Alika Khumairoh gadis berjilbab nan tangguh yang berubah menjadi gadis diam seribu bahasa karena kecelakaan yang menimpa adiknya. Kesedihan yang mendalam ia rasakan ketika adik satu-satunya terbaring koma karena kecelakaan tersebut.
Dan ketika dia harus bertemu dengan Farel Adiputra Wijaya, manusia menyebalkan menurut Alika.
Farel sendiri adalah putra dari pemilik perusahaan Wijaya Group.
Kehidupan mereka yang berubah drastis karena sifat di antara keduanya yang bertolak belakang.
Sampai akhirnya mereka memulai untuk melakukan kerjasama di perusahaan ayah Farel agar mengetahui siapa dalang di balik runtuhnya perusahaan Wijaya Group.
Akankah mereka dapat memahami satu sama lain?
Dan bisakah keduanya mengungkap siapa yang berkhianat pada perusahaan Wijaya Group?
IG : miena_checil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kritis
Dua hari sebelum hari deadline berakhir ketegangan di rasakan semua karyawan tatkala Alika sedang di marahi habis-habisan oleh Doni sekretaris direktur utama.
Bertempat di meja kerja Alika yang merupakan anggota divisi personalia (ketenagakerjaan), para karyawan saling berbisik atas kejadian naas yang di alami oleh Alika.
"Saya bisa jelaskan Pak..." kata Alika ketika dia masih berdiri di samping meja kerjanya.
"Apanya yang mau kamu jelaskan, jelas-jelas semua data yang kamu kerjakan hilang. Bahkan sekarang waktu deadline kurang dari dua hari. Apa kamu tau bahwa direktur sudah mempercayakan padamu, beliau bahkan sudah memberitahu para pemegang saham kalau masalah ini akan selesai secepatnya. Lalu apa ini?" sedikit berteriak... "Apa jangan-jangan kamu sengaja tidakk mengerjakannya ya?" tuduh Doni.
Alika yang tadinya menunduk karena menghormati seniornya itu langsung membelalakkan mata kaget atas apa yang sudah Doni tuduhkan padanya. "Bukan seperti itu Pak, saya bahkan sudah lembur untuk menyelesaikan data tersebut. Pasti sudah ada yang menyabotase pekerjaan saya," jawab Alika.
Terdengar Doni sedang tertawa. "Sekarang kamu malah menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi padamu, ingat Alika jika kamu tidak bisa menyelesaikan pekerjaan ini dalam waktu dua hari maka kamu harus keluar dari perusahaan ini." Jelas Doni yang masih di liputi kemarahan.
Mata Alika kini berkaca-kaca mendengar apa yang telah Doni katakan padanya, bahkan saat ini dia berharap bahwa dia salah dengar. Rencana yang dia buat agar perusahaan kembali normal bahkan sekarang menjadi malapetaka pada dirinya sendiri.
"Pak saya mohon, jangan lakukan itu pada saya." Memohon dengan mengatupkan kedua tangannya di depan dada, diiringi cairan bening yang sudah tidak bisa ia tahan lagi.
Senyum ejekan keluar dari mulut Doni. "Sekarang kamu bahkan bisa menangis, jangan harap saya akan luluh dengan air mata kamu. Selesaikan semua data itu dalam waktu dua hari atau kamu angkat kaki dari perusahaan ini." Akhir kata Doni yang menggema di setiap sudut ruangan, lalu dia melangkah pergi.
"Apa yang kalian lakukan?" hardik Doni yang melihat para karyawan sedang membeku di tempatnya berdiri lantaran melihat aksinya yang memarahi Alika didepan banyak karyawan. "Apa kalian di bayar untuk melihat kejadian barusan?" teriak Doni. Seketika pula para karyawan dan kedua sahabat Alika yang memang satu divisi dengannya duduk di tempatnya masing-masing di susul Doni yang memang benar-benar melangkah pergi dari ruangan itu.
Alika duduk dimeja kerjanya sambil menangis ketika teringat akan ancaman Doni jika tidak menyelesaikan data tersebut maka dia akan benar-benar kehilangan pekerjaannya. Desi dan Nadia mendekati Alika ketika mereka sudah memastikan bahwa Doni sudah pergi dari ruangan itu, mencoba menenangkan Alika dari kejadian barusan.
Disana, disudut ruangan terlihat Pak Andi yang memang mengawasi Alika selama beberapa hari ini tersenyum puas atas apa yang barusan terjadi. "Bagus, selangkah lagi kau pasti akan benar-benar di depak dari perusahaan ini," seringai tipis terlihat di sudut bibir Pak Andi. "Sekarang bersiap-siaplah untuk keluar dari sini" gumamnya.
*
Saat ini Alika sedang berada di salah satu toilet kantor dan duduk di atas closet. Menarik nafas dalam-dalam sudah menjadi kebiasaannya untuk mengurangi beban yang serasa sesak di dadanya.
