NovelToon NovelToon
The Last Encore: Star Blood Universe

The Last Encore: Star Blood Universe

Status: sedang berlangsung
Genre:Vampir / Teen / Fantasi / Romansa Fantasi
Popularitas:204
Nilai: 5
Nama Author: Kde_Noirsz

"Di bawah lampu panggung, mereka adalah bintang. Di bawah cahaya bulan, mereka adalah pemburu."

Seoul, 2025. Industri K-Pop telah berubah menjadi lebih dari sekadar hiburan. Di balik gemerlap konser megah yang memenuhi stadion, sebuah dimensi kegelapan bernama The Void mulai merayap keluar, mengincar energi dari jutaan mimpi manusia.

Wonyoung (IVE), yang dikenal dunia sebagai Nation’s It-Girl, menyimpan beban berat di pundaknya. Sebagai pewaris klan Star Enchanter, setiap senyum dan gerakannya di atas panggung adalah segel sihir untuk melindungi penggemarnya. Namun, kekuatan cahayanya mulai tidak stabil sejak ancaman The Void menguat.

Di sisi lain, Sunghoon (ENHYPEN), sang Ice Prince yang dingin dan perfeksionis, bergerak dalam senyap sebagai Shadow Vanguard. Bersama timnya, ia membasmi monster dari balik bayangan panggung, memastikan tidak ada satu pun nyawa yang hilang saat musik berkumandang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kde_Noirsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31 : The Fog of London

Pesawat jet pribadi yang membawa rombongan IVE dan ENHYPEN mendarat di Bandara Heathrow saat kabut tebal berwarna kelabu menyelimuti London. Suasana bandara terasa berbeda dari biasanya; ada keheningan yang menyesakkan, seolah-olah suara mesin pesawat pun diredam oleh sesuatu yang tak terlihat di udara.

Wonyoung melangkah turun dari tangga pesawat, segera merapatkan mantel wol panjangnya. Ia menatap piringan Silver Vinyl di tangannya. Benda itu kini berdenyut pelan dengan cahaya biru pucat, bereaksi terhadap atmosfer London yang lembap.

"Kau merasakannya?" tanya Sunghoon yang berjalan di sampingnya. Ia mengenakan kacamata hitam, namun Wonyoung tahu mata pria itu sedang memindai setiap sudut terminal VIP dengan waspada.

"Dinginnya tidak wajar," bisik Wonyoung. "Ini bukan sekadar cuaca Inggris. Ada frekuensi Void yang tercampur dalam kabut ini."

Han dan Jake menyusul di belakang mereka, membawa koper-koper berisi peralatan taktis yang disamarkan sebagai instrumen musik. Yujin sedang mengoordinasikan para member lainnya Leeseo, Ni-ki, Gaeul, Jay, Heeseung, dan Sunoo agar tetap dalam formasi rapat.

"London adalah titik pertama di peta hologram kita," ucap Jake sambil menatap tabletnya yang mulai menangkap anomali. "Menurut sejarah klan Bumi, di bawah kota ini terdapat The Great Conduit saluran kuno yang menghubungkan energi dari seluruh Eropa. Jika Sang Penguasa ingin memanen jiwa, dia pasti akan memulainya dari sini."

Saat mereka memasuki lobi hotel di pusat London, seorang pria misterius dengan setelan jas tweed tua dan payung hitam berdiri menunggu mereka. Ia tidak tampak seperti staf hotel atau agen keamanan.

"Selamat datang, para pengembara dari Timur," ucap pria itu dengan aksen British yang kental. "Saya adalah Arthur, penjaga perpustakaan bawah tanah London. Kami sudah menunggu kembalinya para Hunter, meskipun saya terkejut melihat kalian datang dalam wujud... yang begitu rapuh."

Wonyoung menatap Arthur dengan tajam. "Kami mungkin manusia sekarang, tapi kami membawa melodi perak. Di mana Sang Penguasa bersembunyi?"

Arthur tersenyum tipis, menunjuk ke arah jendela yang memperlihatkan gedung O2 Arena di kejauhan, tempat konser mereka akan diadakan besok malam. "Dia tidak bersembunyi. Dia sedang menunggu konser kalian untuk membuka gerbang yang sudah terkunci selama seribu tahun."

