NovelToon NovelToon
Legend Of The Sky Devourer-Kunpeng Terakhir

Legend Of The Sky Devourer-Kunpeng Terakhir

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Epik Petualangan / Fantasi
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Alvarizi

Di Desa Fuyun yang terkubur salju, Ling Tian dikenal sebagai dua hal yakni badut desa yang tak pernah berhenti tertawa, dan "Anak Pembawa Sial" yang dibenci semua orang.

Tidak ada yang tahu bahwa di balik senyum konyol dan sikap acuh tak acuh itu, tersimpan jiwa yang lelah karena kesepian dan... garis darah monster purba yang paling ditakuti langit yakni Kunpeng.

Enam puluh ribu tahun lalu, Ras Kunpeng musnah demi menyegel Void Sovereign, entitas kelaparan yang memangsa realitas. Kini, segel itu retak. Langit mulai berdarah kembali, dan monster-monster dimensi merangkak keluar dari bayang-bayang sejarah.

Sebagai pewaris terakhir, Ling Tian dipaksa memilih. Terus bersembunyi di balik topeng humornya sementara dunia hancur, atau melepaskan "monster" di dalam dirinya untuk menelan segala ancaman.

Di jalan di mana menjadi pahlawan berarti harus menjadi pemangsa, Ling Tian akan menyadari satu hal yakni untuk menyelamatkan surga, dia mungkin harus memakan langit itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvarizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 14: Tarian Hantu dan Ciuman Beracun

Malam di Lembah Belakang tidak pernah benar-benar sunyi. Selalu ada suara berisik dari ribuan pedang patah yang bergesekan ditiup angin, menciptakan simfoni logam sumbang yang bisa membuat orang bermental lemah menjadi gila. Kabut racun dari Danau Pencuci Pedang merayap naik setinggi dada, tebal dan pekat seperti susu basi yang tumpah, menyembunyikan tanah berlumpur di bawahnya.

Di tengah kegelapan yang menyesakkan itu, terdengar suara kehancuran.

DUM!

Tiba-tiba tanah bergetar. Burung gagak yang bertengger di pohon mati yang ada disekitar terbang dengan kaget.

Ling Tian berdiri di depan sebuah bongkahan batu granit hitam setinggi dua meter. Keringat membasahi tubuhnya, membuat baju curiannya menempel ketat pada kulitnya. Uap panas mengepul dari bahunya, kontras dengan udara malam yang tengah membeku.

Dia memegang batang besi hitam itu dengan kedua tangan. Urat-urat di leher dan lengannya menonjol seperti akar pohon tua.

"Teknik Pedang Berat: Penghancur Gunung!"

Suaranya bukan teriakan, melainkan geraman rendah dari dasar tenggorokan.

Kemudian dia mengayunkan besi itu.

Tidak ada keindahan dalam gerakan itu. Itu hanyalah gerakan kekerasan murni. Besi hitam itu membelah udara dengan suara wuuung yang berat, sebelum menghantam permukaan granit.

BLAAAARR!

Ledakan itu mengirimkan gelombang kejut. Pecahan batu seukuran kepalan tangan terlempar ke segala arah bagaikan peluru nyasar. Debu batu mengepul tebal, bercampur dengan kabut.

Namun, di balik suara ledakan batu itu, terdengar bunyi lain yang lebih memuakkan bagi telinga manusia.

KREK.

Itu adalah suara tulang yang retak.

Batang besi terlepas dari genggaman Ling Tian, jatuh berdentang di tanah. Tangan kanan pemuda itu terkulai lemas di sisi tubuhnya. Pergelangan tangannya membengkak seketika, warnanya berubah menjadi ungu gelap yang mengerikan.

"Shh..."

Ling Tian mendesis, matanya terpejam erat menahan rasa sakit yang menusuk hingga ke otak. Teknik Penghancur Gunung memang luar biasa, tapi gaya tolak yang dihasilkan saat besi menghantam sebuah benda keras sungguh biadab.

"Sudutmu salah lagi, Bodoh," suara Tuan Kun terdengar malas di dalam kepalanya, seolah sedang mengkritik tarian balet yang buruk. "Kau menggunakan 100% tenaga otot di awal ayunan. Itu adalah cara kerja seorang kuli panggul, bukan cara kerja seorang pendekar. Kau harus bisa membiarkan berat senjata yang bekerja. Gunakan pinggangmu sebagai poros, bukan bahumu."

Ling Tian tidak menjawab. Dia jatuh duduk di atas lumpur dingin itu, napasnya memburu.

