NovelToon NovelToon
Cinta Beda Alam : Ternyata Istriku Jin

Cinta Beda Alam : Ternyata Istriku Jin

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Cinta Beda Dunia / Cinta Terlarang / Mata Batin / Romansa / Reinkarnasi
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Dri Andri

Bagaimana jika wanita yang kau nikahi... ternyata bukan manusia?
Arsyan Jalendra, pemuda miskin berusia 25 tahun, tidak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan Wulan Sari—wanita cantik misterius yang menolongnya saat nyaris tenggelam di sungai—adalah awal dari takdir yang akan mengubah dua alam.
Wulan sempurna di mata Arsyan: cantik, lembut, berbakti. Tapi ada yang aneh:
Tubuhnya dingin seperti es bahkan di siang terik
Tidak punya bayangan saat terkena matahari
Matanya berubah jadi keemasan setiap malam
Aroma kenanga selalu mengikutinya
Saat Arsyan melamar dan menikahi Wulan, ia tidak tahu bahwa Wulan adalah putri dari Kerajaan Cahaya Rembulan—seorang jin putih yang turun ke dunia manusia karena jatuh cinta pada Arsyan yang pernah menyelamatkan seekor ular putih (wujud asli Wulan) bertahun lalu.
Cinta mereka indah... hingga rahasia terbongkar.
Ratu Kirana, ibunda Wulan, murka besar dan menurunkan "Kutukan 1000 Hari"—setiap hari Arsyan bersama Wulan, nyawanya terkuras hingga mati

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dri Andri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 7: Peringatan dari Kyai Hasan

Pagi itu, Arsyan lagi ngupas bawang sambil ngelamun—ngelamunin Wulan, lagi—pas tiba-tiba ada yang ngetuk gerobaknya.

"Arsyan."

Suara itu... berat. Berwibawa. Arsyan langsung berdiri, pisau bawang masih di tangan, bawangnya jatuh ke tanah.

Kyai Hasan.

Ulama kampung yang disegani semua orang. Umurnya udah lewat enam puluh, jenggot putih panjang, peci putih selalu rapi, mata tajam tapi penuh kehangatan. Kalau Kyai Hasan dateng ke warung—itu bukan buat beli soto.

"Kyai..." Arsyan cepet-cepet lap tangan ke celana. "Ada... ada apa, Kyai?"

Kyai Hasan nggak langsung jawab. Matanya nyapu gerobak Arsyan—lama—kayak lagi baca sesuatu yang nggak keliatan.

"Duduk, Nak."

Arsyan duduk di bangku plastik. Kaki gemetar dikit. Kyai Hasan duduk di seberang, tangannya dilipat di dada.

"Nak Arsyan," kata Kyai pelan. "Wanita yang sering bersamamu... siapa dia?"

Arsyan menelan ludah. "Namanya... Wulan, Kyai."

"Wulan." Kyai Hasan mengangguk pelan. "Kamu kenal dia dari mana?"

"Dia... dia pembeli, Kyai. Terus... terus jadi deket."

"Kamu suka dia?"

Arsyan nggak bisa bohong di depan Kyai Hasan. Nggak pernah bisa. "Iya, Kyai."

Kyai Hasan menghela napas panjang. Napas yang... berat. Kayak ada beban besar.

"Nak... dia bukan manusia."

Arsyan jantungnya langsung turun.

"Kyai... Kyai ngomong apa—"

"Aku lihat auranya, Nak. Dia makhluk halus. Jin." Kyai Hasan menatap Arsyan tajam. "Jin putih. Bukan jin jahat. Tapi... tetap jin."

Arsyan ngerasa dunianya runtuh.

Mulutnya kering. Tangannya dingin. Dia pengen bilang "nggak, Kyai salah"—tapi dia nggak bisa. Karena dalam hatinya... dia udah tau.

"Tapi... tapi dia baik, Kyai. Dia nggak pernah nyakitin siapapun—"

"Aku tau, Nak. Aku tau dia baik. Tapi..." Kyai Hasan condong ke depan, suaranya turun. "Cinta antara manusia dan jin... itu berbahaya. Sangat berbahaya. Ada aturan di alam gaib yang kamu nggak ngerti. Kalau kamu terus bersama dia... konsekuensinya bisa fatal."

"Fatal gimana?"

"Nyawamu bisa terancam. Atau... lebih buruk lagi."

Arsyan menggeleng keras. "Nggak. Nggak mungkin. Wulan... Wulan cinta sama saya. Dia nggak akan—"

"Bukan dia yang bakal nyakitin kamu, Nak." Kyai Hasan ngelus jenggotnya, ragu. "Tapi... keluarganya. Kerajaan jin punya hukum. Kalau dia melanggar... mereka nggak akan diam."