Malam harinya, di bawah perlindungan kabut yang semakin pekat, tim Hunter melakukan inspeksi ke O2 Arena. Stadion raksasa itu tampak megah, namun bagi indra manusia mereka yang kini lebih sensitif, gedung itu terlihat seperti perangkap raksasa.

Jay dan Gaeul bertugas memeriksa instalasi kabel di bawah panggung, sementara Wonyoung, Sunghoon, dan Jake mengikuti Arthur menuju ruang bawah tanah rahasia di bawah stadion.

"Lihat ini," Arthur menunjukkan sebuah altar batu yang tertanam di fondasi gedung. "Stadion ini dibangun tepat di atas titik pertemuan energi. Setiap sorakan penonton besok malam akan dialirkan ke altar ini untuk membangkitkan The Archivist of Souls."

Wonyoung menyentuh permukaan altar tersebut. Seketika, ia melihat kilasan bayangan: ribuan penonton yang membeku, jiwa mereka ditarik keluar seperti benang cahaya menuju sosok raksasa di atas langit London.

"Kita harus memutus jalurnya," ucap Jake. "Aku bisa memasang alat pengacau frekuensi pada sistem suara stadion, tapi kita butuh pengalih perhatian. Sang Penguasa pasti sudah mengirim anak buahnya untuk menjaga tempat ini."

Tiba-tiba, suara langkah kaki berat terdengar dari lorong gelap di belakang mereka. Sesosok makhluk muncul The Shadow Guard. Berbeda dengan monster asap yang biasa mereka lawan, penjaga ini memiliki wujud fisik seperti manusia, namun kulit mereka terbuat dari tembaga berkarat dan mata mereka bersinar merah.

"Kalian tidak akan mengotori ritual ini," suara mereka bergema seperti suara pipa logam yang beradu.

Sunghoon menghunuskan belati karbonnya. "Jake, lanjutkan pemasangan alatnya! Wonyoung, bersamaku!"

Pertempuran pecah di ruang bawah tanah yang sempit. Tanpa kekuatan super, Sunghoon harus menggunakan teknik bela diri murni. Ia menghindari pukulan tembaga sang penjaga dengan gerakan spinning yang lincah, lalu menusukkan belatinya ke sendi leher makhluk itu.

Wonyoung menarik busur karbonnya. Ia tidak lagi membidik dengan sihir, tapi dengan perhitungan matematis yang diajarkan Jake. Ia melepaskan anak panah yang ujungnya telah diolesi minyak murni dari klan Bumi.

Syuuuut... Jleb!

Anak panah itu menghantam mata merah sang penjaga, membuatnya meledak dalam percikan api listrik.

"Mereka adalah Cyborg yang ditenagai energi Void!" teriak Jake. "Teknologi ini jauh lebih maju dari apa yang dimiliki SIGMA. Sang Penguasa benar-benar sudah mempersiapkan ini!"

Setelah berhasil melumpuhkan para penjaga, mereka kembali ke hotel dalam keadaan lelah. Namun, tantangan sesungguhnya baru saja dimulai. Leeseo dan Ni-ki sedang berlatih di ruang tengah hotel ketika Wonyoung masuk.

"Eonni, aku merasa takut," bisik Leeseo. "Kabut di luar sana seolah-olah berbisik padaku. Ia memanggil namaku berkali-kali."

Wonyoung memeluk adiknya. Ia menyadari bahwa sebagai manusia, mereka semua kini rentan terhadap hipnosis Void. Ia menoleh ke arah Sunghoon yang sedang berbicara serius dengan Han.

"Kita harus melakukan latihan Sinkronisasi Jantung malam ini," ucap Han. "Bukan untuk bertarung, tapi untuk menciptakan perisai mental. Besok di panggung, jika satu orang saja dari kalian merasa takut, Sang Penguasa akan merobek jiwa kalian melalui celah itu."

Keenam belas member berkumpul di tengah ruangan, membentuk lingkaran besar. Mereka melepaskan semua perangkat digital dan hanya mengandalkan keberadaan fisik mereka.

