Dipisahkan dengan saudara kembar' selama 8 tahun begitu berat untukku, biasanya kami bersama tapi harus berpisah karena Ibu selingkuh, dia pergi dengan laki-laki kaya dan membawa Nadira saja, sedangkan aku ditinggalkan dengan Ayah begitu saja.
Namun saat kami akan bertemu aku malah mendapatkan sesuatu yang menyakitkan Nadira mati, dia sudah tak bernyawa, aku dituntun oleh sosok yang begitu menyerupai Nadira, awalnya aku kira dia adalah Nadira yang menemuiku tapi ternyata itu hanya arwah yang menunjukan dimana keberadaan Nadira.
Keadaannya begitu mengenaskan darah dimana-mana, aku hancur sangat hancur sekali, akan aku balas orang yang telah melakukan ini pada saudaraku, akan aku habisi orang itu, lihat saja aku tak akan main-main untuk menghabisi siapa saja yang telah melakukan ini pada saudaraku. Belahan jiwaku telah hilang untuk selamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa yang terjadi
Nadia begitu semangat saat Ayahnya bilang akan pulang ke Indonesia dan bertemu dengan saudara kembarnya Nadira adiknya, sudah 8 tahun mereka berpisah karena perceraian orang tuanya. Mamanya malah selingkuh dan memilih selingkuhannya dan akhirnya Nadia dan Nadira harus terpisah di usia 7 tahun.
Mereka sekarang sudah genap 15 tahun, namun Nadia sudah lulus sekolah tinggal melanjutkan kuliahnya saja, tapi Nadia ingin bertemu dahulu dengan saudara kembarnya itu. Kenapa bisa Nadia lulus lebih dulu karena saat sekolah Nadia pintar dan bisa lulus di umur 15 tahun.
Nadia segera mengambil ponselnya dan menelpon saudara kembarnya itu, cukup lama Nadira mengangkatnya. Selalu saja seperti ini, Nadia selalu khawatir dengan keadaan Nadira, wajahnya selalu pucat dan kadang ada lebam juga satu lagi terlihat kurus sekali.
"Nadira, kenapa lama" saat sudah diangkat Nadia langsung protes saking khawatir nya dengan saudara kembarnya ini.
"Maaf Nadia, aku tak memegang ponsel, apa kabar" tanya Nadira dengan lesu.
"Baiklah tak masalah, aku baik, aku punya kabar baik untuk kamu, aku dan Ayah akan pergi ke Indonesia kita bisa sama-sama lagi Nadira, kamu senang ga"
Raut wajah Nadira langsung berubah senang, senyumnya langsung terbit "Beneran kamu sama Ayah bakal pergi ke Indonesia ke sini mau jemput aku kan"
"Iya aku sama Ayah mau jemput kamu, kita bisa sama-sama lagi Ayah juga sudah mengajukan hak asuh kamu untuk jatuh ke tangan Ayah, kita akan sama-sama"
"Aku senang sekali mendengar kabar ini Nadia, aku tak sabar jangan sampai itu hanya akal-akalan kamu untuk membuat aku senang"
"Untuk apa aku melakukan itu, kami memang akan menjemput kamu, aku juga sudah menyiapkan kamar baru untuk kamu"
Nadira menahan tangisnya, hatinya begitu senang mendengar kabar baik ini, saat melihat wajah Ayahnya muncul dilayar ponsel, Nadira makin senang.
"Ayah"
"Iya nak, tunggu Ayah jemput kamu ya. Maaf Ayah baru bisa memperjuangkan kamu sekarang Ayah kalah oleh Ibumu, tapi Ayah sekarang akan mengambil kamu lagi"
Nadira mengangguk dengan semangat "Aku tunggu Ayah dan juga Kakak"
"Iya nak, baik-baik ya disana selalu tersenyum seperti ini"
Nadira mengangguk, ponsel kembali di berikan pada Nadia, mereka berdua kembali mengobrol dan banyak yang mereka bicarakan tentang nanti saat mereka bertemu dan akan pergi kemana saja.
"Nadiraaa"
Terdengar suara teriakan yang membuat wajah Nadira berubah panik dan ketakutan.
"Aku matikan dulu ya, sampai jumpa Nadia"
Sambungan langsung terputus "Nadira apa yang terjadi Nadira" teriak Nadia yang khawatir.