Dengan tangan kirinya yang kini gemetar, dia merogoh saku celananya, mengeluarkan botol porselen kecil pemberian Tetua Su yakni Salep Tulang Harimau. Dia menggigit penyumbat botol itu hingga lepas, lalu menuangkan cairan hijau berbau menthol yang menyengat ke lengan kanannya yang kini patah.

Sensasi dingin yang menusuk tulang tiba-tiba menyebar.

Namun, yang bekerja lebih cepat bukanlah khasiat salep itu. Di bawah kulitnya, sel-sel darah emas Kunpeng yang baru terbentuk mulai bereaksi. Mereka menyerbu area yang rusak itu, merajut kembali serat otot yang putus, dan menyambungkan retakan tulang dengan kecepatan yang tidak masuk akal.

Rasa sakitnya perlahan mereda, digantikan oleh rasa gatal yang aneh.

"Hancurkan, sembuhkan, dan perkuat," gumam Ling Tian, menatap lengannya yang perlahan kembali normal. "Metode latihan macam apa ini?"

"Itu satu-satunya cara agar tubuhmu bisa mengejar ketertinggalan," balas Tuan Kun. "Orang lain butuh sepuluh tahun untuk menempa tulang mereka. Kau tengah mencoba melakukannya dalam kurun waktu seminggu. Jangan mengeluh."

Ling Tian menyeka keringat di dahinya. Dia baru saja akan berdiri untuk mengambil senjatanya lagi, ketika tiba-tiba... hidungnya berkedut.

Di antara aroma amis karat besi, lumpur busuk, dan belerang danau, terselip aroma yang sangat asing.

Sebuah aroma wangi melati yang manis dan lembut, namun memiliki jejak akhir yang tajam seperti aroma tembaga.

Itu adalah bau seorang wanita. Dan bau... hawa berbahaya.

Ling Tian tidak langsung menoleh. Dia tetap dalam posisi duduk, pura-pura memeriksa lengannya. Tapi seluruh indra di tubuhnya menegang siaga. Telinganya menangkap suara langkah kaki yang sangat ringan, nyaris tak terdengar, menginjak daun kering di kejauhan.

"Malam yang indah untuk mengintip pria berkeringat, Nona?" ucap Ling Tian tiba-tiba, suaranya tenang membelah kesunyian malam.

Langkah kaki itu berhenti kemudian hening sejenak. Lalu, terdengar sebuah tawa kecil yang renyah dan menggoda, namun dingin seperti denting lonceng di kuburan.

"Kau punya indra penciuman layaknya anjing, Adik Kecil. Padahal aku sudah memakai sebuah jimat penyembunyi bau kelas atas."

Dari balik bayangan pohon mati di sebelah kiri Ling Tian ,sesosok tubuh melangkah keluar menembus kabut malam.

Seorang wanita muda. Dia mengenakan jubah murid luar Sekte Pedang Langit, tapi cara dia memakainya jelas melanggar aturan. Jubahnya dimodifikasi menjadi lebih ketat, menonjolkan lekuk tubuhnya yang berbahaya, dengan belahan rok yang cukup tinggi untuk memudahkan pergerakan kakinya.

Di pinggangnya yang ramping, melilit sebuah cambuk kulit ular berwarna ungu gelap, seperti seekor ular berbisa yang sedang tidur.

Wajahnya cantik, dengan tahi lalat kecil di bawah mata kirinya yang memberinya kesan nakal. Namun di kedua matanya... berkilat cahaya hijau di kegelapan malam, menatap Ling Tian bukan sebagai manusia, melainkan sebagai objek eksperimen yang menarik.

"Siapa kau?" tanya Ling Tian datar, perlahan bangkit berdiri. Tangan kirinya diam-diam meraih gagang batang besinya di tanah.

"Panggil saja aku Kakak Senior Liu Yan," jawab wanita itu, berjalan mendekat dengan pinggul yang bergoyang pelan, namun setiap langkahnya penuh perhitungan.

"Aku melihat 'karya seni'-mu di depan Gua Angin Ratapan tadi pagi," lanjut Liu Yan. Dia berhenti lima langkah dari Ling Tian. "Sisa muntahan hitam pekat itu, sebuah racun Kelelawar Berwajah Manusia. Orang normal pasti akan mati jika menelan satu tetes saja, organ dalamnya akan mulai mencair. Tapi kau... kau justru memuntahkannya seperti sedang memuntahkan makanan basi."

Liu Yan menjilat bibirnya, lidahnya berona merah kontras dengan kulit pucatnya.

