NovelToon NovelToon
JERAT SUTRA BERDURI

JERAT SUTRA BERDURI

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Pernikahan Kilat / Dijodohkan Orang Tua / Mafia
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu Arsila

Aruna yang sedang menikmati masa kuliahnya yang santai tiba-tiba dipaksa pulang ke rumah untuk sebuah "makan malam darurat". Ia mendapati keluarganya di ambang kehancuran finansial. Ayahnya terjerat hutang pada keluarga Gavriel, sebuah klan penguasa bisnis yang kejam. Aruna "dijual" sebagai jaminan dalam bentuk pernikahan politik dengan Damian Gavriel, pria dingin yang mempesona namun manipulatif

bagaimana cara aruna mengahadapi takdirnya?..... yuk, baca selengkapnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Arsila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Luka, P3K, dan Gengsi Setinggi Langit

​Mansion Gavriel yang biasanya terasa seperti istana es, malam itu berubah menjadi sedikit lebih hangat meski kehangatan itu berasal dari omelan Aruna yang tidak ada hentinya.

​Damian duduk di tepi tempat tidur besarnya, kemeja hitamnya sudah ditanggalkan, menyisakan perban sementara yang mulai memerah di bahu kirinya. Ia hanya diam, menatap Aruna yang sedang sibuk membongkar kotak P3K dengan suara gaduh.

​"Mas Damian ini benar-benar ya! Tadi itu sok jagoan sekali. Memangnya Mas pikir Mas itu tokoh utama di film John Wick? Dia itu punya anjing yang memotivasinya, lah Mas cuma punya saya yang kerjanya cuma bikin Mas pusing!" Aruna mendekat dengan sebotol alkohol dan kapas di tangannya.

​"Aruna, bisakah kamu diam dan obati saja lukaku? Suaramu lebih sakit daripada peluru itu," gerutu Damian, meskipun ia tidak sedikit pun berusaha menjauh saat Aruna mulai menyentuh bahunya dengan lembut.

​"Ini namanya terapi suara, Mas! Biar saraf-saraf Mas tidak tegang," balas Aruna. Ia mulai membersihkan luka tembak yang untungnya hanya menyerempet itu. Saat kapas beralkohol menyentuh kulitnya, Damian mendesis pelan, rahangnya mengeras.

​"Aduh, aduh! Maaf! Tahan sedikit ya, Mas. Anggap saja ini rasanya seperti digigit semut... semutnya tapi punya gelar profesor dan bawa tang," Aruna mencoba melucu untuk menutupi tangannya yang sebenarnya gemetar hebat.

​Melihat tangan Aruna yang tidak stabil, Damian meraih pergelangan tangan gadis itu. Ia menarik Aruna agar berdiri lebih dekat di antara kedua kakinya. Aruna terkesiap, napasnya tertahan. Jarak mereka kini begitu dekat hingga Aruna bisa mencium bau antiseptik yang bercampur dengan aroma tubuh Damian yang maskulin.

​"Kenapa tanganmu gemetar?" tanya Damian dengan suara rendah yang menggetarkan dada Aruna. "Tadi di gudang kamu terlihat sangat berani melawan Marco."

​"Tadi itu... tadi itu refleks pertahanan diri karena saya belum mau mati sebelum mencoba martabak manis rasa durian yang viral di TikTok," Aruna mencoba mengelak, namun matanya tidak bisa berbohong. Ia menatap mata Damian yang kini tidak lagi sedingin biasanya. "Saya... saya takut sekali tadi, Mas. Bukan cuma takut mati, tapi takut kalau Mas... kalau Mas tidak bangun lagi setelah tertembak."

​Damian menatap Aruna lama. Keheningan menyelimuti kamar itu. Damian perlahan melepaskan pergelangan tangan Aruna, lalu tangannya beralih mengusap pipi Aruna yang masih ada bekas debu gudang.

​"Kenapa kamu peduli? Bukankah aku pria jahat yang menjebak keluargamu?"

​Pertanyaan itu membuat Aruna terdiam. Ia teringat kembali pada map merah di brankas itu. Rasa sakit hati itu masih ada, namun melihat Damian yang mempertaruhkan nyawa demi menjemputnya, ada sesuatu yang retak di dalam dinding pertahanan Aruna.

