NovelToon NovelToon
Rise Of The Rejected

Rise Of The Rejected

Status: sedang berlangsung
Genre:Akademi Sihir / Epik Petualangan / Fantasi / Balas Dendam
Popularitas:862
Nilai: 5
Nama Author: Siti Nuraida

Ardan Kael tumbuh di Akademi Aetherion — sekolah elit bagi para pengguna kekuatan elemental.
Tapi di usia 16 tahun, hasil ujiannya menunjukkan “nol energi.” Ia dicap Reject, dibuang dari akademi, dan diusir dari keluarganya sendiri.

Namun, pada malam ia hendak bunuh diri di tebing Aetherion, ia mendengar suara aneh dari bayangannya sendiri:

“Kau gagal bukan karena lemah... tapi karena kekuatanmu terlalu kuat untuk dunia ini.”

Suara itu membangkitkan sesuatu yang telah lama tersegel dalam dirinya — Void Energy, kekuatan kegelapan yang bisa menelan seluruh elemen.

Dari situ, Ardan bersumpah untuk kembali ke akademi, bukan sebagai murid...
Tapi sebagai mimpi buruk bagi semua orang yang pernah merendahkannya.

“Kalian menyebutku gagal? Baiklah. Aku akan menunjukkan arti kegagalan yang sebenarnya.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nuraida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 – Sang Profesor Bayangan

Distrik Perpustakaan Valenforge adalah area tertua di kota itu, tempat tumpukan pengetahuan kuno disimpan di bawah pengawasan ketat. Tempat itu tidak diterangi oleh lampu sihir kristal yang modis, melainkan oleh lilin rune tua yang memancarkan cahaya kekuningan yang damai. Udara di sini berbau kertas yang melapuk, debu yang berusia ratusan tahun, dan sedikit bau rempah-rempah yang digunakan untuk mengawetkan manuskrip.

Ardan berjalan memasuki perpustakaan utama, menyamar dengan jubah kuli panggulnya. Ia tahu di mana Profesor Elandra Morwyn berada. Profesor yang elegan, tenang, dan selalu diselimuti aura misterius itu memimpin seksi Ilmu Sihir Kuno, area yang jarang dikunjungi oleh murid-murid Aetherion yang lebih tertarik pada Elemental Combat modern.

Ruangan Elandra terletak di tingkat bawah tanah, sunyi dan tersembunyi. Hanya ada satu meja besar, tertutup tumpukan buku kulit tebal, dan sebuah lilin rune besar yang memberikan penerangan minimal.

Ardan mengetuk pintu kayu yang berdebu.

"Masuk," suara Elandra terdengar, lembut namun penuh otoritas.

Ardan membuka pintu dan melangkah masuk. Elandra sedang duduk, memegang buku tanpa melihat Ardan, seolah ia sudah tahu siapa yang datang. Ia mengenakan jubah abu-abu gelap, rambutnya yang hitam panjang diikat rapi.

"Kau berani sekali datang kemari, Ardan Kael," kata Elandra, akhirnya mengangkat kepalanya. Ekspresinya tenang, tidak menunjukkan rasa takut atau jijik yang ia temui dari orang lain.

Ardan menyentakkan tudungnya ke belakang. "Anda tidak terkejut? Anda tidak lari?"

Elandra meletakkan bukunya. Judulnya: The Lost Chronicles of The Great Divide.

"Aku tahu kau akan datang. Aku sudah menunggumu, tepat sejak hasil ujianmu keluar. Dan tidak, aku tidak terkejut. Kekuatanmu terlalu besar untuk dibaca oleh Crystal of Origin yang bodoh itu."

Ardan maju selangkah. "Anda tahu apa yang saya miliki?"

"Aku sudah meneliti Void Energy sejak lama. Aku tahu kekuatannya. Aku tahu sifatnya. Dan aku tahu mengapa Grandmaster Solan Caelum sangat ingin memastikan kekuatan itu tidak pernah muncul lagi." Elandra menunjuk kursi di depannya. "Duduk, Ardan. Kita punya banyak hal untuk dibicarakan, dan sedikit waktu."

Ardan duduk, hatinya berdebar. Akhirnya, seseorang yang tidak mencapnya monster.

"Grandmaster Solan... dia yang menyegel saya, bukan?" tanya Ardan, suaranya dipenuhi kebencian.