"Tubuhmu aneh, Adik Kecil. Kau punya ketahanan racun yang luar biasa. Aku jadi penasaran... apa isi perutmu? Apakah warnanya hitam?"

Ling Tian menatap wanita itu lekat-lekat.

Di dalam kepalanya, Tuan Kun memberikan peringatan tajam.

"Hati-hati, Ling Tian. Wanita ini bukan murid sembarangan. Di dalam meridiannya mengalir sebuah Qi ungu yang kotor. Dia praktisi 'Jalan Racun'. Jarang ada murid sekte lurus yang mendalami ilmu kotor seperti ini. Dia berbahaya."

Ling Tian mengangkat batang besinya, menyandarkannya di bahu dengan sikap santai yang dibuat-buat.

"Jadi Diaken Zhao dan Li Wei sudah kehabisan akal?" tanya Ling Tian, menyeringai sinis. "Sampai harus menyewa pembunuh bayaran wanita? Apa mereka pikir aku akan lemah lutut melihat paha yang mulus?"

Senyum Liu Yan sedikit memudar, digantikan oleh tatapan dingin.

"Kau pintar menebak. Benar, mereka membayarku. Tapi..." Liu Yan mengangkat tangannya, menjentikkan jari lentiknya. "...aku datang karena ketertarikanku sendiri."

Tik.

Dari jentikan jarinya, serbuk halus berwarna merah muda menyebar terbawa angin ke arah Ling Tian. Serbuk itu berkilauan indah di bawah sinar bulan, terlihat seperti serbuk sari bunga.

"Tahan napas! Itu adalah 'Serbuk Mimpi Pelumpuh'! Jangan dihirup!" teriak Tuan Kun.

Ling Tian bereaksi cepat. Dia menahan napas, untuk mundur selangkah. Namun, serbuk itu bergerak aneh, seolah memiliki kesadaran sendiri, menempel pada kulit lengan dan lehernya yang terbuka.

Cesss...

Rasanya panas dan gatal.

"Tidak perlu dihirup, Sayang," kata Liu Yan lembut. "Racun racikanku meresap lewat pori-pori. Dalam sepuluh detik, saraf motorikmu akan mati rasa. Kau akan sadar, tapi tidak bisa menggerakkan satu jari pun. Saat itulah... aku akan mulai membedahmu."

Satu.

Dua.

Tiga.

Ling Tian merasakan aliran panas menjalar di bawah kulitnya. Racun itu mencoba memblokir meridiannya. Tapi...

DUM!

Jantung Kunpeng-nya berdetak keras. Darah emasnya mengamuk, menyerbu zat asing itu, kemudian membakarnya, dan memecahnya menjadi sebuah energi netral. Bukannya lumpuh, Ling Tian justru merasa... hangat.

Sepuluh detik telah berlalu.

Ling Tian merenggangkan lehernya. Krek.

"Parfummu terlalu murahan," komentar Ling Tian datar. "Lain kali pakai yang aroma jeruk nipis. Pasti lebih segar."

Mata Liu Yan membelalak. Senyum nakal diwajahnya lenyap total. "Kau... mustahil..."

"Sekarang giliranku," kata Ling Tian.

BUM!

Ling Tian menjejak tanah. Tubuhnya melesat maju bagaikan peluru meriam. Batang besi hitam di tangannya terayun horizontal, mengincar pinggang Liu Yan.

Liu Yan tersentak dari keterkejutannya. Insting tempurnya mengambil alih. Dia melompat mundur dengan kelincahan seekor kucing, menghindari ayunan besi itu hanya dengan selisih satu inci.

Wuuung! Angin ayunan besi itu menyibakkan rambutnya.

"Kau kasar sekali!" desis Liu Yan. Dia menarik cambuk ungunya.

CTAR!

Cambuk itu melesat seperti lidah ular, ujungnya yang dilapisi pisau kecil mengincar kedua mata Ling Tian.

Ling Tian segera menangkis dengan batang besinya.

Tring!

Besi bertemu dengan logam. Tercipta percikan bunga api. Tapi cambuk itu fleksibel. Ujungnya membelit batang besi Ling Tian, mencoba mengunci senjatanya.

"Dapat!" seru Liu Yan. Dia menarik cambuknya dengan sentakan Qi, berniat melucuti senjata Ling Tian.

Ini adalah teknik andalannya. Lawan yang kehilangan senjata biasanya akan panik.

Tapi Ling Tian tidak panik. Dan dia tidak melepaskan senjatanya. "Kau mau besiku? Ambil!"