"Pegang tangan orang di sampingmu," instruksi Wonyoung. "Sunghoon-ssi, mulai melodinya."

Sunghoon menutup matanya. Ia mulai mengatur napasnya dengan ritme yang sangat lambat ritme Ice Prince yang kini menjadi ritme pelindung. Wonyoung menyelaraskan napasnya dengan Sunghoon, lalu disusul oleh Yujin, Jake, dan seluruh member lainnya.

Perlahan, piringan Silver Vinyl yang diletakkan di tengah lingkaran mulai bercahaya. Cahayanya tidak lagi meledak-ledak, melainkan mengalir seperti air perak, menyatukan detak jantung mereka menjadi satu suara yang harmonis.

Deg-dup...

Deg-dup...

Dalam sinkronisasi itu, mereka bisa merasakan pikiran satu sama lain. Wonyoung merasakan tekad Ni-ki untuk menjadi lebih kuat, rasa bersalah Jay atas luka di kakinya, dan kerinduan Sunghoon akan masa depan yang tenang.

"Ini adalah perisai kita," bisik Wonyoung dalam kesadaran kolektif mereka. "Selama melodi ini tetap berputar di hati kita, kabut London tidak akan bisa menyentuh kita."

Tiba-tiba, piringan perak itu menunjukkan sebuah bayangan di permukaannya Sesosok pria dengan jubah perak panjang sedang berdiri di puncak Big Ben, memegang sebuah jam pasir besar yang pasirnya mengalir ke atas.

"Itu dia," ucap Sunghoon saat mereka membuka mata. "The Archivist of Souls. Dia sudah mulai memutar waktu di kota ini."

Mereka semua berdiri dengan keyakinan baru. Rasa takut Leeseo menghilang, digantikan oleh keberanian yang murni. Besok malam, O2 Arena bukan hanya akan menjadi tempat konser, tapi akan menjadi panggung di mana melodi manusia akan menantang keabadian kegelapan.

Malam yang dinanti akhirnya tiba. O2 Arena tampak seperti raksasa yang tertidur di bawah selimut kabut London yang kian memekat. Ribuan penggemar dari berbagai belahan dunia mengantre, napas mereka menciptakan uap kecil di udara dingin. Mereka tidak menyadari bahwa di balik tiket konser yang mereka genggam, terdapat frekuensi halus yang dirancang untuk mengunci jiwa mereka pada kursi penonton.

Di belakang panggung, suasana terasa sangat berbeda dari konser biasanya. Tidak ada suara tawa atau musik yang keras. Wonyoung berdiri di depan cermin besar, mengenakan kostum bertema "Silver Valkyrie"—gaun perak yang bersinar lembut dengan aksen bulu putih. Di telinganya, in-ear monitor buatan Jake sudah terpasang, terus-menerus mendeteksi frekuensi detak jantung kolektif tim.

"Jantungmu stabil, Wonyoung-ah. 72 detak per menit," suara Jake terdengar melalui radio komunikasi. Ia kini berada di ruang kendali audio yang telah dimodifikasi menjadi pusat pertahanan digital.

Sunghoon masuk ke ruang ganti Wonyoung. Ia mengenakan setelan jas perak dengan detail rantai yang melambangkan pengabdian seorang Hunter. "Piramida energi di bawah panggung sudah mulai aktif. Sang Pengarsip sedang memutar jam pasirnya di atas Big Ben. Begitu lagu pertama dimulai, ritual pengumpulan jiwa akan berjalan secara otomatis."

"Kita tidak akan membiarkan lagu itu selesai sebagai ritual kegelapan," ucap Wonyoung. Ia mengambil piringan Silver Vinyl dan menyisipkannya ke dalam kompartemen rahasia di bawah panggung utama melalui sebuah lubang kecil di dekat mikrofonnya.

Tiba-tiba, lampu di seluruh area backstage berkedip merah. Suara raungan rendah terdengar dari arah langit-langit.

"Mereka menyerang!" teriak Jay dari lorong.

Sekelompok Void Drifters—monster udara yang menyerupai kain kafan hitam yang melayang—mulai menembus atap arena. Mereka tidak mengincar para member, melainkan sistem kabel audio utama.