"Tidak, tidak secara langsung," Elandra menggeleng. "Segel di hatimu—rantai yang kau putuskan beberapa hari lalu—itu ditanamkan oleh Dewan Elemen saat kau masih bayi, atas perintah klanmu sendiri, Klan Caelum. Klanmu takut akan warisan asli klanmu."

"Warisan asli?"

"Klan Caelum dulunya adalah penjaga batas, Ardan. Mereka adalah Klan Angin, ya, tapi mereka juga yang pertama kali berinteraksi dengan Void saat Perang Elemental Besar. Mereka tidak menyegel Void karena jahat, mereka menyegelnya karena tidak stabil. Void adalah murni entropi. Kekuatan yang bisa menelan tatanan dan kekacauan."

Elandra bersandar, tatapannya menembus Ardan. "Kau gagal di Aetherion bukan karena kau nol. Kau gagal karena Void di dalam dirimu menolak sistem klasifikasi elemen. Ketika kau menyentuh kristal itu, Void hanya menunjukkan nol, nol potensi untuk menjadi budak sistem mereka."

Kemarahan Ardan mulai mereda, digantikan oleh pemahaman yang dingin. Ia tidak hanya dihukum; ia disabotase sejak lahir.

"Tapi... mengapa Anda membantu saya? Anda adalah Profesor Aetherion."

Elandra tersenyum pahit. "Kadang, kebenaran butuh disembunyikan… bahkan dari murid terbaikku, dan terutama dari Dewan Elemen. Solan dan Dewan Elemen telah menggunakan Aetherion sebagai alat untuk menindas kebebasan sihir. Mereka hanya mengizinkan sihir yang mendukung kekuasaan mereka. Aku percaya, tatanan ini busuk."

Ia meraih buku kuno yang ia pegang tadi. "Aku tahu kau ingin balas dendam. Tapi balas dendam tanpa kendali hanya akan menjadikanmu monster yang mereka takutkan. Jika kau ingin menjatuhkan mereka, kau harus menjadi tatanan yang lebih baik. Dan untuk itu, kau harus mengendalikan Void Energy."

Elandra membuka buku itu. Di sana, terdapat diagram kuno yang tampak rumit, penuh dengan rune-rune yang tidak pernah Ardan lihat di kelas sihir modern.

"Void Energy memiliki dua fase," jelas Elandra. "Fase pertama, yang kau gunakan di Desa Tersisih, adalah The Great Devourer (Sang Pemakan Agung). Energi ini insting. Ia menelan, menghancurkan, dan mudah digunakan, tapi cepat menghabiskan vitalitasmu."

Ardan teringat betapa lelahnya ia setelah menggunakan Void untuk menghancurkan pilar kayu.

"Fase kedua adalah yang penting: The Eternal Architect (Arsitek Abadi). Ini adalah Void yang tidak menghancurkan, melainkan mengisi kekosongan. Ini adalah kekuatan yang bisa kau gunakan untuk mereplikasi elemen lain, bahkan memperbaiki tatanan yang rusak. Tapi ia butuh kontrol mental dan emosional yang mutlak."

"Bagaimana saya bisa menguasai itu?" tanya Ardan, mencondongkan tubuh ke depan.

"Dengan berdamai dengan kebencianmu," jawab Elandra, langsung menusuk. "Kau harus memprosesnya, bukan hanya menggunakannya sebagai bahan bakar. Kau harus mengubah kebencian menjadi tekad. Dan yang terpenting, kau harus memahami The Whisper."

Ardan menegang. "The Whisper. Ia ada di dalam diriku. Ia berbicara padaku."

"Aku tahu. Ia bukan hanya bayangan. Dia adalah 'fragmen kesadaran' dari Dewa pertama, Dewa Void, yang dihancurkan oleh Klan Elemen saat mereka mendirikan tatanan mereka. Dia adalah bagian dari Void Energy itu sendiri. Dia menawarkan kekuatan besar dengan harga jiwamu."

"Harga apa?"

"Konsumsi total. Jika kau terlalu sering menggunakan Devourer tanpa kendali, The Whisper akan mengambil alih. Kau akan kehilangan dirimu, dan kau akan menjadi senjata penghancur yang tidak memiliki tujuan moral."

