Andra dan Trista terpaksa menikah karena dijodohkan. Padahal mereka sudah sama-sama memiliki kekasih. Pernikahan kontrak terjadi. Dimana Andra dan Trista sepakat kalau pernikahan mereka hanyalah status.
Suatu hari, Andra dan Trista mabuk bersama. Mereka melakukan cinta satu malam. Sejak saat itu, benih-benih cinta mulai tumbuh di hati mereka. Trista dan Andra terpaksa menyembunyikan kedekatan mereka dari kekasih masing-masing. Terutama Trista yang kekasihnya ternyata adalah seorang bos mafia berbahaya dan penuh obsesi.
"Punya istri kok rasanya kayak selingkuhan." - Andra.
"Pssst! Diam! Nanti ada yang dengar." - Trista.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7 - Malam Yang Salah
Mata Trista merem melek, merasakan sentuhan Andra yang membuat tubuhnya begitu nikmat. Sementara itu Andra jadi semakin liar, dia mulai melepas seluruh celana Trista dan dirinya. Kini tubuh mereka dalam keadaan tanpa busana.
Andra buka kedua kaki Trista lebar-lebar. Dia lalu melumat dan menjilati bagian bawah perut Trista.
"Aah... Ya, begitu, Gan... Ah!" Trista mulai mendesah keenakan. Ia juga refleks mencengkeram kuat kepala Andra yang masih bergumul di bawah sana.
Merasa Trista sudah cukup bergairah, Andra segera melakukan penyatuan. Dia terobos pertahanan Trista hingga membuat gadis itu tak gadis lagi.
Trista mengerang nyaring. Rasa sakit dan nikmat bercampur aduk dirinya rasakan. Namun semakin kuat dan cepat Andra menghentak, semakin berkurang rasa sakit yang dia rasakan.
Andra yang juga baru pertama kali merasakan kenikmatan seperti ini, ikut mendesah bersama Trista. Suara lenguhan mereka di iringi oleh bunyi tepukan kulit yang bertemu.
"Aaaah!" Trista menganga lebar saat bisa merasakan puncak kenikmatan menjalar di seluruh tubuhnya. Badannya bergetar dalam sesaat Trista memeluk erat Andra yang berada di posisi atas badannya.
Namun semuanya belum berakhir, Andra merubah posisi Trista menungging membelakanginya. Mereka melakukan posisi dogy style. Dimana Andra kali ini menggempur Trista dari belakang, memegangi bokong sang istri dengan erat.
Trista tak bisa berhenti mendesah. Ia merasa lebih nikmat dengan gaya seperti itu. Malam itu berlangsung cukup panjang. Meski dipengaruhi alkohol, namun Andra dan Trista tak bisa membantah kenikmatan yang mereka rasakan di tubuh satu sama lain.
...***...
Cahaya matahari pagi menyelinap masuk lewat celah tirai kamar, mengenai wajah Trista yang terbaring di ranjang. Gadis itu mengerjap pelan, merasakan sakit kepala berdenyut akibat alkohol yang ia teguk semalam. Ia merintih kecil, memijat kening sambil mencoba duduk. Namun sebelum sempat mengatur napas, tubuhnya langsung membeku. Ada lengan yang melingkar di pinggangnya. Lengan hangat, berat, dan sangat familiar. Refleks Trista menoleh.
Begitu ia melihat wajah Andra tidur pulas di sebelahnya, dengan jarak yang terlalu dekat, darahnya langsung berhenti mengalir beberapa detik. Dan lebih parah lagi, mereka berdua tidak memakai apa pun di balik selimut.
“A—AAAAAAA!!!!”
Trista berteriak sekeras mungkin, langsung menendang kaki Andra.
Andra tersentak bangun seperti dikejutkan petir. “HAH?! Ada apa?! Kebakaran?! Gempa?!”
Ia butuh tiga detik untuk menyadari posisi mereka. Begitu ia melihat dirinya dan Trista sama-sama telanjang, ia ikut berteriak.
“AAAAAAA!!!! TRISTA! KENAPA KITA—?!”
“KENAPA KITA BISA BEGITU?!!” Trista panik, langsung menutupi tubuhnya dengan selimut sambil mundur ke ujung ranjang.
Andra buru-buru meraih bantal dan menutup tubuh bagian bawahnya. “AKU NGGAK TAHU! AKU NGGAK INGAT APA-APA!”
“Aku juga nggak ingat!” Trista memukul kepalanya sendiri dengan panik. “Gila! Kita mabuk! Kita pasti mabuk parah banget!”
“Kita… kita nggak… kan?” Andra menunjuk ranjang, wajahnya kacau.
Trista memelototinya. “Menurutmu? Apa aku bangun telanjang begini karena angin malam?”
Andra menutup wajahnya. “Aduh Tuhan…”
Trista memegangi rambutnya frustasi. “Kita melakukan… itu. Kita melakukan hal seperti pasangan beneran. Padahal kita cuma pasangan kontrak! Kenapa kita bisa… kenapa kita bodoh banget?!”
Andra memejamkan mata kuat-kuat. “Aku nggak sengaja! Sungguh! Aku cuma ingat kita minum banyak, terus kamu nantangin aku—”
“Dan kamu yang mulai lepasin baju!” seru Trista.
“Eh, kamu juga lepas baju duluan!” balas Andra defensif.
Trista menepuk wajahnya keras-keras. “Regan… Kenapa aku malah, astaga, ini menyedihkan!”
Andra tiba-tiba menatapnya tajam. “Tunggu. Kamu sempat bilang nama Regan semalam, ya?”
Trista langsung menegang. “Apa?”
“A-aku sempat dengar kamu ngomong ‘Regan jangan jadi mafia’ atau apalah…” Andra mengernyit. “Sambil mabuk dan meluk aku… Kayak kamu lihat aku itu Regan.”
Trista langsung menunduk malu. “Kamu juga tadi manggil aku Ajeng!”
Andra terdiam. Benar juga.
Mereka saling menatap, sama-sama merasa bodoh dan kacau. Sampai akhirnya Andra menghela napas panjang. “Oke. Ini… bencana.”
“Bencana besar,” sahut Trista.
“Kita… nggak boleh mengulang ini,” ujar Andra tegas.
“Aku setuju! Aku bahkan mau pura-pura kejadian ini nggak pernah terjadi,” seru Trista cepat.
“Kita harus sepakat,” Andra duduk tegak sambil memegangi bantal erat-erat, “apa pun yang terjadi semalam… itu cuma kecelakaan. Bukan perasaan. Bukan kemauan. Cuma… kebodohan karena alkohol.”
Trista mengangguk keras. “Ya! Kesalahan fatal karena mabuk!”
Hening panjang mengisi ruangan saat keduanya menatap berantakan kamar mereka, baju berserakan, gelas kosong di meja, botol wine berguling di lantai.
Andra memijat pelipisnya. “Kalau orang tua kita sampai tahu…”
“Jangan lanjut!” Trista menutup telinga. “Aku bisa mati malu!”
Andra menarik napas panjang dan kembali memandangnya serius. “Satu hal lagi.”
“Apa?”
“Kamu harus minum morning pill,” ujar Andra mantap. “Sekarang!"
Trista memerah. “Aku tahu! Aku nggak sebodoh itu!”
“Bagus,” sahut Andra. “Aku nggak mau kamu hamil karena… hal nggak jelas begini.”
Trista langsung bangkit dari ranjang sambil tetap menutupi tubuhnya dengan selimut. “Aku mau mandi. Habis itu aku pergi ke apotek.”