30 Tahun belum menikah!
Apakah itu merupakan dosa dan aib besar, siapa juga yang tidak menginginkan untuk menikah.
Nafisha gadis berusia 30 tahun yang sangat beruntung dalam karir, tetapi percintaannya tidak seberuntung karirnya. Usianya yang sudah matang membuat keluarganya khawatir dan kerap kali menjodohkannya. Seperti dikejar usia dan tidak peduli bagaimana perasaan Nafisha yang terkadang orang-orang yang dikenalkan keluarganya kepadanya tidak sesuai dengan apa yang dia mau.
Nafisha harus menjalani hari-harinya dalam tekanan keluarga yang membuatnya tidak nyaman di rumah yang seharusnya menjadi tempat pulangnya setelah kesibukannya di kantor. Belum lagi Nafisha juga mendapat guntingan dari saudara-saudara sepupunya.
Bagaimana Nafisha menjalani semua ini? apakah dia harus menyerah dan menerima perjodohan dari orang tuanya walau laki-laki itu tidak sesuai dengan kriterianya?"
Atau tetap percaya pada sang pencipta bahwa dia akan menemukan jodohnya secepatnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12 Keraguan
Perusahaan.
Nafisha berada di kantin bersama Nadien. Nafisha terlihat begitu tidak semangat yang sejak tadi hanya mengaduk orange juice yang dihapuskan dan sementara rekannya itu sejak tadi sibuk bicara lewat telepon dengan suaminya.
"Ya sudah sayang kamu kerja yang lancar, aku juga bekerja dengan baik di sini, bye-bye sayang," ucap Nadien dengan manjanya mengakhiri panggilan telepon tersebut.
Nadien mengerutkan dahi melihat bagaimana tingkah sahabatnya.
"Ya ampun Nafisha, minuman itu untuk diminum bukan diaduk-aduk seperti itu? kamu seperti anak kecil saja. Kamu kenapa sih seperti orang yang punya banyak pikiran?" tanya Nadien dengan geleng-geleng kepala.
"Kenapa aku ragu untuk melanjutkan pernikahanku," ucap Nafisha tiba-tiba saja curhat.
"Kamu ingin mengakhiri pernikahan kamu?" tebak Nadien dengan sedikit kaget.
"Bukan mengakhiri tapi ragu," jawab Nafisha menekankan.
Banyak kebimbangan yang memang harus dia pikirkan secara matang-matang dan apalagi ketika Agam sudah mulai memperlihatkan bagaimana sifat aslinya.
"Wajar Nafisha, memang terkadang kalau kita mau menikah pasti ada saja hasutan dari setan membuat kita ragu untuk menikah dan itu juga ini yang terjadi waktu aku menikah dengan Mas Belva," ucap Nadien.
"Tetapi aku merasa sangat aneh sekali dengan perjalanan hubungan ini, hubungan ini dikatakan taaruf, tapi kami berdua terus bertemu, aku terus diantar jemput ke kantor dan lebih parahnya semakin lama dia semakin posesif, suka marah-marah," keluh Nafisha merasa tidak sehat dengan hubungan yang dia jalani.
"Kalau posesif itu berarti cinta, enak tahu kalau ada laki-laki posesif kepada kita, ya tidak tahu juga kalau kamu merasa nyaman atau tidak, karena aku mengenal kamu sejak dulu yang memang orangnya sangat cuek," ucap Nadine.
"Entahlah, aku juga tidak tahu apakah semuanya harus dilanjutkan atau tidak," ucap Nafisha benar-benar sudah menunjukkan keraguannya.
"Astagfirullah Nafisha!" kamu kenapa tiba-tiba punya pikiran seperti itu,"
"Nafisha jangan sampai pernikahan kamu gagal, ini sudah mentok dan bukankah kriteria yang ada pada calon suami kamu sudah paling benar. Kamu mau tiba-tiba saja dijodohkan dengan orang yang tidak beres, laki-laki tua, duda dan ada saja kekurangannya, Nafisha sudahlah jalani saja yang sudah ada," ucap Nadien memberi semangat kepada sahabatnya.
Nafisha tidak merespon semua ucapan temannya itu dan meneguk orens jus tersebut.
Mata Nafisha tiba-tiba saja melihat Arthur atasannya sedang berbicara dengan karyawan sembari karyawan wanita yang bernama Sandrina itu memberikan dokumen.
"Bu Sandrina dari dulu suka sekali caper dengan pak Arthur," ucap Nadien secara tiba-tiba, ternyata juga atasannya itu mencuri perhatiannya.
"Caper agar jabatan dinaikkan?" tanya Nafisha.
"Mungkin atau mungkin ingin menjadi kekasih atau istrinya," jawab Nadien.
"Memang Pak Arthur belum menikah?" tanya Nafisha memang sejak awal bekerja di perusahaan itu bukanlah orang yang kepo dan lagi pula Arthur merupakan pimpinan yang baru pindahan dan bisa dikatakan Nafisha yang justru terlebih dahulu berada di sana.
"Aku juga tidak tahu pasti, hidupnya penuh dengan misteri dan juga sangat privat, tetapi yang aku dengar dia itu sudah menikah tetapi berpisah, entahlah, lagi pula mana mungkin orang seperti Pak Arthur belum menikah, dia tampan, kaya raya dan mungkin saja sudah menikah tetapi bercerai," jawab Nadien.
