Maura Geraldin, wanita cantik yang berprofesi sebagai Dokter kandungan, akhirnya menerima lamaran dari sang kekasih yang baru di kenalnya selama 6 bulan, yaitu Panji Kristian anak terakhir dari keluarga Abraham yaitu pemilik perusahaan batu bara.
Namun tidak menyangka Panji, Laki-laki yang di cintai Maura ternyata mempunyai wanita lain di belakang Maura, padahal mereka berdua sudah bertunangan, akan kah Maura membatalkan pertunangannya, atau malah mempertahankan hubungan mereka.
Jika kalian penasaran simak terus yukk perjalanan mereka.. jangan kasih kendor.. Dan jangan lupa untuk like nya juga.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 8
Pagi ini hari begitu terlihat sangat cerah, Maura sudah bersiap untuk pergi untuk berkumpul dengan teman-teman nya di cafe Leci. Maura terlihat bahagia bisa berkumpul dengan sahabatnya, ya walaupun di hari liburnya ia tidak bisa menghabiskan waktunya dengan sang kekasih.
Maura terus menuruni anak tangga sambil bersenandung ria, Maura begitu terlihat cantik menggunakan kaos berwarna pink, di padukan dengan rok yang tidak terlalu seksi, ia terlihat sederhana namun sangat elegan. Namun saat sampai di ruang tamu ia melihat mamanya sedang menelfon seseorang. Maura yang bertanya-tanya pun seketika berhenti sejenak.
"Mama mau ke mana pagi-pagi sudah rapi." ucap Maura pelan kala melihat mamanya terlihat cantik walau hanya terlihat dari belakang. "Apa mama libur." lanjut Maura.
Maura terus berdiri di tempat sambil memperhatikan mamanya yang sedang sibuk berbincang dengan seseorang.
"Kamu harus ikut ke dokter kandungan." ucap nyonya Geraldine, yang belum paham akan kehadiran Maura di belakangnya.
Maura yang mendengar mamanya membahas dokter kandungan pun seketika semakin bertanya-tanya, apa benar dugaan nya selama ini bahwa mamanya hamil. lagi.
"Iya.. bagaimana ini, kamu harus bertanggung jawab." ucap nyonya Geraldine lagi.
Maura pun seketika menatap aneh kepada sang mama."Bertanggung jawab." ucap Maura seketika membuat nyonya Geraldine terkejut langsung menoleh ke arah Maura.
Nyonya Geraldine yang melihat ke hadiran anaknya pun sontak langsung menutup telfonnya. "Ah.. kamu mengagetkan mama saja Maura." ucap nyonya Geraldine.
Maura pun tersenyum kala menatap wajah sang mama. "Good morning ma.." sapa Maura.
"Good morning sayang, kamu mau ke mana pagi-pagi sudah terlihat cantik, apa kamu sedang libur?." tanya nyonya Geraldine sambil membelai anak keduanya.
"Iya ma.. Maura sedang libur, mama sendiri nggak berangkat kerja?." tanya Muara balik.
"Mama juga sedang libur sayang, ini mama mau ke rumah teman mama, karena teman mama ada yang mau melahirkan." jawab nyonya Geraldine.
"Ah.. ya sudah.. Maura pamit dulu ya ma, Maura mau kumpul sama temen-temen karena sudah lama ngga kumpul." Maura yang berpamitan dengan sang mama.
"Iya sayang, kamu hati-hati ya di jalan, jangan ngebut-ngebut." titah nyonya Geraldine.
Setelah berpamitan dengan sang mama, Maura pun sudah berjalan keluar rumah, ia pun sudah masuk ke dalam mobil mewah berwarna merah, yaitu mobil Maura sendiri, mobil hadiah dari sang ayah karena Maura berhasil menjadi seorang dokter seperti yang ayahnya inginkan.
Mobil pun sudah melaju meninggalkan rumah megah tersebut untuk menuju ke cafe Leci. Jalanan tampak sepi, karena mengingat hari ini bukan hari libur. Maura begitu terlihat fokus melajukan mobilnya sambil bersenandung. Tidak lama hanya 15 menit Maura pun akhirnya sudah tiba di cafe tempat ia berkumpul dengan sahabatnya.
Maura berjalan masuk ke dalam cafe, di sana Maura bisa melihat bahwa Agnes, Mala, dan Tasya lebih dulu tiba.
"Hay.. maaf telat." Maura yang sudah menyapa ke tiga sahabatnya.
"Tidak La.. kita ber tiga aja yang datangnya terlalu awal." ucap Mala.
Maura pun sudah duduk di depan Tasya dan Agnes, sedangkan Mala duduk di sebelahnya, mereka ber empat sudah memesan beberapa minuman dan makanan untuk di nikmati sambil berbincang-bincang.
"Jadi apa yang ingin kalian bicarakan kepadaku, tumben sekali?." tanya Maura sambil menyantap kentang goreng di depannya.
Mala, Tasya, dan Agens pun seketika terdiam, kala mendengar pertanyaan dari Maura, mereka bingung harus memulai dari mana. Tasya pun seketika sedikit menyentuh tangan Agnes agar berbicara lebih dulu. Agnes yang mendapat sentuhan dari Tasya pun seketika melirik ke arah Tasya, namun Agnes juga takut dan bingung.
"Cepat" ucap Tasya pelan, agar Agnes berbicara lebih dulu.
"Apa? kok aku sih?." Agnes yang juga menatap ke arah Tasya.
"Ya kan kamu yang lebih dulu tahu soal mereka." ucap Tasya lagi.