Ling Tian justru mengikuti tarikan itu. Dia menggunakan momentum tarikan Liu Yan untuk meluncur lebih cepat ke arah wanita itu.

Wajah Liu Yan pucat. 'Dia gila?!'

Jarak mereka menipis drastis menjadi dua meter.

"Mati kau!" Liu Yan melepaskan tangan kirinya, tiga jarum perak beracun terselip di sela jarinya, siap ditusukkan ke tenggorokan Ling Tian.

Ling Tian melihat jarum itu. Tiba-tiba waktu menjadi melambat.

Energi di dalam tubuhnya, sisa dari makanan di kantin tadi pagi, dia alirkan seluruhnya ke telapak kakinya. Teknik yang baru dia beli beberapa jam lalu...

[Ghost Flicker Step!]

BOOM!

Suara ledakan kecil terdengar di bawah kaki Ling Tian. Tanah pijakannya retak.

Sosok Ling Tian yang sedang meluncur lurus ke depan tiba-tiba pecah. Dia menghilang, menyisakan bayangan kabur yang ditembus oleh jarum Liu Yan.

"Apa?!" Liu Yan menusuk angin kosong. Sensasi dingin merambat di punggungnya. Bukan di depan juga bukan di belakang.

Melainkan di sisi kanannya. Tepat di titik butanya.

Ling Tian muncul di sana, wajahnya pucat dan keringat dingin mengucur deras karena teknik itu membakar staminanya secara gila-gilaan. Tapi matanya berkilat penuh kemenangan.

Dia tidak menggunakan batang besinya untuk memukul. Jaraknya terlalu dekat melainkan dia menggunakan bahunya.

'BOLDER SMASH!'

Ling Tian menabrakkan bahu kanannya, bahu yang tulangnya baru saja sembuh dan lebih keras dari baja melesat tepat ke rusuk Liu Yan.

BUK!

"Ughhh!" Suara udara yang dipaksa keluar dari paru-paru terdengar menyakitkan. Liu Yan terpental, tubuh ringannya melayang tiga meter sebelum menghantam batang pohon yang telah mati dengan keras.

Brak!

Dia jatuh merosot ke tanah, terbatuk-batuk memegangi dadanya. Cambuknya terlepas dari genggamannya.

Sebelum dia sempat mengatur napas, sebuah benda dingin dan berat menempel di lehernya yang jenjang. Itu adalah ujung batang besi hitam milik Ling Tian.

"Gerakanmu bagus," kata Ling Tian, napasnya memburu. Kakinya gemetar hebat akibat efek samping Langkah Hantu. "Tapi kau terlalu percaya diri pada mainan racunmu."

Liu Yan mendongak. Sudut bibirnya berdarah. Tatapannya pada Ling Tian bukan lagi tatapan meremehkan, tapi campuran antara rasa sakit, takut, dan... kekaguman aneh.

Di dunia kultivasi yang kejam, kekuatan adalah satu-satunya mata uang. Dan pria di depannya ini baru saja membuktikan kekayaan dan kelayakannya.

"Kau... benar-benar monster," desis Liu Yan dengan suara parau. "Siapa kau sebenarnya? Tidak mungkin kau cuma pelayan desa."

"Aku adalah mimpi buruk Li Wei," jawab Ling Tian dingin. Dia menekan besi itu sedikit, menggores kulit leher Liu Yan hingga berdarah setetes.

"Dengar, Nona. Aku bisa meremukkan leher cantikmu ini sekarang juga. Dan tidak ada yang akan mencarimu di lembah sampah ini."

Mata Liu Yan bergetar. Dia tahu Ling Tian serius. Dia merasakan niat membunuh yang murni, bukan hanya gertakan semata.

"Tapi..." Ling Tian menarik senjatanya sedikit. "Aku sedang butuh kurir."

"Kurir?"

"Kembalilah pada Diaken Zhao. Katakan padanya bahwa usaha pembunuhanmu gagal total." Ling Tian membungkuk sedikit, wajahnya mendekat ke wajah Liu Yan, membuat wanita itu menahan napas.

"Katakan padanya, kalau dia mengirim orang lagi, pastikan orang itu membawa peti matinya sendiri. Karena aku tidak punya waktu untuk menggali kuburannya."

Liu Yan menatap mata hitam pekat itu. Dia mengangguk pelan, dengan wajah yang kaku.

Ling Tian mengangkat senjatanya, mundur selangkah, memberinya ruang. "Pergilah. Sebelum aku berubah pikiran."

