Kecurigaan Agnes kepada suaminya di hari ulangtahun pernikahannya yang ke enam, membuatnya bertemu dengan pemuda tampan berbadan atletis di ranjang yang sama. Siapakah pemuda itu? Lalu apa kesalahan yang sudah diperbuat oleh suaminya Agnes sehingga Agnes menaruh kecurigaan? Di kala kita menemukan pasangan yang ideal dan pernikahan yang sempurna hanyalah fatamorgana belaka, apa yang akan kita lakukan? Apakah cinta mampu membuat fatamorgana itu menjadi nyata? Ataukah cinta justru membuka mata selebar-lebarnya dan mengikhlaskan fatamorgana itu pelan-pelan menguap bersamaan dengan helaan napas?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yes, I Am
Wanita yang menjadi algojonya Ronald Howard melangkah dengan senyum penuh percaya diri. Lalat yang ia giring ke jebakan mautnya sudah mati. Ia menuruni anak tangga dengan langkah tegas sampai bunyi high heels-nya yang beradu dengan anak tangga yang belum dipasangi keramik menggema di lorong sempit. Di anak tangga yang keempat, ia menghentikan langkahnya dan menyeringai, "Tzk! Mereka bukan orang biasa ternyata" Lalu, ia melanjutkan langkahnya dengan menginjak punggung anak buahnya yang tak berguna dan tergeletak di atas anak tangga secara berurutan sampai ke anak tangga yang paling bawah.
Sementara Amos sedang dipapah Baskara setelah mereka berhasil keluar dari dalam toilet lewat jendela.
"Sial! Mereka menyuntikkan apa ke aku? Panas banget dan aku membayangkan bebek telanjang" Amos mulai meracau tidak jelas.
"Hei, Bro! Bebek emang telanjang, pffttt!" Baskara terkekeh geli.
"Iya, dan sekarang bebeknya mandi di bak mandi kamu, Bas"
"Eh buseetttt bebek itu pengen gue cekik ya berani benar mandi di bak mandi gue, tzk!" Baskara berdecak kesal dan Amos mendesis, "Ssshhhh! Pusing banget jangan teriak, Bas!"
Baskara mendengus kesal, "Aku juga pusing memapah kamu terus sejak kita keluar lompat dari jendela toilet, Bro" Lalu Baskara dengan cepat tersenyum lega saat ia berhasil menemukan Rama, Doni dan Bagaskara.
"Komandan kenapa kok kamu papah gitu?" Tanya Doni dengan kening berkerut.
"Komandan kena suntik dan dia teler, nih. Ada bebek telanjang di kepalanya" Jawab Baskara sambil membetulkan sampiran tangan Amos di pundak kanannya.
"Hah? Keluarin dong siapa tahu cantik bebeknya" Sahut Rama.
"Keluarin bebeknya siapa tahu bisa buat balapan dan hasilin duit" Tambah Doni.
Plak! Plak! Bagaskara memukul kepala Rama dan Doni. Saat Doni dan Rama menoleh kesal ke Bagaskara sambil mengusap kepala mereka, Bagaskara nyengir dan berucap, "Yang bener tuh keluarin bebeknya siapa tahu udah jadi bebek panggang, mayan kan pas laper nih"
"Woiiii! Malah cincau nggak jelas kalian. Komandan nih gimana?" Teriak Baskara kesal.
"Bantuan lima menit lagi datang. Kita nggak boleh pergi dari sini" Jawab Rama.
"Lalu? Komandan tambah parah telernya. Ada obat nggak?" Tanya Baskara dengan wajah berkerut kesal dan lelah karena ia sedari tadi memapah komandannya yaang berbadan lebih atletis dan lebih tinggi darinya.
"Amos kenapa?"
Semua mata anak buahnya Amos menoleh ke asal suara lalu semua mata itu mengerjap kaget melihat ada Agnes Howard di dekat mereka. Lalu semua mata itu saling melempar pandang satu sama lain.
Amos melangkah pelan ke Agnes dengan sempoyongan lalu ambruk ke depan dan dengan wajah cemberut Agnes menangkap tubuh Amos.
Semua anak buahnya Amos serentak menarik kedua alis mereka ke atas dan menarik ke bawah bibir mereka saat mereka melihat komandan mereka meracau, "Aku sekarang melihat bebeknya jadi cantik dan wangi banget, Bas"
"Kenapa kalian ada di sini? Lalu apa yang terjadi sama Amos. Bebek apa yang Amos bicarakan?" Tanya Agnes dalam satu tarikan napas.
"Anda penyanyi?" Tanya Rama dan plak! Kepalanya langsung kena pukulannya Doni. "Kok malah nanya dia penyanyi bukan?"
"Lha dia bisa bicara dalam satu tarikan napas" Protes Rama.
Bagaskara menghela napas panjang melihat kekonyolan teman-temannya lalu ia melangkah maju untuk menarik Amos. "Saya akan papah teman saya ini ke mobil Anda terus saya nitip teman saya sampai ia sadar boleh, Bu? Soal pertanyaan ibu tadi, akan dijawab oleh Amos pas ia sadar nanti"
"Katakan dulu ada apa dan kenapa Amos juga kamu dan teman-teman kamu ada di sini?" Agnes bersedekap.
Rama sontak menyemburkan, "Kami tim pasukan khusus yang sedang berada dalam misi penting jadi mohon kerja samanya!"
Bagaskara, Baskara, dan Doni hanya bisa mengerjap kaget lalu mematung.
Setelah mengerjap kaget, Agnes menyemburkan tanya, "Dan Amos?"