"Tetapi kalau aku lihat-lihat mau sekeras apapun Bu Sandrina mendekatinya dan sepertinya tidak akan berhasil, melihat dari gerak-gerik Pak Arthur sangat tampak tidak tidak terlihat nyaman," ucap Nadien menduga duga.
"Tetapi Pak Arthur memberiku kesempatan untuk ide baru untuk produk," ucap Nafisha.
"Serius?" tanya Nadien.
"Hmmm, tetapi kesempatan yang diberikan juga mendapatkan resiko lebih besar daripada sebelumnya," jawab Nafisha yang bisa dikatakan tidak terlalu senang dengan kesempatan tersebut.
"Nafisha, kalau begitu kamu harus menggunakan kesempatan dengan baik, biarkan masalah pernikahan kamu Agam yang mengurusnya dan kamu bisa fokus pada pekerjaan kamu," ucap Nadien memberi semangat pada Nafisha.
"Kamu juga harus membantuku," ucap Nafisha.
"Pasti dan aku siap mendapatkan arahan apapun itu," sahut Nadien membuat Nafisha menganggukkan kepala.
******
Nafisha dan Agam sedang makan siang di salah satu Restaurant.
"Bagaimana makanan di tempat ini apa enak?" tanya Agam basa-basi.
"Enak," jawab Nafisha.
"Kalau begitu kita jadikan saja makanan di wedding kita dari Restaurant ini, makanan disini cukup bervariatif," ucap Agam.
"Memang persiapan pernikahan kita sudah berapa persen?" tanya Nafisha selama ini sibuk kerja dan menyerahkan semua kepada Agam.
"70%," jawab Agam.
"What, kamu mempersiapkannya sendiri?" tanya Nafisha benar-benar tidak percaya jika semuanya berjalan dengan sangat cepat.
"Aku tahu kamu sibuk dan maka dari itu aku tidak ingin mengganggu kamu," ucap Agam.
"Tetapi kita bahkan tidak pernah membicarakannya atau mendiskusikannya, aku juga tidak tahu seperti apa tema pernikahan kita dan hal-hal kecil lainnya, lalu keterlibatan orang tuaku seperti apa dan juga orang tua kamu," ucap Nafisha.
"Apa semua itu penting dan bukankah itu sama saja yang terpenting kita berdua menikah dan pernikahan kita juga tidak malu-maluin dan tetap mewah dan yang pasti sangat berkesan untuk kamu," ucap Agam tampak egois dalam persiapan pernikahan mereka.
"Agam, aku merasa bahwa semua ini terlalu cepat, tetapi proses tahap yang kita jalankan juga belum sesuai, masih banyak hal yang harus kita urus dan terlebih lagi kita berdua juga belum memeriksa kesehatan kita," ucap Nafisha.
"Kesehatan, maksudnya?" tanya Agam
"Bukankah dalam proses taaruf pasangan yang akan menikah saling memeriksa kesehatan satu sama lain dan itu merupakan salah satu syarat yang harus kita laksanakan," ucap Nafisha.
"Nafisha kita tidak perlu memeriksa kesehatan, aku sehat, kamu juga pasti, kita berdua bukan orang mandul dan kamu juga pasti perawan, apa yang harus di periksa," ucap Agam.
Nafisha lagi-lagi kaget dengan perkataan calon suaminya itu terlalu vulgar yang tidak seperti orang memiliki agama.
"Sudahlah Nafisha, kita jangan membuang waktu untuk hal yang tidak penting, sebentar lagi kita akan menikah dan itu paling penting," ucap Agam dengan tersenyum kembali melanjutkan makannya.
"Ya Allah kenapa semakin besar keraguan di dalam hati hamba untuk melanjutkan semua ini, kenapa hamba melihat pria yang di depan hamba ini sangat berbeda dengan pria yang hamba temui saat pertama kali, sikapnya dan nada bicaranya benar-benar sangat berlebihan," batin Nafisha semakin ragu untuk melanjutkan hubungannya.
Dratt-drattt-drattt
Ponsel Agam tiba-tiba saja berdering membuat Agam langsung mengangkatnya.
"Hallo bro!" sapa Agam terlihat begitu enjoy membuat Nafisha yang kembali mengurutkan dahi.
Bisa-bisanya speak sholeha seperti Agam mengangkat telepon tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu.
"Oke, gue segera ke sana, gue juga kebetulan lagi sama calon istri gue dan sekalian gue kenalin," ucap Agam dan akhirnya menutup telepon tersebut.
"Nafisha sekarang kita ketemu teman aku ya," ucap Agam.
"Sekarang?" tanya Nafisha.
"Kamu itu tuli ya, aku barusan mengatakan sekarang yang artinya sekarang dan kenapa bertanya lagi," jawab Agam kesal.
"Tetapi kita sedang maka,"
"Ini lebih penting, Ayo cepat!" ucap Agam buru-buru berdiri dari tempat duduknya.
Nafisha belum menghabiskan makannya dan makanan itu baru dimakan beberapa sendok sudah diajak pergi lagi, tetapi Nafisha sama sekali tidak bisa membantah dengan mengikut saja.
Bersambung....
tapi aku kok agak takut Agam bakalan balas dendam yaa...dia kan aslinya laki2 begajulan
wanita sholekhah jodohnya pria yg sholeh.nafish gadis yg baik kasihan banget dapet laki2 keong racun hia huaa