NovelToon NovelToon
Basmara

Basmara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa
Popularitas:124
Nilai: 5
Nama Author: keisar

Basmara, dalam bahasa sansekerta yang berarti cinta dan tertarik. Seperti Irma Nurairini di mata Gervasius Andara Germanota, sebagai siswa anak kelas 11 yang terkenal Playboy menjadi sebuah keajaiban dimana ia bisa tertarik dan penuh kecintaan.

Namun apalah daya, untuk pertama kalinya Andra kalah dalam mendapatkan hati seseorang, Irma sudah ada kekasih, Andrew, seorang ketua OSIS yang terkenal sempurna, pintar, kaya, dan berbakat dalam non akademi.

Saat terpuruk, Andra mendapat fakta, bahwa Irma menjalani hubungan itu tanpa kemauannya sendiri. Andra bangkit dan memerjuangkan Irma agar sang kakak kelas dapat bahagia kembali.

Apakah Andra berhasil memerjuangkan Irma atau malah perjuangan ini sia-sia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keisar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 7: Sidang

Musik jaz terputar, bersamaan dengan seorang lelaki yang menjalankan mobilnya. Ialah Andra, ia melihat jam ponselnya yang menunjukkan pukul 06.00

"Masih sempet," gumamnya, ia mulai bernyanyi, lumayan, untuk mengusir rasa kantuk.

Sebenarnya, Andra mau kemana sih? Itu akan terjawab sebentar lagi. Setelah 15 menit perjalanan, disebuah rumah tradisional namun terlihat megah. Itu adalah rumah Irma.

Ngapain Andra kesini? Semalam, Irma memintanya untuk mengantarnya ke sekolah. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, ia akhirnya rela tidur lebih awal dan bangun pagi-pagi, siapa tau bisa deket sama calon mertua, iya nggak?

Andra mematikan mesin dan keluar dari mobil. "Pagi Dra," sapa mang panjul yang sudah berjaga di pos nya.

Andra tersenyum. "Pagi juga mang."

"Ngapain kamu kesini Dra?" tanya mang Panjul.

"Aku mau nganter kak Irma ke sekolah mang," jawab Andra.

"Cie, kemarin nganter pulang, sekarang anter ke sekolah," goda Mang panjul. "sepertinya perjuanganmu selama setahun itu tidak sia-sia, Dra."

"Iya mang, gak sia-sia saya tiap kesini curhat sama mang panjul," ucap Andra.

Mang panjul membuka pagar lebar-lebar. "Yasudah, kamu masuk saja dulu, non Irma belum bangun kayaknya."

Andra masuk ke dalam mobilnya, dan memarkirkan mobilnya di halaman rumah Irma.

"Permisi," ucap Andra karena pintu rumah terbuka lebar.

"Iya!" sahut seorang wanita dari dalam, tak lama muncullah dia, ia tampak kaget. "Eh kasep, kamu kesini nyari siapa?"

Andra menyalimi wanita itu. "Saya kesini mau nganter kak Irma ke sekolah tante."

Senyuman mengembang di wajah wanita itu."Yaudah ayo masuk, copot sepatu dulu ya."

Setelah melepas sepatu, Andra langsung masuk mengikuti Anggit yang sudah masuk lebih dulu. "Duduk dulu ya, tante bangunin Irma dulu ya," ujarnya sebelum akhirnya naik ke lantai 2, mungkin disana letak kamar tidur para penghuni rumah ini.

Andra diam sembari menggaruk celana abu-abunya, awalnya sih ia mau lihat-lihat medsos di ponselnya, tapi ia baru ingat kalau beberapa waktu lalu...

Andra terperanjat kaget, melihat notifikasi 'paket internet anda tersisa 100md' ia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Bangke! Baru mau liat Jakarta keras," Andra mematikan internet selulernya. "Matiin aja dah, entar kalo ada apa-apa, bisa langsung chat mama."

Kira-kira itulah yang terjadi saat dalam perjalanan ke rumah Irma tadi. Untunglah dia tidak menuruti kemauannya dan tetap fokus menyetir,karena mungkin sekarang dia lagi ditanya-tanya oleh malaikat.

"Hai dra," Andra mendongak terlihat Irma, kakak kelasnya itu tampak lesuh dan wajahnya masih penuh rasa kantuk, mungkin sembilan puluh persen jiwa kak Irma masih dialam mimpi, itulah isi pikiran Andra.

Andra melambaikan tangannya pelan sembari tersenyum. "Hai kak."

Belum sempat berucap lagi, Irma tiba-tiba langsung duduk di sampingnya, dan tak ragu-ragu, gadis itu langsung menaruh kepalanya di pundak Andra, mungkin kalau gadis lain akan terlihat jelek, tapi percayalah, Irma tetap terlihat cantik nan imut walaupun dalam keadaan seperdua bangun.

Samar Andra mendengar suara helaan napas lelah, ia mengalihkan pandangannya, Anggit, wanita paruh baya dengan kacamata bulat itu geleng-geleng kepala. "Irma, Irma, kamu ini, bener-bener kebo!"

Baru saja Anggit ingin mendekat tapi dicegah oleh Andra. "Biarin aja kak Irma sama aku, tante," ujarnya lembut.

Anggit terdiam, dengan wajah... sulit diartikan. "Irma, akhirnya kamu menemukan pilihan yang tepat," lirihnya sebelum berjalan meninggalkan mereka berdua.