​"Iya, Mas memang jahat. Mas manipulatif, sombong, dan egois," Aruna menghela napas, matanya mulai berkaca-kaca lagi. "Tapi saya lebih benci lagi karena saya tidak bisa membiarkan Mas terluka. Mas sudah menyelamatkan saya, dan itu membuat skor kita jadi satu sama. Mas menghancurkan hidup saya, tapi Mas juga yang menjaganya."

​Damian menarik napas panjang, kepalanya menyandar pada perut Aruna seolah ia baru saja melepaskan semua beban dunia di pundaknya. "Aku melakukannya bukan karena kesepakatan bisnis, Aruna. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku melakukan sesuatu tanpa rencana. Saat melihatmu ditodong pistol... aku hanya ingin membakar seluruh dunia agar kamu kembali padaku."

​Aruna tertegun. Pengakuan itu terasa lebih tajam daripada duri manapun. Ia membelai rambut Damian dengan ragu-ragu. "Mas... ini bagian dari manipulasi Mas lagi, ya? Supaya saya tidak kabur lagi?"

​Damian mendongak, menatap Aruna dengan tatapan yang sangat jujur, sebuah sisi yang belum pernah ia tunjukkan pada siapapun.

"Mungkin. Tapi kali ini, aku juga terjebak dalam jeratku sendiri. Aku tidak bisa membiarkanmu pergi, bukan karena aku ingin menguasaimu, tapi karena tanpamu... rumah ini kembali menjadi museum yang mati."

​Aruna terdiam sejenak, lalu ia memaksakan sebuah senyum tipis—senyum konyolnya yang mulai kembali. "Wah, Mas Damian kalau bicara puitis begini, saya jadi curiga Mas habis baca novel roman di perpustakaan diam-diam ya?"

​Damian terkekeh pelan, sebuah tawa yang tulus. "Selesaikan perban ini, Aruna. Dan jangan berani-berani menggambari perbanku dengan wajah tersenyum."

​"Yah, padahal baru saja saya mau ambil spidol!"

​Malam itu, di tengah luka dan rahasia besar yang masih menyelimuti mereka, ada sebuah benang merah yang mulai terajut. Aruna tahu hidupnya masih terjerat, namun entah mengapa, duri-duri itu mulai terasa tumpul saat Damian berada di dekatnya.

"Sudah selesai!" seru Aruna sambil menepuk pelan bahu Damian yang kini sudah terbalut perban dengan rapi. Namun, seperti yang sudah diduga, Aruna tetaplah Aruna. Di sudut perban putih bersih itu, terdapat gambar kecil seekor bebek memakai kacamata hitam yang dibuatnya menggunakan pulpen tinta gel milik Damian.

​Damian melirik bahunya, lalu memejamkan mata sambil mengembuskan napas panjang. "Bebas, Aruna. Aku memintamu membalut luka, bukan membuat tato temporer bertema unggas di tubuhku."

​"Itu bebek penjaga, Mas! Dia akan memantau agar lukanya cepat kering," Aruna membereskan kotak P3K dengan gerakan berisik. Ia berusaha menutupi kecanggungannya setelah momen emosional tadi. "Lagipula, Mas harus bersyukur. Biasanya saya kalau mengobati kucing tetangga, perbannya saya kasih pita merah muda."

​Damian hanya bisa menggelengkan kepala. Ia berdiri, lalu berjalan menuju jendela besar kamarnya. Tubuhnya yang atletis dan tegap tampak kontras dengan suasana kamar yang remang-remang. "Pergilah istirahat. Besok adalah hari yang panjang. Aku harus membereskan sisa-sisa kekacauan Marco agar mereka tidak pernah menyentuhmu lagi."

​Aruna berhenti di ambang pintu. Ia menatap punggung Damian yang terlihat kesepian meskipun sangat berkuasa. "Mas Damian... apa Mas pernah merasa capek jadi orang jahat?"

​Pertanyaan itu membuat Damian tertegun. Ia tidak berbalik, namun suaranya terdengar lebih rendah dari biasanya. "Dunia tempatku tumbuh tidak mengenal kata lelah, Aruna. Hanya ada kata 'bertahan' atau 'dihancurkan'. Menjadi jahat adalah satu-satunya cara agar aku tidak menjadi korban."

