.
“Saya … hanya ingin kembali ke Kyen.”
“Jika kau ingin berkunjung ke kampung halaman mu, aku akan memberimu izin untuk berkunjung.”
Kayena menggelengkan kepala dengan tegas. “Saya ingin bercerai dengan Anda, kemudian kembali ke Kyen sebagai janda Raja.”
“Berhenti bicara omong kosong, Kayena. Kau tahu sendiri jika tidak akan ada perceraian di antara kita,” balas Kaizen seraya menyeringai tipis. “Apa permintaan mu ini masih ada kaitannya dengan mendiang Pangeran Carcel?”
“Ini murni keinginan saya,” bantah Kayena.
“Jika kau masih merasa kesepian atas kehilangan yang kau rasakan, aku akan membuat mu mengandung putraku lagi supaya kau tidak marasa kesepian.”
Kayena tersentak. Ia benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran pria di hadapannya. Segampang itu tanggapan Kaizen ketika istrinya larut dalam kehilangan? Membuat Kayena hamil lagi demi menggantikan putra mereka yang telah tiada. Ketika bayi kedua ikut kembali ke pangkuan ilahi, Kaizen akan menggunakan alasan yang sama untuk membuat Kayena hamil lagi dan lagi. Itu lah yang sudah terjadi di kehidupan sebelumnya.
“Saya sudah membulatkan tekad untuk bercerai dengan Anda, Yang Mulia.” Dengan segenap kekuatan yang dimiliki, Kayena berhasil lepas dari cengkraman Kaizen. Segera ia mengambil jarak aman dari keturunan Kadheston itu. Mundur beberapa langkah. “Jika Anda menginginkan keturunan, silahkan datangi kamar Selir Anda, kemudian buatlah dia mengandung keturunan Anda.”
“Ratu ku adalah kau,” ucap Kaizen seraya mengikis jarak di antara mereka. Kayena tentu saja refleks mengambil langkah mundur lebih teratur, sampai-sampai menabrak tepian ranjang. “Keturunan ku akan lahir dari rahim mu,” ujar Kaizen, final. Setelah berkata demikian, ia berhasil memojokkan tubuh Kayena.
“Jangan sentuh saya. Kita akan segera berpisah, Yang Mulia.”
“Aku tidak akan pernah setuju untuk itu,” balas Kaizen yang sudah berhasil menangkap pinggang ramping Kayena yang biasa dililit oleh korset, malam ini hanya dilapisi oleh kain sutra yang terbilang sangat tipis. “Aku berkunjung bukan untuk mendengar omong kosong.”
“Itu bukan omong kosong. Itu permintaan ahhhk …!” Kayena terpekik kecil ketika tubuhnya tiba-tiba jatuh di atas permukaan lembut yang mengeluarkan aroma harum kesukaannya.
“Jangan terus memancing amarah ku, Kayena.”
Kaizen menempatkan satu tangan di pinggang Kayena, sedangkan satu lagi menopang tubuh. Ia tampak menjulang di atas tubuh Kayena yang meronta, minta dilepaskan.
“Jangan sentuh saya!” Kayena berseru marah. Ia tak sudi pria itu menyentuhnya lagi. Sudah cukup ia diam saja ketika disentuh tanpa perasaan pada kehidupan sebelumnya.
“Kau ratuku. Istriku,” kata Kaizen penuh penekanan. “Sudah seharusnya kau memberiku kebebasan untuk menyentuh tubuh indah mu.” Tangan Kaizen dengan bebas menekan pinggang ramping sang istri yang malam ini terlihat berkali-kali lipat lebih cantik. Apa karena sekarang Kayena menunjukkan perlawanan? Sehingga Kaizen merasa tertantang untuk menaklukkan istrinya?
Satu hal yang Kaizen tidak suka, yaitu ketika Kayena mengucapkan perceraian dengan gamblang. Kaizen saja tidak pernah memikirkan soal perceraian. Selama ini hidupnya sangat makmur, memiliki istri cantik dan bijaksana, ditambah lagi adanya selir yang mempesona dan mampu memuaskannya di atas ranjang. Apa lagi yang kurang? Hanya keturunan. Ya, hanya keturunan yang kurang.
“Mulai detik ini, Anda memiliki kebebasan itu jika bersama Selir Katarina. Bukan bersama saya.” Kayena berkata dengan berani.
“Kayena.”
Kayena tak menggubris panggilan tersebut. Ia memilih membuang muka ke sembarang arah, asal tidak menatap Kaizen. Geraman lirih kemudian terdengar pada menit kedua semenjak Kayena memilih bungkam. Sentuhan di pinggangnya pun telah menghilang, namun ia bisa merasakan jika tangan itu masih ada di tempat yang sama.
Tak berselang lama, tubuh Kayena yang terbilang lebih kecil terbawa pada sebuah gerakan yang sangat cepat. Berhenti pada sebuah pelabuhan yang mengantarkan wajah Kayena pada permukaan dada bidang milik raja Robelia yang terkenal sangat rupawan.
“Kau bilang letih, sekarang tidur lah. Aku tidak akan menyentuh mu malam ini.”
Sungguh? Kayena tak percaya Kaizen menyerah semudah itu. Namun, ia lebih tak percaya karena sekarang mereka berbaring di atas ranjangnya tanpa melakukan apa-apa. Tidak ada aktivitas suami-istri yang selalu didominasi oleh satu pihak, hanya ada pelukan sebelah pihak dari Kaizen.
“Aku dengar kesehatan mu belakangan ini memburuk. Aku harap apa yang tadi kau ucapkan hanya omong kosong akibat kesehatan mu yang belum stabil.”
Kayena menghela napas kecil dibalik pelukan pria yang telah menjadikannya seorang ibu itu. “Saya baik-baik saja, Yang Mulia.”
“Mau kemana kau?” tanya Kaizen ketika Kayena beranjak, keluar dari pelukan hangatnya. “Tidur lah di sisi ku. Aku berjanji tidak akan menyentuh mu.”
“Terima kasih atas tawaran Anda, Yang Mulia. Malam ini silahkan Anda memonopoli tempat tidur saya. Saya akan tidur di kursi.”
Belum sempat Kaizen merespon kalimat tersebut, Kayena sudah beranjak pergi menuju kursi panjang yang ia maksud. Wanita cantik itu kemudian berbaring di atas sana, membelakangi Kaizen yang masih menatapnya dengan tatapan tidak percaya.
“Sial*n, Kayena,” geram Kaizen. Pertama, wanita itu menunjukkan keengganan akan kehadirannya. Sekarang ia bahkan tak sudi berbagi ranjang dengannya. Hal itu tentu saja menggores ego Kaizen. Karena untuk pertama kalinya ia ditolak mentah-mentah oleh wanita yang selama ini selalu tunduk dan patuh pada perintah.
“Kembali ke ranjang sekarang atau aku akan meniduri mu di kursi itu, Kayena!”
💰👑👠
Semoga suka & sampai jumpa di part berikutnya 🤗
Tanggerang 16-03-23