NovelToon NovelToon
Sumpah Setia Di Ujung Senapan

Sumpah Setia Di Ujung Senapan

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan Tentara / Romansa
Popularitas:3.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: sinta amalia

"Menjadi prajurit butuh perjuangan, butuh pengorbanan. Berjuang untuk bumi tempat berpijak, demi setiap tarikan udara yang kita hirup dan demi orang-orang tercinta beserta kedaulatan. Berkorban, mengorbankan segala yang kita miliki sekalipun sebuah sumpah setia di ujung senapan."

~Teuku Al-Fath Ananta~

"Aku tak akan membuat pilihan antara aku atau bumi pertiwi, karena jelas keduanya memiliki tempat tersendiri di hatimu. Jadilah sang garuda meski sumpah setia kau pertaruhkan diujung senapan."

~Faranisa Danita~

Gimana jadinya kalo si sarjana desain grafis yang urakan dan tak suka pada setiap jengkal tanah yang ia pijaki bertemu dengan seorang prajurit komando pasukan khusus nan patriotisme dalam sebuah insiden tak terduga, apakah mereka akan seirama dan saling memahami satu sama lain, dalam menjejaki setiap jalanan yang akan mereka lalui ke depannya di belahan bumi pertiwi ini? Ikuti kisahnya disini yuk!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MATA ADALAH JENDELA HATI

Sebulan akan menjadi waktu penantian yang panjang, hanya sebuah kenangan manis yang terukir di kepala, tak ada nomor telfon apalagi potret diri, semuanya hanya tercetak di otak. Tapi rupanya Tuhan punya caranya sendiri mempertemukan kembali keduanya, dengan memangkas waktu sebulan itu, tak ada yang tak mungkin baginya.

Al Fath sudah bersiap dengan baju kebanggaannya, si loreng hijau, dengan baret merah terpasang rapi di kepala. Hari ini ia menjadi komandan pasukan pengawalan bersama pasukan pengawal demi mengawal pemimpin negara melakukan kunjungan kerja merakyat atau biasa disebut blusukan.

Al Fath memimpin apel pagi, di bawah sinar mentari yang masih malu-malu kharismatik seorang Teuku Al Fath Ananta tak terbantahkan, badan tegap dan pembawaannya membuat para tentara wanita mengidam-idamkannya untuk menjadi pendamping hidup, belum lagi para anak petinggi di kemiliteran. Seakan tak memiliki haz rat Al Fath hanya melewati mereka begitu saja, melihat mereka dengan sorot mata tak lebih dari pandangan keprofesinalan semata, tak pernah ada yang benar-benar nyantol di hati. Dulu sempat ia membidik beberapa rekan kerja perempuannya sesama anggota militer, tapi saat dihadapkan pada uminya, ia mengurungkan niatan baik itu. Jika restu umi tak turun atau umi terlihat kurang cocok, maka ia tak berani melanjutkan, feeling ibunya selalu benar, meskipun kelihatannya si umi patut diragukan keabsahannya.

"Siap mengerti!!" seru mereka, berat, tegas nan lantang.

"Apel saya akhiri, bubar jalan!" ucap Al Fath.

Hari ini Fara mengambil hari liburnya, setelah hampir beberapa minggu ia bekerja bagai kuda. Uang yang didapat tak seberapa, gila iya!

"Bangun!"

Splash!

Splash!

Terlihat kejam memang, tapi jika menjadi Fara, ia tak pernah sakit hati dengan apa yang dilakukan oleh ibunya. Ia hanya menganggap jika ibunya ini beda dari ibu lainnya. Caranya menegur maupun mendidik Fara sangat totalitas nan keji, kaya penjajah.

Fara tersentak, ia belum mau membuka matanya Fara malah membalikkan badannya tanpa peduli jika wajahnya sudah basah oleh air dingin yang di cipratkan 'nyak.

"Fara, anter 'nyak ke pasar!"

"Ya Allah gustiiiii! Kalo ngga bangun juga ',nyak siram satu torn!" Fara menggeliat lalu mengerjap beberapa kali. Ia memutuskan untuk bangun, jangan sampai ibunya benar-benar mengangkat torn orange layaknya atlas memangku bumi lalu menumpahkan seluruh airnya di kamar Fara. Sebenarnya ia masih ingin bermalas-malas ria, sengaja ia mengambil hari liburnya untuk tidur.

Ia menguap lebar seperti anak kuda nil, "apa sih 'nyak?! Fara capek masih pengen tiduran, lagian biasanya juga ke pasar sendiri?" ia terduduk sambil garuk-garuk kulit kepala, entah kutu busuk, laba-laba atau mungkin lipan yang lagi nyambangin kepala Fara.

"Lu tuh gadis, mesti bangun pagi, mau libur mau engga! Ntar kalo udah punya laki gimana?!" selalu itu yang ibunya ucapkan.

"Ya engga gimana-gimana," balasnya santai.

