Di sebuah Galaksi, tepatnya di atas Planet terbesar yang ditumbuhi oleh banyak rerumputan.
Terlihat seorang pemuda tengah berdiri menatap Awan Reinkarnasi, pemuda itu ialah, Dewa Angin, Feng Shan Jian.
“Semuanya terbunuh, perang antar planet benar-benar membunuh semuanya.” Feng Shan berkata dengan nada sedih.
“Awan ini, Konon dapat membawa seseorang menemukan kebahagiaan yang dicari. Semoga di kehidupan selanjutnya, aku bisa membuat sebuah keluarga besar dan membawa keseluruhan keluarga naik ke atas.”
Feng Shan Jian mengucapkan sumpah tersebut dengan keras. Dia memasuki awan reinkarnasi dan menghilang dalam sekejap.
Silahkan ikuti, Perjalanan dari Dewa Angin.
(Note : Author Masih Pemula Fantim. Jadi banyak kesalahan dan pastinya perlu revisi.)
Update 2 kali sehari, Waktu tidak menentu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusayni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 08
[Chapter 08.]
[Pertempuran dengan kambing angin.]
[Silahkan Dibaca.]
Hutan Xiji.
Xiao Fan menatap ke arah binatang roh yang sedang memakan rumput disana. Binatang Roh yang berwujud kambing tersebut membuat Xiao Fan tertarik. Dia terus menatap kambing yang memiliki corak hijau tersebut.
“Aku belum pernah membaca tentang Binatang Roh, aku hanya tau bahwa ada Binatang Roh di dunia ini.” Xiao Fan benar-benar tertarik dengan binatang roh di depannya.
Menyadari ada sesuatu yang salah, kambing tersebut menatap ke sekelilingnya. Xiao Fan tidak sempat bersembunyi membuat dirinya diketahui oleh kambing itu. Tatapan kambing menajam ketika melihat Xiao Fan yang duduk di batang pohon yang rindang.
Kambing itu mengeluarkan suara khasnya ‘mbeekkkk.’ Udara di sekitarnya terlihat memadat menciptakan berbagai pusaran di dekat kambing. Sorot mata kambing menunjukan siluet tajam dan berbagai proyektil tebasan menyerang ke arah Xiao Fan.
Swish Swish Swish Swish.
Xiao Fan sedikit terkejut. Namun, dia segera sadar kembali dan tersenyum. Xiao Fan melompat ke batang pohon lainnya, membuat proyektil tebasan angin menebas batang pohon sebelumnya menjadi kotak-kotak kecil.
“Serangan yang begitu kuat. Sebenarnya berada di level mana Binatang Roh ini?” Xiao Fan terkejut melihat potongan proyektil angin yang halus, dia bertanya-tanya berada level apa binatang roh didepannya tersebut.
Swish Swish Swish Swish.
Xiao Fan mengurungkan pertanyaan miliknya tersebut ketika mendengar suara proyektil tebasan angin lainnya. Mata Xiao Fan menatap ke arah proyektil angin tersebut, dia tersenyum dan melompat melewati tengah proyektil tebasan angin tersebut.
Wushhh.
“Mantan Dewa Angin bertarung dengan Binatang Roh pengendali angin rendahan, itu akan menjadi bahan tertawaan para Dewa di Neraka nantinya.” Xiao Fan berkata kepada diri sendiri sambil tertawa kecil.
Xiao Fan kemudian menatap ke arah kambing yang tengah melesat dengan kecepatan yang tinggi. Namun, bagi Xiao Fan itu hanya lari normal. Angin memadat dan melapisi kaki Xiao Fan, di saat kaki bertemu dengan permukaan tanah, Xiao Fan melesat mengejar kambing tersebut.
Wushhhhh.
Kambing melirik ke belakang sebentar, kemudian dia menciptakan proyektil tebasan angin terus menerus sambil berlari. Xiao Fan menatap ke arah proyektil tebasan angin tersebut, dia tersenyum dan menggerakkan jari miliknya.
Sring Sring Sring.
Proyektil tebasan angin menghilang seketika. Kambing terkejut dan binatang roh itu merasakan bahaya dari Xiao Fan. Dengan cepat binatang roh itu menambahkan kecepatan larinya. Binatang roh itu hanya fokus satu melarikan diri dari kejaran Xiao Fan.
“Hehehaha, kau benar-benar lucu Binatang Roh. Pertama Kau menyerangku dan sekarang Kau berharap untuk kabur.” Tawa liar Xiao Fan terdengar oleh kambing tersebut, membuat kambing itu gemetar ketakutan.
Xiao Fan sedikit menambahkan kekuatan angin di kakinya, membuat dia melesat menjadi lebih cepat dari sebelumnya. Kambing melihat hal itu, dia fokus dan mencoba berlari di lika-liku pohon yang bernama kehidupan.
Xiao Fan tidak peduli dengan hal itu, karena dia memahami seluruh struktur hutan Xiji membuat dirinya mudah bergerak dalam pengejaran. Tiba di dekat kambing, Xiao Fan menggerakkan jari-jari miliknya.
Sring Sring Sring Sring.
Seketika kambing yang berlari terkejut dan jatuh menghamtam tanah dengan keras. Xiao Fan berhenti di batang pohon dekat dengan kambing itu terbaring. Dia tersenyum ketika melihat kambing yang sudah tersungkur di tanah tersebut.
Kambing itu jatuh karena benang Xiao Fan mengikat kaki kambing dengan sangat erat. Hal itu membuat kambing kehilangan pijakan dirinya, mengakibatkan Binatang Roh tersebut tersungkur jatuh ke tanah.
“Yah, main kejar-kejaran sudah selesai. Waktu sudah sore ternyata.” Xiao Fan menatap ke arah Matahari yang mulai terbenam.