"Bebeknya" Sembur Rama.
Plak! Baskara memukul kepala Rama.
Rama meringis sambil mengusap kepalanya.
"Kami mohon kerja samanya. Kami dikejar waktu dan Amos sangat berat nih, sungguh amat berat" Ucap Bagaskara sambil membetulkan rangkulannya di pundak Amos.
Agnes mengangguk lalu memimpin langkah Bagaskara yang memapah Amos, menuju ke mobilnya.
Setelah memasukkan Amos dan menutup pintu mobilnya Agnes, Bagaskara langsung melesat lari ke teman-temannya yang sedang memarahi Rama karena Rama mengatakan siapa mereka sebenarnya ke Agnes.
"Sudah terlanjur. Ayo kita jemput bala bantuan kita dan kita tuntaskan tugas kita" Ucap Bagaskara sambil menepuk pundak Rama lalu melesat ke gerbang belakang dan langsung diikuti oleh Rama, Doni, dan Baskara.
"Apa kamu Agnes?" Tanya Amos setelah Agnes membantunya minum air putih.
"Iya. Kenapa kamu mabuk di rumah orang lain, hah?!" Agnes menyemburkan kekesalannya sambil menutup botol air mineral.
Amos menggoyangkan telapak tangan kanannya dan berucap, "Aku tidak mabuk. Pria brengsek itu menyuntik aku....aahhhh pusing dan panas banget ini"
Agnes langsung menghidupkan mesin mobil lalu menyalakan AC.
"Kamu kenapa keluar sendiri? Di mana Ronald?" Amos menyandarkan kepalanya di jok mobil lalu mendesis, "Ssshhhh, pusing banget"
"Kenapa kamu tanya seperti itu?" Agnes mendelik kaget.
Alih-alih menjawab pertanyaannya Agnes, Amos justru bertanya, "Nes, bahasa Inggrisnya aku cinta kamu apa?"
"Teler buat kamu mendadak tolol, ya?"
"Jawab. Kamu udah janji kalau kamu akan jawab semua pertanyaan aku"
"Kapan aku janji seperti itu sama kamu?" Agnes menyipitkan mata.
"Wanita terhormat tidak boleh mengingkari janjinya, Nes"
Agnes menghela napas panjang. "I love you. Udah jangan banyak ngoceh!" Agnes mengembuskan napas berat. "Kamu bener-bener menyebalkan kalau teler, tzk!"
Amos mengabaikan protesnya Agnes. Pria tampan itu mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah dan kembali meracau, "Kalau aku kangen kamu bahasa Inggrisnya apa, Nes?"
"I Miss you. Udah diem jangan berisik!" Agnes mendengus.
"Kalau laki-laki yang akan selalu melindungi, mencintai, merindukan kamu, apa bahasa Inggrisnya?"
"I hate that man!" Bentak Agnes.
"Salah!" Bentak Amos.
Agnes menatap tajam ke Amos. "Yeaahhhh i really hate that man" Ucap Agnes sembari memutar kenop AC ke angka satu agar suhu udara di dalam kabin mobilnya semakin dingin karena Amos masih nampak berkeringat dan mengipasi wajah tampannya.
"Tzk! jawabannya adalah Yes, I am. Tinggalkan Ronald, Nes 'cause Yes, I am" Amos lalu menyandarkan pelipisnya sambil mengulurkan jari telunjuknya ke Agnes dan berkata, "Buat jariku berdarah, Nes"
"Hah?! Pakai apa?" Pekik Agnes.
"Pakai gigi kamu juga boleh"
"Tzk! Nggak mau. Aku bukan Vampire. Nggak doyan darah"
"Tolong! Aku harus segera sadar untuk menjalankan misi penting, Nes"
"Kenapa nggak minta tolong sama teman-teman kamu tadi?"
"Aku lupa karena bebek-bebek di kepalaku tadi berisik banget"
Agnes mendengus lalu ia berkata, "Aku akan tusuk jari kamu pakai tusukan giwangku aja ya"
"Hmm, yang penting berdarah"
Jleb! Agnes menusukkan ujung giwangnya ke jari Amos. Amos mendesis lalu beberapa menit kemudian ia membuka mata lebar-lebar dan bergegas membuka pintu mobil, "Aku harus cari mereka"
Sebelum Agnes sempat mencerna keterkejutannya, Amos sudah menghilang dari pandangannya.
Agnes lalu meraup wajah cantiknya, "Secepat itu ia sadar dari telernya? Sekarang semuanya masuk akal bagiku. Amos itu tim pasukan Khusus itulah kenapa ia pandai beladiri dan berkali-kali berhasil menyelamatkan aku dan Archie dari orang jahat, sendirian lalu ia bisa cepat sadar dari telernya. Fisiknya sangat kuat" Agnes manggut-manggut. "Lalu, aku ke mana ini? Pulang menjemput Archie di rumah Mama atau......."
Ceklek! Agnes membeliak kaget saat pintu mobil dibuka dan wajah Amos menyembul masuk.
"Kenapa balik lagi? Bikin kaget aja, tzk!" Agnes hampir melempar wadah tissue.
"Kamu harus pergi dari sini secepatnya! Setelah aku tutup pintunya, kamu harus injak gas!"
"Tapi besok kamu harus kasih penjelasan ke aku" Ucap Agnes dengan wajah super serius sambil meletakkan wadah tissue ke dashboard.
"Iya, sekarang kamu harus segera pergi dari sini!" Desak Amos.
Agnes mengangguk dan Amos langsung menarik kepalanya keluar dan menutup pintu mobil dengan cepat.
Agnes langsung tancap gas.