"Ada apa Nadia, kenapa berteriak"
Nadia segera bangkit dan duduk dengan lesu "Tadi Nadira tiba-tiba saja mematikan sambungannya. Apakah dia baik-baik saja tadi ada yang berteriak padanya begitu kencang, wajahnya langsung berubah ketakutan dan panik"
"Benarkah, kenapa bisa seperti itu padahal Ibu kalian menikah dengan orang kaya tidak mungkin kan Nadira diperlakukan tidak baik"
"Entahlah Ayah aku tidak tahu, apakah bisa di percepat hari ini saja perginya aku ingin segera bertemu dengan Nadira Ayah"
"Tidak bisa Nadia, Ayah sudah pesan tiketnya dan besok kita berangkat"
Nadia begitu gelisah, entah apa yang terjadi dengan Nadira, saat Nadia hubungi lagi nomornya sudah tak aktif, Nadia bahkan tidak tidur, hatinya begitu gelisah. Sekarang sudah larut malam, namun kedua bola matanya sama sekali tak bisa terpejam.
Pikirannya kemana-mana, Nadia mencoba membaringkan tubuhnya memejamkan kedua bola matanya dan memeluk boneka kesayangannya yang dulu Nadira beri padanya saat berpisah.
"Nadia tolong aku, Nadia tolong ini sakit sekali Nadia, aku kesakitan bantu aku Nadia" suara itu begitu lirih sampai Nadia terbangun dan ponselnya berdering dengan kencang.
"Halo Nadira, kamu kemana saja kamu dimana"
"Nadia, aku sudah tak kuat bantu aku tolong aku" ucapnya dengan suara yang begitu pelan.
"Kamu dimana sekarang Nadira, lokasi mu dimana"
"Disini, dia disini cepat habisi perempuan ini" teriak orang yang baru saja masuk keruangan itu, bahkan Nadira belum sempat menjawab yang ditanyakan oleh saudaranya.
"Jangan, tolong jangan" pinta Nadira dengan lemah.
"Nadira kamu baik-baik saja kan Nadiraaa"
"Akhh, sakit " teriak Nadira dengan suara pukulan yang begitu nyaring.
Crak, teriakan Nadira langsung lenyap dengan bercak darah yang mengenai ponsel dan Nadia melihatnya, panggilan pun langsung terputus begitu saja.
"Nadira apa yang terjadi padamu, Nadira" teriak Nadia dengan histeris.
Ayah Alan yang mendengar teriakan putrinya bangun dan berlari kearah kamar putrinya "Ada apa Nadia"
"Nadira Ayah, dia dalam bahaya kita harus segera pergi kesana Ayah, aku tak mau menunggu besok lagi, aku ingin bertemu dengan Nadira sekarang juga" teriak Nadia.
"Iya sebentar Nadia Ayah akan usahakan, bersiap lah Ayah akan meminta bantuan pada teman Ayah"
Nadia mengangguk setuju, tergesa-gesa memasukan semua pakainya, bahkan pakaian yang Nadia beli dan sama dengannya sudah Nadia masukan, rencananya Nadia ingin memakai pakaian ini bersama Nadira agar makin terlihat kalau mereka kembar.
"Tunggu aku Nadira, aku akan menjemput kamu, tolong jangan tinggalkan aku" Nadia menghapus air matanya lalu segera menyeret kopernya dan juga mengendong tasnya.
Ayahnya tanpa banyak bicara segera membantu putrinya membawa semua barang bawaannya, setelahnya mereka segera pergi ke bandara. Saat sampai disana juga sudah ada teman Ayahnya.
Mereka mengobrol sebentar dan Nadia tak tahu apa yang mereka bicarakan, pikirannya penuh dengan Nadira, hatinya begitu tak tenang, sebenarnya apa yang terjadi dengan Nadira.
"Nad ayo"
Nadia tersadar dari lamunannya dan segera pergi mengikuti langkah Ayahnya, mereka berdua berlari kecil dan masuk kedalam pesawat.
"Sabar ya sebentar lagi kita akan sampai dan bertemu dengan Nadira, pasti dia akan baik-baik saja"
Nadia hanya bisa menganggukkan kepalanya, hanya itu saja yang bisa Nadia lakukan tanpa banyak bicara.
"Nadia" tiba-tiba ada yang memangil namanya, tepat di samping telinga kanannya. Nadia menatap kebelakang dan dibelakangnya kosong tak ada siapa-siapa, namun Nadia sangat tahu itu suara siapa, itu suara Nadira.
Nadia yang penasaran segera bangkit, mencari keberadaan Nadira disini, baru juga beberapa langkah tangannya sudah ditarik Ayahnya "Duduklah, jangan kemana-mana"
Nadia yang masih penasaran dan binggung hanya bisa menurut dan kembali duduk, memejamkan kedua bola matanya untuk sedikit membuat dirinya tenang.
"Aku harap kamu baik-baik saja Nadira, aku begitu takut kehilangan kamu, kita sudah lama tak bertemu jangan sampai pertemuan kali ini jadi yang terakhir, aku merindukan kamu Nadira sangat merindukan" ucap Nadia dalam hati.
Nadia memeluk kembali boneka kesayangannya, semoga dengan memeluk boneka ini bisa mengobati rasa gelisah nya.