---
Nirmala hampir saja dijual oleh ibu tirinya sendiri, Melisa, yang terkenal kejam dan hanya memikirkan keuntungan. Di saat Mala tidak punya tempat lari, seorang pria asing bernama Daren muncul dan menyelamatkannya. membuat mereka terjerat dalam hubungan semalam yang tidak direncanakan. Dari kejadian itu, mala meminta daren menikahi nya karena mala sedikit tau siapa daren mala butuh seseorang untuk perlindungan dari kejahatan ibu tiri nya melisa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zanita nuraini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
Sejak Daren kembali ke ibu kota, rumah besar peninggalan keluarganya sepi seperti biasa. Namun di kota kecil tempat Nirmala tinggal, keadaan justru semakin tidak tenang.
Sudah beberapa hari ini ia merasa ada tatapan asing yang mengikuti setiap langkahnya—di pasar, di halaman rumah, bahkan di kebun teh tempat ia biasanya berjalan pagi.
Awalnya ia mengabaikan, berpikir mungkin hanya perasaan tidak enak akibat terlalu banyak mengingat ancaman ibu tirinya.
Namun perasaan itu semakin kuat sampai membuat bulu kuduknya meremang setiap ia melangkah keluar gerbang.
Pada suatu sore, saat ia sedang memeriksa hasil panen kebun teh, ia merasakan seseorang menatap dari balik pohon besar.
Sekejap jantungnya berdegup tidak karuan. Dan ketika sosok itu bergerak sedikit, Nirmala langsung mengenali wajahnya.
Roy.
Pria yang dahulu mencoba memperkosanya—pria yang membuat hidupnya berubah total dan menjadi alasan ia dan Daren menikah.
Napasnya tercekat. “Kenapa dia ada di sini… bukannya dia sudah—”
Ia tidak bisa menyelesaikan kalimat itu. Ketakutannya mengalahkan logika.
Nirmala mundur perlahan, tangannya gemetar saat meraih ponsel di saku rok panjangnya. Ia tidak mau menunggu sampai sesuatu terjadi. Ia butuh seseorang. Ia butuh… suaminya.
Dengan suara bergetar, ia menekan nomor Daren.
---
Di ibu kota, Daren tengah duduk di kantor, menatap layar laptop yang sejak tadi tidak bergerak sama sekali. Hitungan angka, proposal proyek, laporan meeting—semuanya seperti tulisan asing baginya hari ini. Berkali-kali Reyhan, asistennya, melirik dengan dahi mengernyit.
“Bos,” tegurnya akhirnya. “Biasanya juga kalau masalah perempuan, nggak sampai separah ini. Kerjaan semua berantakan.”
Daren memijat pelipis. “Bukan begitu, Rey. Aku cuma… kepikiran.”
Reyhan menyilangkan tangan. “Aku boleh tebak? Jangan-jangan bos—” ia menaik-turunkan alis dengan gaya menggoda, “—sudah falling in love?”
Daren melotot. “Jangan asal ngomong.”
“Tapi wajah bos menunjukkan semuanya,” balas Reyhan ringan. “Hari ini bahkan kopi kesukaan bos pun nggak diminum. Ini sudah bencana besar.”
Daren hendak membantah ketika ponselnya berdering. Nama yang muncul di layar membuat seluruh tubuhnya menegang. Nirmala.
Tanpa pikir panjang, ia mengangkatnya. “Halo? Ada apa?”
Suara di seberang terdengar panik bercampur takut.
“Daren… aku… aku merasa diikuti. Dia… dia ada di sini.”
“Siapa?” Daren langsung berdiri.
Nirmala menelan saliva, suaranya melemah. “Roy.”
Daren langsung pucat. Tidak butuh sepuluh detik untuk mengambil keputusan.
“Aku datang sekarang. Jangan keluar rumah. Kunci pintunya. Aku sampai malam ini.”
Telepon ditutup tanpa salam.
Reyhan terpaku menatap bosnya yang sudah meraih kunci mobil dan jas, bahkan tidak sempat mematikan laptop. “Bos! Mau ke mana? Ada meeting—”
“Aku balik ke kota kecil itu,” jawab Daren cepat.
“Sekarang?” Reyhan menganga. “Bos, ini belum jam pulang. Terus gimana jadwal hari ini? Terus—”
Daren menepuk bahu Reyhan satu kali. “Jaga kantor. Dan jangan tanya apa-apa.”
“Bos…” Reyhan memutar mata. “Kenapa saya punya atasan begini? Kalau udah jatuh cinta, semua logika hilang.”
Daren hanya menggeram kecil dan melangkah cepat ke arah pintu. Namun sebelum ia benar-benar keluar, pintu ruangannya terbuka dari luar.
Ayah Daren berdiri di sana dengan wajah bingung. “muka kamu ko tegang gitu dan tadi kamu lari "? Ada apa?”
Reyhan yang panik spontan berdiri tegak, berusaha menyembunyikan fakta bahwa Daren baru saja kabur dari pekerjaan. “E-eh… Tuan, itu… Bos hanya… ehm… olahraga kecil?”
Ayah Daren mengerutkan kening. “Di dalam kantor?”
Daren menarik napas, mencoba bersikap normal. “Ayah, aku harus pergi sebentar. Ada urusan.”
“Urusan apa? Kamu baru masuk kantor setengah hari,” balas ayahnya.
Daren tidak bisa berkata jujur. Orang tuanya bahkan tidak tahu ia sudah menikah, apalagi tentang Nirmala. Ia dan Nirmala sepakat menunda memberi tahu keluarga Daren sampai keadaan stabil.
“Itu… pekerjaan tambahan di luar kota,” jawabnya cepat.
Ayahnya makin bingung. “Mendadak sekali. Pekerjaan apa yang membuatmu sampai terlihat panik begitu?”
Reyhan menggigit bibir. Dalam hati ia berkata: Duh, bos… kalau gini terus ketahuan kalau punya istri tiba-tiba.
Daren melirik Reyhan seakan berkata “jangan buat masalah”, lalu menatap ayahnya.
“Ayah, aku akan jelaskan nanti. Sekarang aku harus pergi.”
Ayahnya ingin bertanya lebih lanjut, namun tatapan Daren menegaskan bahwa ini bukan urusan kecil. Walau bingung, sang ayah akhirnya mengangguk pelan.
“Baiklah. Tapi hati-hati.”
Daren tidak membuang waktu lagi. Ia mendorong pintu dan bergegas menuju lift. Reyhan mengejar beberapa langkah sambil berseru lirih.
“BOS, KALO UDAH JATUH CINTA BILANG AJA! Saya stres nutupin semua ini!”
Daren hanya mengangkat tangan tanpa menoleh.
---
Di perjalanan, detak jantung Daren seolah tidak mau melambat. Setiap bunyi ponsel yang masuk membuatnya berharap itu pesan aman dari Nirmala. Tapi sampai ia masuk ke tol, tidak ada kabar lanjutan.
“Kuat lah, Mala… aku datang,” gumamnya dengan rahang mengeras.
Ia menekan pedal gas lebih dalam, melajukan mobil jauh lebih cepat dari biasanya. Pikirannya dipenuhi ketakutan yang sama sekali tidak pernah ia rasakan untuk perempuan mana pun sebelumnya.
Dan untuk pertama kalinya, ia benar-benar menyadari…
Bahwa Nirmala bukan sekadar istri yang dinikahinya karena keadaan.
Ia adalah seseorang yang ingin ia lindungi—dengan seluruh hidupnya.
Selamat sore jangan lupa like komen nya ya
Selamat membaca🥰🥰🥰
