Serra Valentino. Gadis itu tidak pernah menduga jika hidupnya akan berubah 180° setelah dijebak oleh kakaknya. Serra melewati satu malam bersama pria asing dan kehilangan mahkotanya yang paling berharga. Namun Serra berada di kamar yang salah. Dia tidur bukan dengan pria hidung belakang yang telah disiapkan oleh kakaknya, melainkan seorang penguasa.
"Menikahlah denganku, aku akan membantumu untuk balas dendam!!"
Serra kemudian menikah dengan laki-laki asing itu. Dan dia membantunya untuk membalas dendam pada keluarganya. Lelaki itu membantu Serra menghancurkan orang-orang yang telah menghancurkan hidupnya. Namun seiring berjalannya waktu, rahasia besar pun terungkap jika sebenarnya Serra bukanlah putri kandung dari mereka yang selama ini dia anggap sebagai orang tuanya. Melainkan putri dari seorang wanita yang sangat kaya raya dan berpengaruh.
Lalu bagaimana hidup Serra setelah menikah dan menjadi istri seorang penguasa? Kebahagiaan atau penderitaan yang akan dia dapatkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terusir Keluar
"Kakek, silahkan angkat kaki dari rumah ini. Aku sudah memberimu satu kali kesempatan dan kau malah menyia-nyiakannya. Kesabaranku benar-benar sudah habis untukmu!!"
Lucas sudah sampai dibatas kesabarannya dalam menghadapi kakek Xiao. Dia sudah sangat keterlaluan kali ini, dan Lucas tidak bisa memberikan toleransi lagi padanya.
"Lucas, apa-apaan kau ini? Kenapa kau mengusir Kakek-mu sendiri?!" Seru Nyonya Anita melayangkan protesnya pada keputusan Lucas.
Lucas menatap wanita itu dengan tajam. "Jika Bibi tidak terima aku mengusirnya keluar dari rumah ini. Silahkan kau ikut pergi saja bersamanya. Rumah ini akan baik-baik saja tanpa kalian semua!!" Tegas Lucas.
Kakek Xiao menggeleng. "Tidak!! Kakek tidak akan pergi dari rumah ini. Ini adalah rumah putra Kakek, dan kau tidak memiliki hak untuk mengusir Kakek keluar dari rumah ini!!" Bentaknya marah.
"Aku memiliki hak!!" Lucas menyela cepat.
"Memangnya apa hakmu?!" Kakek Xiao menatap Lucas tak kalah dingin.
"Sepertinya kau melupakan sesuatu, Kakek. Dan untuk itu aku akan mengingatkanmu kembali. Awalnya, Mansion ini dan seluruh isinya adalah milik mendiang ibuku yang diwarisi dari keluarganya. Kemudian dibalik namakan menjadi nama Papa sebagai pemiliknya, karena mama sangat mencintai papa dan dia adalah orang yang bisa dipercaya."
"Dan tanpa sepengetahuan mama, diam-diam kepemilikan Mansion ini dialihkan nama lagi menjadi namaku dan kedua adikku sebagai pemiliknya. Karena papa sangat mengenal betul seperti apa ayahnya sendiri dan keluarganya. Mereka semua adalah orang yang tamak dan gila harta!! Apa sekarang sudah jelas?!"
Lucas mengambil jeda dalam ucapannya."Dan jangan kau pikir karena dirimu adalah kakek kandungku dan sesepuh dalam keluarga Xiao, maka aku akan tunduk padamu. Jangan lupa, Kakek. Sejak awal keluarga Xiao memang tidak memiliki apapun, karena seluruh harta yang selama ini kalian nikmati adalah milik keluarga Janu. Keluarga mendiang ibuku!!"
Kakek Xiao dan Nyonya Anita langsung terbungkam dan tak bisa berkata apa-apa lagi setelah mendengar serentetan kata yang keluar dari bibir Lucas. Setiap kata yang Lucas ucapnya bagaikan sebuah tamparan keras untuk mereka semua. Karena yang Lucas katakan memanglah fakta.
"Sekarang pergilah, dan jangan pernah mencoba untuk menginjakkan kaki di rumah ini lagi. Kalian juga segera kemasi barang-barang kalian berdua, pergilah bersama kakek tua ini. Aku sudah muak dengan kalian semua!!" Lucas kemudian berbalik badan dan melenggang pergi.
"Lucas, tunggu!!" Seru Anita. Dia menghentikan Lucas dan langsung berlutut di depan pria itu.
"Bibi, mohon padamu. Jangan usir kami berdua. Jika kau mengusir Bibi dan Andien, lalu kami akan tinggal dimana? Pikirkan tentang mendiang pamanmu juga, dia bisa menangis darah melihat istri dan anaknya kau perlakukan seperti ini." Mohon Nyonya Anita.
Lucas menatap wanita itu dengan sinis. "Aku tidak peduli!! Keputusanku sudah bulat dan tidak bisa dirubah lagi!!" Lucas melanjutkan langkahnya dan pergi ke kamarnya di lantai dua.
