CERITA TAMAT!
Dipindahkan dari kelas terbaik, ke kelas Legenda? iyah, Legenda nya maksudnya khusus untuk anak - anak yang suka Langgar peraturan, bolos berjamaah, terlambat merupakan rutinitas.
Bagaimana gadis baik nan anggun, si Juara Umum Sheryl, mampu bertahan disana? belum lagi gombalan Nathan yang bikin Hati meleleh. Tapi, siapa sangka, kelas yang seperti itu malah mengajarkan pada Sheryl arti dari persahabatan yang sesungguh nya. Dan juga, cinta yang tulus.
Hingga dia bisa merasakan, sesuatu yang di sebut 'Masa SMA Sebenarnya'
"Anugrah Terindah yang pernah Tuhan Kasih ke Gue, itu elo. Sheryl Wijaya. pelengkap kehidupan Gue! Jadi, Tetap lah di sisi Gue. Selamanya. "
~Nathan Arkasa
mau tau kisahnya??
ayo vote,
kita liat apa yang terjadi di kelas XI IPA 5
Note : Mohon Maaf, Bila ada Kesamaan Kata atau Nama, tempat, atau hal lain nya, itu mungkin kebetulan semata. Namun, apabila alur dan plot ceritanya sama persis. Itu bukan saya yang plagiat. karna Novel ini murni hasil pemikiran saya sendiri yah. ^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini IR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7 [Revisi]
...***...
"Lo hina gue sesuka hati lo. Tapi sekali lagi, lo hina bokap gue, minimal Rumah Sakit Amerika, maksimal kuburan gang encot!!" Ancam Sheryl menatap Renata dengan tatapan sinis, Benar-benar tajam. Namun tetap tak terbendung air matanya jatuh. Bukan, mengalir dengan sangat Deras tepatnya. Seisi kantin terkejut, Tidak tahu apa yang ada di benak mereka melihat Sheryl saat ini. Apa yang mereka pikirkan tentang Sheryl. Nathan segera memeluk erat tubuh Sheryl, mendekapnya di dada bidang miliknya. Sheryl menumpah-ruah kan air matanya. Tentu saja Andy merasa amat sangat marah.
Beberapa guru datang melerai. Sheryl dan Renata masuk ke ruang Kepsek. Kepsek sudah melihat kejadiannya dari cctv kantin. Sheryl diam tak berkutik. Sedangkan Renata bising sekali membela diri. Padahal sudah jelas bahwa Renata yang mencari masalah duluan, dan memang benar pula Sheryl yang main tangan lebih dulu. Jadi di putuskan keduanya di hukum hormat bendera selama dua jam.
Mana mungkin Rei diam saja saat tahu adiknya di perlakukan kasar. Apalagi itu juga penghinaan untuk ayah mereka. Sayang sekali saat itu Rei ada Tour dari sekolah. Dia tidak ada di sekolah, namun dia yang hanya seorang murid berani menelpon Kepsek langsung untuk meminta keadilan atas adiknya. Tentu saja Rei yang berkepribadian egois sedikit mengancam Kepsek. Namun peraturan tetap lah peraturan, Membuat Kepsek itu meringankan hukuman untuk Sheryl adalah pelanggaran. Kepsek tahu, pasti Sheryl dan Rei sangat terluka atas penghinaan yang Renata lontarkan atas nama ayah mereka. Kepsek juga ikut emosi pada Renata. Namun itu juga tetap salah Sheryl yang main tangan lebih dulu.
Sangat sulit menjelaskan hal tersebut pada Reihan yang keras kepala. Membuat Kepsek bingung.
"Pak, biar saya saja yang jelasin." ujar Sheryl sopan mengetahui bahwa di sebrang telpon itu adalah kakak nya. Dia sudah jelas tahu dengan kepribadian kakaknya itu, dia tidak akan mendengar siapa pun bahkan kepsek sekalipun.
Sheryl menjauh dari Renata.
"Kak... Sheryl baik-baik aja oke? " ujar sheryl lirih.
"Apanya yang baik? Mulut si cabe itu bener-bener mesti di kasih pelajaran. Kalo enggak kakak ga bakal bisa tenang. Kamu diam di tempat, kakak kesana sekarang, ini mau otw." jawab pria di sebrang sana yang terbakar emosi. Benar-benar meledak-ledak.
"Kakak udah, enggak perlu, kakak lanjutin Tour nya aja. Lagian mulut si jajur itu jugak udah Sheryl tampar kok."
"Enggak!! Kakak bakal kesana. Dan hukuman itu--"
"Soal hukuman, kakak tenang aja, itung - itung pengalaman, biar semasa SMA nggak bosen amat. Biar ada yang di kenang kalo kata Nathan mah." jelas Sheryl cengengesan. Mendengar itu Rei diam tercengang. Benar, Sheryl engga boleh melewati SMA nya lurus dan datar aja. Itulah tujuan Rei memindahkan Sheryl ke kelas XI IPA 5.
"Oh jadi udah belajar dari Nathan yah?" ledek Rei tertawa.
"kakak~ udah ntar aja ceritanya lagi. Nih hp mau Sheryl balikin ke kepsek."