Arsyan napasnya pendek-pendek. Kepala pusing. "Terus... terus saya harus gimana, Kyai?"

"Jauh-jauh darinya. Sebelum terlambat."

.. hati arsyad terasa sakit saat harus menjauhi wulan

"aa..aku nggak bisa."

"Kenapa?"

"KARENA GUE CINTA DIA!" Arsyan teriak—nggak sengaja bentak suaranya nyaring, sampe beberapa orang lewat jalan noleh.

Kyai Hasan terdiam.

Arsyan napasnya berantakan, mata memerah. "Maaf, Kyai... maaf saya teriak. Tapi... saya nggak bisa ninggalin dia. saya..saya..udah terlanjur cinta."

Kyai Hasan menatap Arsyan lama. Tatapan yang... sedih. Sedih banget.

"Nak Arsyan," katanya pelan. "Cinta itu indah. Tapi cinta juga bisa jadi bencana. Kamu harus pilih: hidup tenang tanpa dia, atau hidup bahaya bersamanya."

"saya pilih bahaya. Asal sama dia."

Kyai Hasan menutup mata, napas panjang. "Kalau begitu... aku nggak bisa larang. Tapi ingat, Nak. Kalau nanti ada masalah... jangan bilang aku nggak pernah ngingetin."

Kyai Hasan berdiri, mau pergi. Tapi sebelum bener-bener pergi, dia berhenti, noleh sekilas.

"Nak... satu lagi. Kalau kamu benar-benar cinta dia... kuatkan imanmu. Perbanyak dzikir. Karena yang akan kamu hadapi... bukan main-main."

Kyai Hasan pergi, ninggalin Arsyan sendirian dengan pikiran yang berantakan.

Arsyan duduk lama di sana. Tangan gemetar. Dada sesak.

Jin. Wulan itu jin.

Dia udah tau. Udah sejak awal. Tapi mendengar langsung dari Kyai Hasan... bikin semuanya jadi nyata.

Dan yang bikin dia takut bukan karena Wulan jin.

Yang bikin dia takut adalah... dia nggak bisa ninggalin Wulan.

Meskipun nyawanya taruhan.

Malamnya, Wulan dateng seperti biasa. Senyum manis, mata berbinar.

"Mas, kenapa mukanya kusut?"

Arsyan nggak langsung jawab. Dia natap Wulan lama—natap mata emas samarnya, kulit putih bersihnya, tubuh yang selalu dingin.

"Mbak... aku ketemu Kyai Hasan tadi."

Wulan langsung beku.

Senyumnya hilang. Tangannya menggenggam tas kain erat-erat.

"Dia... dia bilang apa?"

"Dia bilang... Mbak bukan manusia."

Hening.

Hening yang panjang, mencekik, bikin napas susah.

Wulan menunduk. Pundaknya turun. "Mas... marah?"

"Nggak."

"Takut?"

"Iya."

Wulan dongak cepet, mata berkaca-kaca. "Mas... mau aku pergi?"

Arsyan menggeleng keras. "Nggak. Aku... aku nggak mau lo pergi."

"Tapi Mas takut—"

"Aku takut KEHILANGAN lo, Mbak. Bukan takut SAMA lo."

Wulan menangis.

Nangis pecah. Isak-isakan keras, bahu bergetar, tangan nutup muka.

Arsyan langsung peluk Wulan. Peluk erat, nggak peduli siapa yang liat, nggak peduli dunia bilang apa.

"Mbak... gue nggak peduli lo manusia atau bukan. Yang gue tau... gue cinta lo. Titik."

Wulan balas peluk Arsyan erat banget. "Mas... Mas bisa mati gara-gara aku..."

"Gue rela."

"Jangan bilang gitu—"

"GUE RELA, MBAK." Arsyan lepas pelukan, pegang wajah Wulan dengan dua tangan. "Gue rela mati, asal gue mati bahagia sama lo."

Wulan menatap Arsyan—mata penuh air mata, tapi juga... cinta. Cinta yang dalam, tulus, mengalahkan segalanya.

"Mas... bodoh."

"Iya. Gue emang bodoh."

Mereka berdua ketawa—ketawa sambil nangis—di pinggir jalan yang sepi, di bawah langit malam yang gelap.

Dan di malam itu, Arsyan ngerasain sesuatu:

Cinta itu bukan soal logika.

Cinta itu soal... rela.

Rela berkorban.

Rela kehilangan.

Rela... menghadapi apapun.

Asal bersama orang yang dicintai.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!