"Ma, apa yang kau lakukan. Kenapa kau harus berlutut dan memohon pada iblis itu, dia tidak akan peduli. Bangun dan jangan mempermalukan dirimu lagi!!" Andien membantu ibunya berdiri.
"Lucas Xiao, kau memang iblis. Baik, hari ini kami akan pergi, tapi tunggu dan lihat saja nanti, bagaimana kami semua akan menyeretmu keluar dari Mansion ini!!" Teriak Nyonya Anita.
Tapi sayangnya teriakan dan ancaman Nyonya Anita tak dihiraukan oleh Lucas. Dia tetap melanjutkan langkahnya. Ancaman itu tidak berlaku sama sekali untuk Lucas. Karena Lucas menganggapnya sebagai angin lalu.
.
.
Serra menoleh mendengar derap langkah kaki seseorang yang datang. Lalu ia menghampiri Lucas yang berjalan memasuki kamar. "Apa yang terjadi, kenapa di luar ribut sekali?" Tanya Serra penasaran.
"Aku baru saja mengusir mereka semua keluar dari rumah ini. Aku sudah muak tinggal dengan para benalu itu." Ujar Lucas.
"Apa ini tidak keterlaluan? Mereka adalah keluargamu,"
Lucas menggeleng. "Aku tidak peduli dengan ikatan itu. Lagipula mereka sendiri yang memulainya, dan aku hanya mengikuti permainan mereka saja." Terangnya.
Serra tak mengatakan apapun lagi, dia memang tidak seharusnya ikut campur. Lagipula apa yang sebenarnya terjadi pada keluarga ini ia juga tidak tau. Karena Serra hanyalah orang baru disini.
"Apa yang kau lamunkan?" Tegur Lucas melihat kediaman Serra. Wanita itu mengangkat wajahnya dan menggeleng.
"Tidak apa-apa. Aku mau ke taman dulu, bunga-bunga disini sudah mulai layu dan harus segera di ganti." Kemudian Serra beranjak dari hadapan Lucas dan pergi begitu saja.
Lucas berdiri di kusen jendela kamarnya yang terbuka lebar. Sepasang biner matanya yang hitam bak galaxy itu terfokus pada satu objek.
Objeknya adalah seorang wanita berambut coklat panjang yang sedang sibuk memetik satu persatu tangkai bunga mawar di taman belakang Mansion mewah ini.
Untuk sesaat Lucas terpaku, terpesona dengan keindahan mahluk ciptaan Tuhan yang satu itu. Cantik dan anggun, adalah dua kata yang mampu menggambarkan sosok Serra Dimata Lucas saat ini.
Namun perhatiannya harus terlaihkan oleh suara ketukan pada pintu kamarnya, disusul suara decitan pada pintu. Frans menghampiri Lucas dengan sebuah dokumen yang kemudian dia berikan padanya.
"Tuan Muda, ini adalah beberapa data yang Anda minta."
"Baiklah, aku akan memeriksanya nanti. Perintahkan beberapa anak buahmu untuk terus mengawasi kakek tua itu dan janda pamanku. Apapun yang mereka lakukan segera laporkan padaku,"
Frans mengangguk. "Baik, Tuan Muda. Kalau begitu saya permisi dulu." Ucap Frans.
Dan sebelum pergi, Frans mencoba mengikuti arah pandang Lucas. Dan ternyata tuannya ini sedang memperhatikan istrinya. Frans tersenyum tipis, sungguh sebuah pemandangan yang langkah, pikirnya. Dan bisa menyaksikan Tuannya jatuh cinta, itu adalah sebuah keajaiban.
Dua mata berbeda warna itu saling bersirobok ketika Serra mengangkat wajahnya dan menatap Lucas dari tempatnya berdiri. Mereka saling menatap selama beberapa saat, sebelum akhirnya Lucas sendiri yang mengakhiri kontak mata itu dan melenggang pergi
Serra tersenyum tipis. Wanita itu melanjutkan kegiatannya memetik bunga bersama seorang pelayan yang menemaninya sebelum hari semakin panas dan terik.
-
-
Axel marah besar saat mendengar ibu dan adiknya terusir keluar dari kediaman keluarga Xiao. Axel yang berada di luar negeri langsung terbang pulang untuk membuat perhitungan dengan Lucas yang sudah bersikap seenaknya itu.
Sebagai seorang anak, tentu saja Axel tidak terima ketika tau ibunya diperlakukan kurang adil oleh orang lain. Meskipun itu orang yang paling berkuasa sekalipun.
"Lucas Xiao! Keluar kau bajingan!!" Teriak Axel. Suaranya menggema memenuhi setiap inci ruangan bernuansa putih gold tersebut.
Alex terus berteriak dan memaki Lucas. Namun sosok yang dia cari tak kunjung keluar, Axel menoleh saat mendengar derap langkah kaki seseorang yang datang. Tubuhnya terpaku dan bibirnya terkatup rapat ketika kontak mata diantara mereka terjadi. Dengan lirih dengan bergumam.
"Serra..."
-
-
Bersambung.