"Nyak tunggu di ruang tamu, lu siap-siap!"

Selepas kepergian 'nyak, Fara mendumel gemas sendiri dan mengobrak-abrik selimut kembali nyungseb dengan pan tat nungging.

Setelah drama penyiksaan penjajah yang 'nyak lakukan di pagi hari, akhirnya keduanya pergi juga dengan mulut 'nyak yang masih melontarkan omelan pedas pada Fara. Gadis itu hanya berstelan celana jeans gembel, alias sobek di lutut dan paha bawah berwarna hitam, belum lagi swetter hitam kebesaran bertuliskan anarchy. Kacamata bening bulat bingkai hitam, membingkai wajah cantiknya, ia bertengger cantik di hidung Fara membuat si pemilik wajah nampak manis, hanya saja saat turun ke bawah semua kesan cantik bubar jalan, mengingat sandal jepit hijau yang ia pakai. Sebenarnya tujuan memakai kacamata dan swetter agar tak terlalu kentara kalau Fara belum mandi, ia hanya menggunakan jurus sat-set---sat-set saja sebelum yang mulia ratu ngamuk lagi.

"Gimana bujangan mau suka sama lu Ra, gaya lu slengean kaya gembel!" omel 'nyak, ibunya itu memakai gamis biru dan jilbab instan, bahkan wajahnya saja sudah ia sapukan bedak dan lipstik no. 3.

"Nyak yang norak, masa ke pasar udah kaya mau pengajian? Itu lipstik bikin bibir 'nyak jontor!" balasnya.

Ctak!

"Aww!" Fara mengaduh saat jitakan kasar mendarat di kepalanya, ia mengelusi kepalanya yang ngilu.

"Sembarangan!" semburnya, semarah-marahnya 'nyak tapi kata-kata kualat tak pernah keluar dari mulutnya meskipun anaknya ini emang tipe-tipe anak kurang aj ar dan kurang waras.

"Nyak Halimah!" sapa seorang ibu lainnya menggelegar nan mencengangkan membuat Fara yang berwajah malas tersentak.

"Buset!" refleknya memegang dada.

"Mpok Iyet!" keduanya berpelukan, sahabat lama yang bertemu kembali kini lupa kalau 'nyak lagi bawa Fara, gadis itu dikacangin pada akhirnya.

"Fara, udah gede aja. Makin cantik lu!" ucap mpok Iyet, sementara Fara sendiri hanya mengulas senyuman ramah.

"Nyak, Fara beli gorengan dulu deh lapar!" tunjuk Fara pada satu gerobak biru di depan jalan sana.

"Ya udeh, nanti 'nyak kesitu!" Fara mengangguk ia melangkahkan kakinya menuju gerobak gorengan. Ia duduk bersama pembeli lain yang rata-rata bapak-bapak sedang ngopi.

Ia mencomot lontong dan tahu isi, tampak lezat, lumayan untuk mengisi kekosongan perut dan hatinya.

Saat Fara tengah menikmati kenikmatan kecilnya, tiba-tiba pasar ramai sekali dan ribut. Banyak mobil berplat merah juga mobil truk Reo.

Fara celingukan, "ada apa sih bang, kok rame banget?!" tanya Fara melongokkan kepalanya, si mamang juga terlihat sibuk seperti ingin meninggalkan barang dagangan untuk bersatu dengan pengunjung lain yang mengerubungi pintu masuk pasar.

"Ada presiden neng! Neng titip sebentar yak, saya mau liat! Kali aja bisa foto-foto sekalian nyampein keluh kesah!" ujarnya menggebu-gebu.

"Idih! Ngga ah bang, gua mau liat 'nyak gua. Lagian percuma nyampein keluh kesah ngga akan di denger," Fara membayar gorengan yang sudah ia makan. Jika begini sudah dapat dipastikan ibunya akan ikut heboh juga ingin bertemu presiden.

"Pantes aja 'nyak ngebet ke pasar ada presiden!" Fara setengah berlari takut ibunya senggol-senggolan bacok dengan pengunjung pasar lainnya.

Ia menajamkan penglihatan mencari keberadaan 'nyak diantara kumpulan masyarakat yang ingin bertemu presiden. Bahkan ia bisa melihat pengawalan ketat dari paspampres dan para tentara.

"Aduhhhh, 'nyak Fara mana ini?!" tiba-tiba tanpa di duga hal yang di luar kendali terjadi, seseorang melemparkan telur ke arah presiden, tapi untung saja telur itu tak sempat mendarat di kepala RI 1 itu, si pelaku yang sudah ketauan berlari ke arah Fara membawa serta segerombol tentara ke arahnya. Sontak saja Fara mengerjap, saat ia dijadikan tameng oleh si pelaku.

Seperti mimpi buruk, Fara kembali terseret, "eh...eh...apa nih?!"

"Eagle one---eagle one jackpot!" ucapnya pada sebuah alat komunikasi.