Liu Yan memegangi rusuknya yang memar. Dia bangkit berdiri dengan susah payah, mengambil cambuknya. Dia menatap Ling Tian sekali lagi, sebuah tatapan yang rumit.

"Kau melepaskanku... kau akan menyesal," katanya pelan.

"Mungkin," Ling Tian mengangkat bahu. "Atau mungkin kau yang akan menyesal kalau berani datang lagi."

Liu Yan mendengus, lalu tersenyum tipis. Senyum yang sedikit lebih tulus dari sebelumnya.

"Namaku Liu Yan. Dan ingat ini, Ling Tian... Diaken Zhao bukan satu-satunya ancamanmu. Turnamen seleksi bulan depan... akan ada banyak 'kecelakaan'. Jaga punggungmu."

Wush.

Wanita itu melompat mundur, menyatu dengan kabut, menghilang secepat dia datang. Meninggalkan aroma melati yang perlahan pudar ditelan bau karat besi.

Ling Tian berdiri diam sampai dia yakin wanita itu benar-benar pergi. Barulah kemudian, dia menjatuhkan batang besinya dan jatuh terduduk.

"Sial..."

Kakinya lemas total. Meridian di betisnya terasa seperti terbakar api. Ghost Flicker Step benar-benar teknik bunuh diri jika dipakai tubuh yang belum siap untuk melakukannya.

"Kau melepaskan saksi mata," komentar Tuan Kun, muncul di hadapannya.

"Dia bukan saksi mata, dia hanya pesan berjalan," bantah Ling Tian sambil memijat kakinya. "Lagipula, dia pengguna racun. Punya orang dalam di dunia bawah sekte itu berguna. Siapa tahu nanti aku butuh racun darinya."

"Dan..." Ling Tian menyeringai lemah. "Wajahnya lumayan cantik. Sayang kalau dibunuh."

"Dasar laki-laki," cibir Tuan Kun.

Ling Tian berbaring telentang di tanah lumpur, menatap bulan yang samar di balik kabut.

Dia menang dan dia berhasil mengalahkan pembunuh bayaran tingkat Qi Condensation dengan tubuh pelayan. Teknik barunya bekerja. Tubuhnya juga bekerja. Tapi jalan di depan masih panjang.

"Besok..." gumam Ling Tian sebelum matanya memberat. "Besok kita akan cari senjata sungguhan, Tuan Kun. Besi rongsokan ini sudah mulai retak."

Di sampingnya, batang besi hitam itu memang memiliki retakan halus di bagian tengahnya, bukti bahwa telah terjadi benturan keras dengan batu dan cambuk tadi. Senjata itu telah melayani tujuannya, tapi Ling Tian butuh yang lebih baik untuk bertahan hidup di panggung yang lebih besar.

1
Sutono jijien 1976 Sugeng
👍👍👍👍
Sutono jijien 1976 Sugeng
siapa predator puncak 😁😁😁
Sutono jijien 1976 Sugeng
si fang yu hanya jadi badut ,yg Tak tahu apa apa 🤣🤭
Anonymous
Ga kerasa cepet banget udh abis aja 😭
Anonymous
Whooa, apakah sekte matahari hitam itu keroco yang ditinggalkan seberkas kehadiran void Sovereign pada bab prolog?
Renaldi Alvarizi: Hehe mohon dinantikan kelanjutan ceritanya ya
total 1 replies
Anonymous
Alur ceritanya makin kesini makin meningkat, tetap pertahankan
Renaldi Alvarizi: Terimakasih kawan Kunpeng 😁
total 1 replies
Anonymous
up thor
Anonymous
Hahaha Ling Tian punya budak pertamanya
Anonymous
Haha akhirnya badut yang sebenarnya 'Li Wei' mokad juga
Anonymous
Ceritanya bagus, besan dengan yang lain seperti titisan naga, phoenix dsb. Semoga tetap konsisten updatenya.
Joe Maggot Curvanord
kenapa xinxin penyimpanan ataw barang berharga musuh tidak di ambil
Renaldi Alvarizi: Hehe sudah kok kak yang akan digunakan untuk keperluan di bab mendatang namun saya memang lupa memasukkan atau menjelaskannya didalam cerita. Terimakasih atas sarannya.
total 1 replies
Sutono jijien 1976 Sugeng
semoga semakin berkembang ,dan bukan di alam fana ,naik ke alam atas
Renaldi Alvarizi: Hehe tunggu saja kelanjutannya bersama dengan Ling Tian dan Tuan Kun ya kak hehe
total 1 replies
Sutono jijien 1976 Sugeng
belagu si fang yu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!