Maura yang melihat ke dua temannya tidak jelas pun seketika bingung. "Kenapa sih gais, apa yang ingin kalian bicarakan, bicara saja, santai aja deh."
Mala yang melihat Tasya dan Agnes pun juga merasa geram. "Gini La.. kita mau tanya apa mama mu dan Panji itu dekat?." tanya Mala secara tiba-tiba.
Maura yang mendapat pertanyaan dari Mala pun seketika menoleh. "Dekat dalam arti apa maksud kamu?." tanya Maura balik.
"Ya.. seperti.. kaya mereka pernah pergi bar dua ke mall untuk belanja, pernah nganterin mama kamu ke bandara, atau pergi bersama gitu lah." lanjut Mala.
Tasya dan Agnes yang mendengar Mala lebih dulu bercerita pun menjadi lega.
"Untuk sejauh ini sih mama ku dan Panji biasa-biasa saja, ya mereka kalau ketemu ya deket, ngobrol biasa, tapi kalau pergi berdua saja aku belum pernah melihatnya, soalnya kan kalian tahu sendiri lah, mamaku itu sibuk, dan Panji juga orang nya pemalu, apa lagi Panji juga jarang main ke rumah, karena kita sibuk dengan kesibukan masing-masing." jawab Maura.
"Tapi masalahnya gini La.. ada yang ingin kita ceritakan sama kamu, tapi kamu jangan tersinggung ya." Mala yang juga terlihat takut kalau Maura akan marah.
"It's oke.. no problem, cerita aja." ucap Maura.
"Waktu itu Agnes bercerita dengan kita kalau dia pernah bertemu dengan mamamu dan Panji bersama pergi ke supermarket, hanya berdua saja, tidak ada kamu, dan Agnes juga pernah melihat kalau Panji pernah nganterin mama kamu ke bandara waktu mama kamu mau pergi ke luar kota, dan yang mengejutkan nya lagi, Agnes juga pernah melihat mamamu dengan Panji keluar dari kamar hotel berdua, saat kita tahu cerita itu dari Agnes, kita awalnya tidak percaya dan merasa biasa-biasa saja La.. karena menurut aku dan Tasya itu hal wajar karena Panji adalah calon menantu mama kamu." Mala yang mulai menceritakan Panji kepada Maura.
"Tapi yang buat kita mengganjal, kenapa mereka saling bertemu hanya berdua saja, tanpa adanya kamu, atau papamu, itu aneh menurut kita, nah akhirnya kita mencoba untuk menyelidiki ucapan Agnes itu benar atau salah, dan di waktu itu kita ber tiga dengan sengaja mengikuti mamamu, kita memantau mamamu di klinik nya, dan maaf benar saja saat kita melihat mamamu ia bersama Panji di dalam mobil, awalnya kita tidak percaya La kalau itu mama mu dan Panji.. tapi memang itu kenyataannya." lanjut Mala.
"Jadi kalian semua membututi mamaku dan Panji tanpa sepengetahuan ku?." tanya Maura.
"Iya La.. karena kita takut, kalau Panji dan mamamu ada hubungan." lanjut Tasya.
"Kenapa kalian lancang sekali, mengikuti keluarga ku tanpa sepengetahuan ku, dan jangan cerita yang tidak-tidak, aku dan Panji sudah bertunangan, mana mungkin dia mendua, apa lagi mendua dengan mamaku sendiri, mama ku juga sudah tua, mana mungkin dia berselingkuh dengan brondong seperti Panji, apa kalian gila bisa berfikir seperti itu." Maura yang tersinggung dengan cerita teman-teman nya.
"Awalnya kita semua juga berfikiran kita gila La.. karena merasa tidak mungkin mama mu dan Panji ada hubungan." sahut Agnes.
"Lalu kalian kira dengan mereka satu mobil bersama, atau ke supermarket bersama, mereka berdua ada hubungan? kenapa pendek sekali cara berfikir kalian, apakah berarti satu perempuan dan satu laki-laki berdua di mobil itu berselingkuh?."
"Bukan begitu maksud kita La.. kita membututi mamamu juga hanya ingin memastikan apa yang di lihat Agnes itu salah apa benar."
"Apa kalian berbicara seperti ini hanya ingin merusak hubungan ku dengan Panji, dan mamaku, untuk apa kalian ingin merusak hubungan ku."
"Tidak ada yang ingin merusak hubungan mu, kita hanya takut kamu mendapat laki-laki yang tidak baik La.." lanjut Mala lagi.
Maura pun seketika berdiri dari tempat duduknya. "Tidak baik apa? kalau Panji tidak baik, dia tidak akan berani melamar ku secepat ini, dan selama ini dia juga tidak pernah macem-macem kepadaku, kalian sangat tega, berfikir buruk tentang Panji dan orang tuaku." Maura yang terlihat marah.
"Bukan begitu maksud kita La.. dengerin dulu." Mala yang mencoba menenangkan Maura namun Maura begitu terlihat marah.
"Sudah cukup.. aku kecewa dengan kalian bertiga, ku kira sahabat yang baik, namun ternyata aku salah." Maura yang berjalan pergi begitu saja untuk keluar dari Cafe.
"Maura.." teriak Mala, namun Maura tidak lagi mengindahkan nya.
Mala pun seketika ingin mengejar Maura namun di halangi oleh Tasya. "Tidak usah di kejar, dia sudah marah, pasti tidak akan mendengarkan ucapan kita lagi." ucap Tasya.