"Ikut kami," Fara ikut dibekuk.

"Eh, tunggu! Gua ngga ikut-ikutan bareng dia!" bela Fara berontak tapi tenaga mereka jelas lebih besar.

"Bisa ikut kita sebentar nanti dijelaskan di pos!"

"Si*@lan!" desis Fara tak terima dibawa pula agar tak terjadi kericuhan dan penumpukkan warga di depan sana.

Fara beserta si pelaku digelandang kearah pos polisi yang berada di dekat pasar.

"Si al banget gua!"

"Duduk!"

"Pak, saya ngga salah! Saya ngga ikut-ikutan bareng si kutu kupret nih!" desis Fara menatap tajam si pelaku yang menunduk, bahkan tak segan-segan Fara mendorong keras kepalanya.

"Tunggu komandan," ucap salah seorangnya. Derap berat langkah sepatu delta memasuki pos yang dihuni 5 orang termasuk Fara dan si pelaku.

Fara manyun dan menyenderkan punggungnya di kursi.

Sesosok bertubuh tegap dengan seragam loreng hijau dan baret merah lengkap dengan kacamata hitamnya muncul di gawang pintu pos.

Ia melepas kacamata, dan Fara menoleh padanya. Kedua alis Fara terangkat keduanya menandakan jika gadis ini terkejut.

Di dadanya terpasang papan nama T. Al Fath. A.

Tapi sedetik kemudian ia merotasi bola mata dan memalingkan wajah.

"Fara?"

"Tuh tanya komandan bapak-bapak sekalian. Saya ngga mungkin ngelakuin itu, saya emang ngga suka sama pemerintahan, tapi ngga sampai hati lempar telor! Mendingan telornya saya masak, kalau niat udah saya lempar granat aja ke markas pasukan khusus kemaren!" omel Fara.

Al Fath duduk si sebrang Fara, yang pertama ia sorot bukan Fara tapi pelaku di samping Fara. Sorot matanya tajam nan membunuh, beda dengan Al Fath biasanya yang memasang wajah datar terkadang hangat. Jika sedang bekerja maka beginilah tampang si letnan kolonel, layaknya singa pemburu.

Al Fath menginterogasi pelaku bersama anggota lainnya, mulai dari meminta menunjukkan ktp dan alasannya melakukan tindakan tercela itu, dimana ia bisa masuk penjara karena itu.

Setengah jam lamanya Al Fath menginterogasi si pelaku, kini ia menaruh sikunya berdiri di atas meja dan menumpukkan dagu tegas disana, menatap Fara. Gadis itu memalingkan wajah, ada rasa aneh, mungkin malu atau apa ia tak mengerti.

"Ra,"

"Fara ngga salah! Ngga cukup kah kalimat jujur Fara? Atau sekalian kalian mau hukum Fara sampe membusuk di penjara juga? Biar puas!" Al Fath mengerutkan keningnya, kalaupun Fara bersalah tak sampai seberat itu hukumannya, lalu apa maksud Fara? Terlihat jelas ada kemarahan, kesedihan dan kekecewaan mendalam di mata gadis ini.

"Juga?" tanya Al Fath.

.

.

.

.

1
laelatul qomar
Luar biasa
laelatul qomar
bacanya sampe tahan napas thor..hohoho
laelatul qomar
aku syuka banget karya othor yg bergenre militer lho..rasa nasionalisme dapet,romantis jg ad kocaknya jg ada..keren bget karya2 nya..entah ini sdh novel othor yg keberapa ak baca..syuka smua mua nya
Anonymous
o
Susilawati
mungkin utk saat ini Fara emang belum cinta tapi kalo bang Fath udah jatuh cinta pada pandangan pertama 🤭🤭🤭
Isra Nariah
mau atuh lihat tentara bawa baskom, aslina ngakak/Grin/
Susilawati
cinta pertama dan idolanya bang Fath itu umi Salwa, jadi ketika ketemu sama cewek yg 11 12 sama umi nya langsung jatuh cinta deh 🤭🤭🤭
Anita Choirun Nisa
seru pol
Yatie Amoya
bagus ceritanya
Yatie Amoya
suka ceritanya
maaaaaciii Thor 🥰
Ani
karya karya keren kok kak aku baru baca 2 cerita Kapt. Rayyan dan lanjut Letkol Al Fath.. bener bener amazing 👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Ani
dua duanya sudah saya coba rasanya mantul. menurutku yang paling manis matoa papeda
Nur Halima
Luar biasa
dwigar maja
shangri-la..
inget sama Dj amber kan jadi nya 😁
dwigar maja
ceritanya bagus, udah baca 3x.. hahahha gak bosen
As Ngadah
FARANISA kita bestie😃😃😃😃
As Ngadah
Sagara otewe
As Ngadah
oalah ra fara
Attaya Zahro
Ikut terharu Q kak 🥺🥺🥺
Nana Niez
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!