Andra mengalihkan pandangannya pada Irma, perlahan tangannya bergerak, menggenggam tangan kanan Andra dengan kedua tangannya.

Dengan perlahan, Andra merapikan beberapa helai rambut irma yang menutupi wajahnya. "Kak, bangun, masa kak Irma yang terkenal rajin dan disiplin malah males-malesan kayak gini."

Irma hanya merespon dengan deheman kesal, namun wajahnya terlihat kembali tenang, Andra terkekeh pelan melihat itu. "Ternyata, kak Irma yang aku kenal dingin dan mandiri, bisa jadi manja dan keras kepala," jemarinya menyentuh pelan pipi mulus.

"Diem Dra," lirih Irma, matanya masih tertutup rapat, enggan dibuka.

"Bangun kak, atau aku gelitikin kakak sampai bangun," ancam Andra.

Mata irma terbuka sedikit, namun kembali tertutup, kepalanya menggeleng. "Silahkan, toh aku nggak gelian."

Andra terkekeh. "Masa? Kak Eca loh yang bilang kalo kakak gampang gelian, paha disikut dikit langsung mau ketawa."

"Ng—" belum sempat Irma menyelesaikan ucapannya, Andra sudah menggelitikan tubuh Irma, membuat gadis itu tertawa, ia pun tak bisa melarikan diri karena satu tangan andra menahannya.

"Udah pacarannya?" ucap seseorang yang terdengar asing di telinga Andra, seorang pria paruh baya dengan kaus polos.

"Papa," lirih Irma, membuat Andra memelotot kan matanya, dengan cepat ia menjauh dari Irma. Sial, kenapa first impression nya dengan papa Irma begini?

Huang tatapan tajam menusuk dari dalam kacamata persegi panjangnya, ia duduk di sofa seberang Andra dan Irma berada. "Kenapa? Tadi kayaknya seneng banget gelitikin anak saya."

Andra mengulum bibirnya, menata kata-kata dengan benar. "A... anu om," sial! Kenapa ini tidak sesuai ekspektasinya.

"Dia kayak gitu karena irma terlalu kebo, pa," senyuman Andra mengembang, akhirnya datang sang penyelamat! Anggit datang dengan nampan berisi dua piring nasi goreng beserta secangkir kopi.

Irma mengerucutkan mulut. "Bukan aku yang kebo! Tapi tangan Andra aja yang nakal!"

Anggit menaruh menaruh nasi goreng dan kopi itu keatas meja, Huang langsung mengambil cangkir itu dan menyeruputnya. "Tapikan kamu emang kebo, tadi sebelum dia gelitikin kamu, kamu masih nutup mata, papa liat dari ruang tv."

Huang menepuk dengkul Andra. "Diem mulu, kenapa?"

Anggit duduk disamping Huang, ia menyuruput kopi sembari melirik kesal ke Huang. "Aura kamu terlalu galak, liat tuh, dia sampai gelagapan."

Huang tertawa melihat Andra yang hanya bisa menggaruk belakang kepalanya. "Maaf maaf, seperti yang kamu pikir, saya papanya Irma, boleh saya tahu namamu?"

"Buset kayak lamar anak raja aja," ucap Andra dalam hati.

Andra meneguk ludahnya kesusahaan. "Saya gervasius Andara Germanota, om bisa panggil Andra."

"Sering ke gereja?"

"Mampus! Mana selama sebulan, antara gua ke mesjid sama gereja, lebih banyak ke mesjid," batin Andra.

"Apaan sih pa!" Andra mengalihkan pandangannya, wajah irma tampak kesal. "Baru tau nama langsung nanya ketaatan."

"Gak apa-apa kak," ucap Andra dengan tenang. "Puji Tuhan, sebulan tiga kali."

Andra hanya bisa senyum canggung, lalu ia membatin. "Maaf ya Tuhan, boong dikit gak apa-apa kali."

"Wow itu udah lumayan banget sih, untuk anak muda seperti kamu," puji Anggit. "Ada loh, orang tua tapi malas-malasan, nggak nyadar umur," Anggit melirik Huang.

Huang berdecak kesal. "Iya iya, saya memang jarang ke gereja, puas kamu?"

"Loh?" wajah anggit terlihat kaget yang meledek. "Emang aku nyebut kamu? Gak apa-apa sih, sadar diri."

Anggit menggeser dua piring nasi goreng ke Irma dan Andra. "Ayo makan dulu, nanti keburu dingin nasgor nya."

Irma tanpa ragu langsung mengambilnya, berbeda dengan Andra yang tampak ragu-ragu, walaupun akhirnya diambil juga. Sembari menghabiskan makanan, merekapun cerita-cerita, setelah habis, Irma langsung mandi lalu memakai seragamnya, lalu Andra dan Irma berangkat bersama.

..........

5 jam sebelumnya

Kini disebuah ruang apartemen, seorang pria duduk disebuah kursi bergaya bos, didepannya terdapat banyak sekali layar menampilkan setiap sudut sebuah rumah.

Tangannya yang besar seperti mengotak-atik sesuatu, ditemani dengan suara dengkuran pelan seorang gadis. Pria itu tersenyum, entah ada apa di pikirannya.

"Akhirnya selesai," ia mengangkat dan menatap boneka beruang coklat yang cukup besar itu. "Dengan ini, saya tidak lagi mendengar dengkuran kamu saja, tapi wajah manismu, sayang."

To be continue

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!