Ketika ada telfon masuk di ponselnya, seketika Alika membeku saat tau siapa yang menelfon nya. Rani perawat yang di tugaskan Alika untuk menjaga Abizar. Saat dirinya akan menerima panggilan telepon terlihat Alika tampak menguatkan hatinya jika memang ada sesuatu yang terjadi pada Abizar.
"Assalamualaikum..." Alika memulai bicara setelah menggeser icon berwarna hijau.
"Wa'alaikumsalam...Mbak...mbak Alika...mbak Alika cepat kesini ya...Abizar..," suara panik Rani yang terdengar nyaring di telinga Alika.
Kali ini jantung Alika benar-benar berdetak lebih cepat, dadanya pun serasa terhimpit batu raksasa. Sedikit demi sedikit Alika berusaha mencerna kalimat yang disampaikan oleh Rani perawat yang menjaga Abizar. Cairan bening yang sudah di pelupuk mata seketika lolos begitu saja.
Buru-buru Alika keluar dari toilet dan lari menuju keluar kantor. Kebiasaan yang dijalaninya sehari-hari berjalan kaki menuju kantor kini tidak lagi dia indahkan. Mungkin kali ini Alika beruntung karena ia langsung menemukan taksi yang akan dia tumpangi menuju rumah sakit.
Di dalam taksi pun Alika tak pernah berhenti mendoakan agar Abizar baik-baik saja. Tangis yang semakin menjadi di dalam taksi membuat sang supir bingung namun dia tak berani bertanya sebab alamat tujuan Alika yang sudah di ketahui sang supir membuatnya berpikir bahwa pasti ada anggota keluarganya yang sedang sakit.
Sesampainya di rumah sakit buru-buru Alika berlari ke dalam setelah membayar taksi yang ditumpanginya. Dengan cepat ia membuka pintu ruang perawatan Abizar. Terlihat disana ada beberapa para dokter dan perawat yang mengelilingi tempat pembaringan Abizar.
Dengan nafas tersengal-sengal Alika berjalan mendekati Abizar namun Dokter Ihsan selaku dokter yang menangani Abizar menghampiri Alika. "Ayo kita bicara diluar", kata Dokter Ihsan.
Alika tau ada yang tidak beres dengan Abizar, dengan mengikuti langkah Dokter Ihsan dari belakang Alika berusaha menguatkan hatinya jika memang benar ada sesuatu yang buruk terjadi pada adik kesayangannya.
"Alika maafkan saya, saat ini kondisi Abizar semakin memburuk." Dokter berkata setelah mereka berada di luar ruangan Abizar.
Alika membeku di tempatnya, air matanya bahkan sudah tak bisa ia bendung lagi. "Dokter..." jawab Alika lirih.
"Abizar mengalami pembengkakan pembuluh darah atau Aneurisma yang menyebabkan melemahnya pembuluh darah dan mengakibatkan pendarahan pada otaknya (koreksi jika salah tentang penulisan penyakitnya, saya membacanya dari mbah google 😄). Kami para Dokter sudah berusaha dengan sebaik mungkin untuk menyelamatkan Abizar, tapi sepertinya dengan kondisi Abizar yang koma dia tidak merespon dengan baik," terlihat Dokter menghela nafas perlahan. "Alika bawalah Abizar ke rumah sakit yang lebih bagus, itu hanya saran saya." Dokter mengakhiri kata-katanya.
Alika masih terdiam di tempatnya, menangis itulah yang saat ini dia lakukan. Membawanya ke rumah sakit yang bagus? Bagaimana mungkin, dia bahkan tidak mempunyai uang yang banyak. Alika bahkan tidak mau sampai merepotkan teman-temannya lagi.
"Terimakasih Dokter atas sarannya, saya akan memikirkannya." Itulah kalimat yang akhirnya keluar dari mulut Alika.
Tak selang beberapa lama para Dokter dan perawat yang menangani Abizar keluar dari ruangan tersebut. Lalu Alika melangkah masuk ke dalam ruangan itu. Abizar, adik satu-satunya Alika kini bahkan harus menderita atas kejadian tabrak lari yang terjadi sekitar empat belas hari yang lalu. Uang yang Alika punya dulu bahkan sudah habis untuk membayar biaya perawat yang menjaga Abizar dan biaya rumah sakit satu minggu setelah bantuan dari Desi dan Nadia.
"Maafin kakak Bi, kakak bahkan tidak bisa membawamu ke rumah sakit yang lebih bagus," berkata di sela-sela tangisannya, tangannya terulur membelai kepala Abizar. Ketika dia sadar dengan jam tangan yang di pakainya.
Perlahan dia memegang jam tangan yang terbuat dari emas itu, jam tangan yang Abizar pun memilikinya. Jam tangan peninggalan orang tuanya agar mereka selalu terikat satu sama lain.
"Maafin kakak Bi, kakak harus melakukan ini." Lalu Alika melangkah keluar dari ruangan Abizar.
Bersambung
secara ga langsung, ia mengungkapkan cinta buat Alika🤭
.