Elandra memandang Ardan dengan tatapan yang penuh kepedihan, seolah melihat anak yang disayanginya di ambang kehancuran.

"Jika kau ingin balas dendam... pertama-tama, kendalikan dirimu sendiri," katanya, mengulang kalimat yang Ardan dengar dalam sinopsis. "Aku tidak akan mengajarimu cara menjadi Pembunuh. Aku akan mengajarimu cara menjadi Pengendali. Kau akan belajar menggunakan Void untuk menyamar, untuk mengumpulkan informasi, dan untuk menyerang di tempat yang paling tidak mereka duga. Bukan dengan kekerasan brutal, tapi dengan manipulasi yang cerdas."

Elandra menutup buku kuno itu dan menyodorkannya pada Ardan.

"Buku ini tidak lagi dibutuhkan oleh dunia ini. Pelajari. Ini panduanmu. Dan jangan pernah datang ke perpustakaan ini lagi. Jika Solan tahu aku membantumu, aku akan menjadi Reject berikutnya."

Ardan mengambil buku itu. Beratnya terasa nyata di tangannya. Itu bukan sekadar buku, melainkan manifesto perlawanan.

"Terima kasih, Profesor," bisik Ardan.

Elandra tersenyum, senyum yang menunjukkan ia telah membuat keputusan yang sangat berisiko.

"Pergilah. Dan hati-hati, Ardan. Kau bukan lagi anak kecil. Kau adalah ancaman. Dan ancaman itu akan segera diperhatikan, terutama oleh dua orang yang pernah dekat denganmu."

"Rion dan Lyra," kata Ardan, tanpa pertanyaan.

"Rion datang ke Valenforge. Misi resminya: menyelidiki gangguan energi gelap. Lyra menemaninya. Dia gelisah. Dia menyesal. Tapi dia terikat pada Solan dan klannya."

"Mereka adalah musuh," kata Ardan dingin.

"Mungkin," jawab Elandra, matanya menyipit. "Atau mungkin mereka adalah kunci untuk mengungkap seberapa jauh kebusukan Dewan Elemen telah merusak bahkan orang yang kau cintai. Gunakan Void. Tapi gunakan juga hatimu. Jangan hanya menjadi monster."

Ardan mengangguk. Ia menyembunyikan buku itu di balik jubahnya.

"Satu hal lagi, Ardan. Di distrik pasar malam Valenforge, ada Arena Bayangan—tempat duel ilegal. Rion dan murid-murid Aetherion sering mencari pertarungan untuk menguji kemampuan mereka di sana. Itu adalah tempat terbaik untuk menguji Void-mu tanpa menarik perhatian Solan. Tapi, kau harus menyamar total. Jangan biarkan siapa pun melihat matamu."

Ardan tersenyum di balik tudungnya.

"Dimengerti, Profesor. Saya akan menunjukkan pada Rion apa yang terjadi ketika ia meremehkan seorang Reject."

Ia meninggalkan ruang bawah tanah itu, membawa beban pengetahuan baru dan janji balas dendam yang diperbarui. Ia tidak lagi menjadi anak yang hancur. Ia adalah murid baru, didorong oleh guru gelap dan kekuatan kuno.

Pertemuan Ardan dengan Elandra telah membuka jalan untuk mengendalikan Void dan memberikan Ardan misi moral. Selanjutnya, ia akan bertemu Serena Thorne dan berduel dengan Rion.

1
azizan zizan
nah ini Nih sering kali kebanyakkan para pemula ingin membuat novel melakukan kesalahan yang boleh mencacatkan sesebuah karya perkataan2 di bab yang lepas di ulang kembali di bab baru.. jika para pemerhati yang menyinak tahu apa yang mereka cakap... novel sampah.. maaf Thor komentar aku ini kasar... kau perlu perhatiin yang itu.. jangan terlalu abal2 membuat sesebuah novel.. jika ingin orang menghargai sebuah karya yang kita buat kita perlu menghargai para pembaca juga itu baru adil...
azizan zizan
ku mampir Thor di novel mu... semoga mc meluluhlantahkan kekaisarannya sama rata dengan tanah usah pedulikan bai atau jahat di pukul rata...🤭🤭🤭🤭
maulida
mampir bentar biar GK lupa baca
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!