​"Tapi Mas bukan lagi korban sekarang,"

Aruna melangkah sedikit mendekat. "Mas punya segalanya. Mas punya gedung, punya mobil yang bisa nabrak pintu gudang tanpa penyok, dan Mas punya... yah, Mas punya saya yang bisa bikin martabak kapan saja. Kenapa harus terus memakai duri? Mas tidak capek menusuk orang lain dan menusuk diri sendiri?"

​Damian berbalik, menatap Aruna dengan intensitas yang membuat gadis itu merasa seolah seluruh rahasia di dalam kepalanya sedang dibaca. "Duri-duri ini adalah satu-satunya hal yang membuat orang tetap menjaga jarak dariku. Jika aku melepaskannya, mereka akan melihat betapa rapuhnya apa yang ada di dalamnya."

​Aruna terdiam sejenak, lalu ia tersenyum bukan senyum konyol, tapi senyum tulus yang sangat menenangkan. "Kalau Mas melepaskannya, orang memang akan mendekat. Tapi mungkin... mungkin itu cara supaya Mas tidak sendirian lagi. Mas tidak perlu menusuk saya, Mas tahu kan? Saya ini elastis seperti kerupuk seblak, disakiti sedikit juga bakal kenyal lagi."

​Damian tertawa pelan, kali ini tawanya terdengar lebih ringan. "Kerupuk seblak? Benar-benar perumpamaan yang sangat romantis, Aruna Maheswari."

​"Sama-sama, Mas Damian Gavriel. Anggap saja itu nasihat gratis dari tawanan Mas yang paling cantik ini," Aruna melambaikan tangan lalu menutup pintu kamar Damian.

​Saat ia berjalan di koridor menuju kamarnya sendiri, Aruna memegangi dadanya. Jantungnya masih berdegup kencang. Ia tahu, di balik kemewahan ini, ada rahasia besar tentang ayahnya yang masih menjadi api dalam sekam. Ia tahu bahwa Damian adalah pria yang menghancurkan keluarganya, namun ia juga tahu bahwa pria itu adalah satu-satunya yang berdiri di depannya saat peluru melesat.

​"Ya Tuhan," bisik Aruna sambil menyandarkan kepalanya di pintu kamarnya. "Kenapa hidupku yang tadinya cuma seputar diskon belanja dan tugas kuliah, sekarang jadi serumit mi instan yang lupa dikasih air begini?"

​Aruna mematikan lampu kamarnya, namun pikirannya tetap terjaga. Ia menatap langit-langit, membayangkan masa depannya. Jerat sutra ini memang masih ada, melilitnya dengan kuat, namun untuk pertama kalinya, ia tidak merasa tercekik. Ia justru merasa... terlindungi oleh duri yang selama ini ia takuti.

​Sementara itu, di kamar sebelah, Damian masih menatap gambar bebek kecil di perbannya. Ia menyentuh gambar itu dengan ujung jarinya, dan untuk pertama kalinya dalam bertahun-tahun, sang predator tidur dengan sebuah senyum yang tidak memiliki maksud jahat sedikit pun.

1
shabiru Al
aruna jeli juga yah...
shabiru Al
waduh,, bakalan jadi korban barunya aruna nih si raka
shabiru Al
ini gimana sih thor aruna bilangnya saya saya terus sementara damian bilangnya aku
shabiru Al
buset aruna masih sempet kepikiran mesen makanan onlen cod lagi 🤭
shabiru Al
tdkah aruna ingin belajar menjadi lebih cerdik,, tdk mungkin jika harus bergantung terus sama damian kan.. tak selamanya damian akan ada d sisi aruna
shabiru Al
sudah mulai falinginlop kah.... 🤭
shabiru Al
aruna yang out of the box😄
shabiru Al
nah kan bener damian mengerikan,, dia bisa merancang sekenario dengan sangat rapih
shabiru Al
kok damian sedikit mengerikan ya...
shabiru Al
aruna ya gokil abis,, berbanding terbalik dengan damian
shabiru Al
mampir ya thor....
Ayu Arsila: silahkannn🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!