“Jadi, selamat tinggal.” Xiao Fan berkata sambil menatap kambing yang tersungkur di bawah, dia menggerakkan jari-jari miliknya memunculkan beberapa helai benang dan menancap di berbagai tubuh kambing itu.
Jleb Jleb Jleb Jleb.
“Akhirnya selesai, hufff aku perlu cincin penyimpanan untuk menyimpan mayat ini. Entah kenapa, Aku ingin membedah kambing ini untuk eksperimen pertamaku di Dunia ini.” Xiao Fan menghela nafas panjang, ketika dirinya tidak memiliki cincin penyimpanan.
Xiao Fan menjadi tajam kembali ketika dirinya merasakan ada hawa kehadiran seseorang yang melesat ke arah dirinya. Xiao Fan segera menatap ke arah orang itu berada dan menyiapkan Roh Elemen miliknya.
Wushhhhh.
“Ternyata kau disini, juga...” suara itu muncul dan Xiao Fan mengenalinya, bagaimana dia tidak mengenalinya ketika dia mendengar suara Ayahnya tersebut.
Xiao Feng tiba di lokasi Xiao Fan, dia menatap ke arah putranya yang terlihat tidak terluka ataupun terdapat goresan. Xiao Feng menghela nafas lega namun tatapannya beralih dengan cepat ke arah belakang bawah Xiao Fan.
“Kambing angin, tunggu.... Nak, kau membunuh kambing itu?” Xiao Feng bertanya dengan penuh rasa penasaran.
Xiao Fan yang diberi pertanyaan tersebut mengangguk benar. Xiao Feng terkejut dan di dalam hatinya merasa bangga kepada putranya tersebut. Anaknya melawan seekor binatang roh yang menyusahkan di sekitar wilayah Kediaman miliknya.
“Nak, kau membuat Ayah bangga. Sebagai hadiahnya, Kau boleh meminta apapun dengan batas kemampuan diriku?” Xiao Feng benar-benar bangga kepada putranya tersebut.
Xiao Fan terkejut dan dia merasa senang dengan ayahnya tersebut. Xiao Fan menenangkan dirinya dan berkata dengan jelas. “Aku ada 2 permintaan, Yah. Pertama, aku ingin cincin penyimpanan dan kedua, buku tentang binatang roh.”
Xiao Feng mendengar hal itu terkejut, dia tidak menyangka putranya meminta hal sederhana tersebut. Xiao Feng menatap ke arah Xiao Fan dan menemukan bahwa keinginannya hanya itu saja. Xiao Feng tersenyum, dia merasa putranya tidak mudah ditebak.
“Untuk permintaan pertamamu, Ayah sudah membelikannya.” Xiao Feng memunculkan sebuah cincin dengan warna perak dan sebuah permata hitam kecil di tengahnya.
Xiao Fan menerima cincin itu. Kemudian diminta Ayahnya untuk meneteskan darah miliknya ke dalam permata cincin tersebut. Xiao Fan mengangguk dan meneteskan darahnya. Permata yang terkena tetesan darah seketika bercahaya dan dengan cepat meredup kembali.
“Untuk permintaan keduamu, Ayah sudah tambahkan buku berbagai hal di perpustakaan. Kau bisa pergi kesana untuk melihatnya nanti.” Xiao Fan senang mendengar ucapan Ayahnya.
Xiao Fan membungkukkan badannya tanda dia benar-benar berterimakasih kepada Ayahnya. Xiao Feng yang melihat hal itu, menepuk kepala Xiao Fan dan mengusapnya. Dia benar-benar bangga dengan putranya tersebut.
Xiao Fan selesai berterimakasih dan menatap ke arah kambing angin. Dia memasukkan mayat tersebut ke dalam cincin penyimpanan miliknya. Xiao Feng melihat hal itu tidak bisa tidak bertanya.
“Kenapa kau menyimpan mayat Kambing Angin itu? Kalau kau ingin menjual dan mendapatkan uang, itu bisa tapi bukannya lebih baik meminta Ayah saja kalau tentang uang?” Xiao Fan yang mendengar hal itu menggelengkan kepalanya.
“Aku menyimpan Kambing Angin untuk bahan eksperimenku saja, Ayah.” Xiao Fan berkata jujur, karena dia bisa melihat orang itu baik atau buruk.
Xiao Feng sedikit menaikkan alisnya dengan heran. Namun, dia tidak peduli akan hal itu. Terpenting tidak membahayakan putranya yang nantinya membuat istrinya mengamuk. Xiao Feng yang memikirkan istrinya mengamuk tidak bisa tidak bergidik ngeri.
“Ada apa, Ayah?” Xiao Fan merasakan Xiao Feng takut akan sesuatu, entah kenapa Xiao Fan menjadi tajam dengan hal itu.
“Tidak apa-apa, ayo kita pulang. Sebelum Ibumu marah nanti.” Xiao Feng berkata sambil mengeluarkan keringat dingin, Xiao Fan akhirnya paham apa yang membuat Ayahnya takut.
Xiao Fan juga memahami hal itu, bagaimanapun juga Ibunya disaat marah benar-benar mengerikan. Dia masih mengingat tebing belakang rumah sampai berlubang karena pukulan Ibunya. Xiao Fan juga bergidik ngeri akan hal itu.
Xiao Fan dan Xiao Feng berjalan pulang bersama. Mereka tidak ingin membuat Singa betina terbangun karena mereka telat pulang.
[To be Continued.]
Silahkan Like, Comment, Share, Vote, dan tip koinnya.
Jangan lupa klik tombol Favorit agar tidak ketinggalan update terbaru.
Thank you Minna-san.