Gavin Wiliam Pranaja seorang dokter tampan yang terpaksa menerima perjodohan dari kedua orangtuanya karena ancaman yang di dapatkannya.
Ancaman untuk mencoreng nama nya sebagai salah satu pewaris keluarga Pranaja, bukan masalah gila harta, tetapi Rumah sakit menjadi salah satu aset yang tertera dalam hak waris. Sebagai seorang yang berjuang, tentu ia tidak akan mau merelakan rumah sakit impiannya begitu saja, terlebih lagi pada sang kakak yang begitu membencinya dan selalu merasa tersaingi.
Perjodohan tak bisa di hindarkan, meskipun gadis yang akan bersanding dengan nya memiliki sifat berbalik dengan sifatnya. Kekanakan dan sangat manja, Gavin membencinya.
Kirana Zahrani, seorang gadis belia yang pasrah di jodohkan dengan seorang dokter tak dikenalnya karena alasan membalas budi baik keluarga Pranaja yang telah membantu operasi sang Papa.
Ejekan dan hinaan di dapatkan Kirana, tetapi ia menanggapinya dengan penuh kesabaran, kesabaran yang berujung perasaan tak di undang untuk satu sama lain. Kelembutan dan ketulusan Kirana membuat hati Gavin menghangat hingga tanpa sadar perasaan itu hadir padanya.
updated pukul 12.00 WIB
Follow Instagram @Alfianaaa05_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maaf harus ingkar!
Kirana mengusap air matanya yang terus mengalir membasahi wajahnya, saat ini ia duduk bersama ibunya di depan ruang rawat Papa Andrian, sementara om dan tante Raden telah pergi 30 menit yang lalu disusul oleh Gavin yang masih memiliki banyak pekerjaan.
"Kenapa Mama tidak mengatakannya padaku?" tanya Kirana dengan suara sesak.
"Papa melarang, Kirana. Papa tidak mau kamu bersedih dan sampai ikut kepikiran dengan masalah yang kita hadapi." Jawab Mama Leli lirih.
"Sejak kapan, Ma?" tanya Kirana menatap sang Mama nanar.
"Sudah satu tahun belakangan pabrik Papa mengalami kerugian, banyak para distributor yang menarik kerja sama dan meminta ganti rugi. Andai saja keluarga Pranaja tidak membantu kita, maka kita sudah tinggal di pinggir jalan." Jawab Mama Leli sebelum kepalanya menunduk menatap lantai licin yang bersinar karena pantulan cahaya lampu itu.
Kirana terkejut, entah pikiran darimana ia tiba-tiba mengingat perjodohannya.
"Ma, apa perjodohan…." ucapan Kirana terhenti karena anggukan dari sang Mama.
"Untuk balas budi pada keluarga Pranaja, bahkan biaya rumah sakit ditanggung oleh mereka. Karena itu lah Mama mau kamu menerima perjodohan ini, Kirana." Potong Mama Leli mengerti pikiran putrinya.
"Tapi Ma, kita tidak bisa memaksa Dokter Gavin untuk menerima perjodohan ini." Ujar Kirana menatap sang Mama dengan hangat.
"Mungkin aku bisa menerima perjodohan ini demi kesembuhan Papa dan balas budi keluarga Pranaja, tetapi Dokter Gavin tidak tahu apapun disini." Lanjut Kirana menundukkan kepalanya.
"Dokter Gavin memiliki alasan sendiri untuk menerima perjodohan ini, Nak." Balas Mama Leli seraya mengusap kepala putrinya.
***
Kirana tersenyum lebar ketika mendengar kabar ada pergerakan dari sang Papa, kini ia dan juga sang Mama sudah berada di ruangan Papa Andrian, menanti sosok yang mereka rindukan selama dua hari ini.
Kirana semakin bahagia ketika melihat kedua mata sang Papa sedikit demi sedikit terbuka.
"Papa…" lirih Kirana tak sabar untuk memeluk tubuh yang telah membesarkannya selama ini.
Setelah beberapa saat, Papa Andrian menoleh ke arah Kirana dan juga Mama Leli, ia tersenyum lalu meminta keduanya mendekat.
"Papa….hiks…." Kirana menangis, ia memeluk tubuh sang Papa erat.
"Sssttt….Aranya Papa tidak boleh menangis." Bisik Papa Andrian mengelus punggung putrinya.
"Maafin Ara, Pa." Lirih Kirana merasa menjadi anak yang tidak bisa berguna bagi orangtuanya.
"Hei! kenapa minta maaf?" tanya Papa Andrian melepas pelukan putrinya.
"Ara bukan anak yang baik, Ara hanya bisa menyusahkan Papa dan Mama." Jawab Kirana seketika membuat Papa Andrian tersenyum hangat.
"Tidak ada anak yang menyusahkan orang tuanya, kamu anak yang baik Sayang." Tutur Papa Andrian semakin membuat air mata Kirana meluruh membasahi wajahnya.
Mama Leli mendekat, ia mengusap kepala putrinya lalu beralih pada sang suami yang dirindukan nya.
"Papa harus banyak istirahat." Tukas Mama Leli dengan lembut.
"Iya, Ma. Papa akan banyak istirahat agar istri dan putri Papa tidak sering menangis." Ujar Papa Andrian membuat Mama Leli terkekeh.
Sesaat kemudian Kirana menatap Gavin yang masih ada disana, ia mengangguk kecil sebagai tanda ucapan terima kasih karena telah membantu sang Papa.
Gavin sendiri tidak bereaksi apa-apa, ia hanya memasang wajah datar tanpa ekspresi lalu pergi meninggalkan ruangan itu setelah berpamitan.
"Maaf tapi aku harus menarik kata-kataku, ini bukan karena aku berkhianat, tetapi keluargamu sudah banyak membantuku." Batin Kirana menatap punggung Gavin yang sudah tak terlihat.
TERDESAK KARENA KEADAAN, MENERIMA MESKI DITOLAK 🌹
BERSAMBUNG..........................
Terima kasih utk karyanya Kak Author 🙏🏻💐
Sehat2 slalu & semangat utk karya barunya 💪🏻👏🏻