"Ya udah, Kata-kata Renata soal papa ngga usah di ambil hati. Dadah~"
Bukan Rei namanya kalau membiarkan orang yang mengganggu adik nya bahagia. Renata Kashia putri tunggal dari Sk group. Perusahaan yang setara dengan anak cabang mikik Wijaya group.
"Nikmati kebahagiaan kalian SK group. Tunggu gue jadi Presdirnya langkah pertama yang gue ambil adalah ... Mengakuisi Sk group jadi anak cabang Wijaya group. Ini janji gue Reihan Wijaya. Orang yang ganggu adik gue mana boleh bahagia terlalu lama." gumam Rei sangat menyeramkan juga tersenyum menyeringai mengerikan menatap hp nya yang sudah berisi tentang SK group.
"Nih pak hp nya. Makasih, Sheryl bakal jalanin hukuman kok." ucap sheryl sopan dengan wajah sendunya. Berjalan pergi keluar ruang kepsek. Wajahnya sendu tertunduk. Bukan karna Renata. Tapi karna kerinduan terdalamnya akan sosok ayahnya.
"Sheryl lo di hukum ngapain??!" teriak seorang siswi lain. Sheryl terkejut bukan main saat melihat banyak sekali orang di depan kantor kepsek.
"Sheryl lo tenang aja. Kita semua bakal belain lo kok. Kita semua punya mata dan telinga yang udah jelas denger dan liat perlakuan keji Renata. Sekarang lo di hukum ngapain??!!" seru yang lainnya.
"Gue di suruh hormat bendera 2 jam"
"Engga boleh!! Yang salah tuh Renata bukan sheryl" ucap Airin menerobos masuk kantor kepsek. Meminta keadilan atas nama Sheryl.
Akhirnya karna demo dari siswa siswi lain nya yang mengatakan Sheryl tidak bersalah. Kepsek mengurangi hukuman Sheryl yaitu cukup hormat bendera satu jam. Sedangkan Renata hormat bendera dua jam dan pulang sekolah di tambah bersihin toilet perempuan. Tentu saja para murid yang mendukung sheryl merasa sangat senang.
"Makasih banget yah, atas bantuan dari kalian semua. Gue Sheryl bakal selalu ingat bantuan ini." ucap Sheryl tersenyum lembut. Itu pertama kalinya mereka lihat Sheryl tersenyum lembut hangat seperti itu.
Zizah, klara, Airin dan yang lainnya juga ikut tersenyum bahagia. Soal hukuman, karna di takutkan akan berkelahi lagi Sheryl akan menjalani hukuman lebih dulu, lalu bergantian dengan Renata.
Sudah kira-kira 15 menit Sheryl hormat bendera di tengah lapangan itu. Sepi dan hening. Sangat membosankan. Itulah suasana yang tergambar saat ini. Membuat Sheryl mulai merindukan ayah nya lagi.
"Kalo gini situasinya jadi pengen berdiri di ujung tiang itu. Enak banget bendera nya di liatin sama lo terus. Sedangkan gue, masih harus berjuang biar di lirik sama lo." terdengar suara tengil cowok aneh itu. Iyah siapa lagi kalau bukan Nathan Arkasa. Yang sudah berdiri di samping Sheryl menghormat bendera juga. Sheryl tersenyum geli mendengar itu. Namun tiba - tiba dia diam
"lo kok di sini? Mending balik gih. Ini kan gue yang di hukum." terdengar suara Sheryl lirih.
"lo kenapa?? Sakit?? Mau gue anter ke uks? Gue gendong deh ala bridal style lagi." ucap Nathan meletakkan punggung tangan nya di kening sheryl memeriksa suhu tubuh gadis itu.
"Gue fine kok. Lo ngapain di sini?? Gue gpp kok sendiri di sini. Mending lo pergi deh sebelum gue usir." ketus Sheryl. Meski tidak ingin Nathan pergi. Tapi dia harus mengatakan itu. Gadis itu tidak ingin merepotkan Nathan.
"Kalo gitu, lo ngomong dong sama pak Ghani. Soalnya dia yang ngehukum gue berdiri di sini."
"loh?!! Lo di hukum juga? Lo buat salah apa lagi?"
"Enggak ada. cuma gue buang sampah sembarangan depan dia. Yah ini deh hukuman nya. Lagian gue engga nyesel kok. Kan ada calon mamah nya anak-anak gue yang nemenin." Sheryl hanya tersenyum geli medengar penjelasan Nathan. Wajah sendu nya yang tadi hadir kini sirna perlahan.
"Gadis supel Sheryl kena hukum karna nakal di hukum hormat bendera satu jam. Trending topik hari, Gimana rasanya di hukum karna melanggar peraturan??" ledek
Nathan.
"Humm, lumayan." keduanya tertawa geli.
"lo kalo senyum cantik nya nambah 5 pangkat 8 di kali 9 menjadi perfect. Jadi senyum terus yah. Gapala deh bibir gue bangkak tiap hari hibur lo."
Membuat Sheryl semakin geli.
"Pulang nanti bareng gue yah. Tiap pulang sekolah sama gue pokok nya" paksa Nathan.
"Zizah gimana??"
"Kan ada Andri. Tenang aja kali ini Andri ke Zizah tuh serius. Baru kali ini Andri serius ke cewek."
Pak Ghani tertawa geli dari ujung koridor melihat kedua remaja itu. Dia mengingat kejadian beberapa menit yang lalu.
...***...