"Jay, Ni-ki, amankan jalur kabel! Yujin, bantu tim evakuasi staf!" perintah Sunghoon.

Sunghoon menarik sepasang tongkat pendek yang bisa memancarkan gelombang kejut es buatan. Ia melompat ke arah monster yang mencoba memutuskan kabel optik. DUAR! Gelombang kejut itu membuat monster tersebut membeku sesaat sebelum hancur menjadi debu.

Wonyoung menarik busurnya, membidik monster yang terbang di dekat langit-langit panggung. "Jangan biarkan mereka menyentuh sistem suara! Jika suara kita terdistorsi, Human Sync akan gagal!"

Part 5: Melodi Pemutus Rantai

Musik pembuka mulai berdentum. Penonton bersorak histeris saat lampu sorot menyinari panggung yang kosong. Namun, di mata para Hunter, sorakan itu terlihat seperti aliran energi merah yang tersedot ke arah altar batu di bawah lantai.

Keenam belas member IVE dan ENHYPEN naik ke atas panggung melalui lift hidrolik. Wajah mereka sempurna, namun mata mereka memancarkan konsentrasi yang luar biasa. Begitu kaki mereka menyentuh lantai panggung, Sinkronisasi Jantung tahap dua dimulai.

"Sekarang, lagu pertama The Silver Anthem," bisik Wonyoung.

Saat mereka mulai bernyanyi, suara mereka tidak langsung keluar melalui speaker besar. Suara itu dialirkan terlebih dahulu melalui Silver Vinyl di bawah panggung. Piringan itu bertindak sebagai filter, mengubah frekuensi manusia yang murni menjadi gelombang pembersih.

Penonton yang tadinya tampak sedikit kaku dan kosong matanya, tiba-tiba tersentak. Mereka mulai merasakan haru yang luar biasa, sebuah koneksi emosional yang nyata. Di atas panggung, koreografi mereka bukan lagi sekadar tarian; setiap gerakan tangan Wonyoung dan Sunghoon adalah gerakan segel pelindung yang memutus benang-benang cahaya merah yang mencoba menarik jiwa penonton.

"Lihat ke atas!" seru Gaeul di tengah transisi tarian.

Di atap kaca arena yang transparan, sesosok bayangan raksasa mulai terlihat. The Archivist of Souls (Sang Pengarsip Jiwa) menampakkan diri. Ia mengenakan jubah perak panjang yang terbuat dari ribuan memori manusia yang dicuri. Di tangannya, sebuah jam pasir raksasa bersinar ungu pekat.

"Manusia bodoh... kalian menggunakan suara kalian untuk melawan takdir?" suara Sang Pengarsip bergema langsung di pikiran mereka.

Ia membalikkan jam pasirnya. Seketika, gravitasi di atas panggung berubah. Para member merasa tubuh mereka ditarik ke bawah dengan kekuatan yang sangat besar. Leeseo terjatuh, namun Ni-ki dengan cepat menangkap tangannya dan membantunya berdiri sambil tetap melanjutkan gerakan tariannya.

"Jangan berhenti!" teriak Sunghoon. "Gunakan rasa sakit ini sebagai harmoni!"

Wonyoung melangkah ke depan panggung, tepat di bawah sorotan lampu pusat. Ia melepaskan nada tinggi yang paling jernih yang pernah ia miliki. Suaranya bertabrakan dengan energi jam pasir Sang Pengarsip.

KRAAAAK!

Kaca pada jam pasir itu mulai retak. Cahaya ungu di dalamnya mulai bocor dan terserap oleh Silver Vinyl di bawah panggung, diubah menjadi energi emas yang memberdayakan para Hunter.

Pertempuran mencapai puncaknya saat lagu mencapai bagian bridge. Seluruh arena bergetar. Sang Pengarsip turun dari langit, mendarat di atas layar raksasa di belakang panggung. Kehadirannya membuat seluruh sistem elektronik stadion mengalami glitch.

"Aku adalah pengumpul sejarah! Kalian hanyalah debu yang lewat!" raung Sang Pengarsip. Ia mengayunkan tangannya, menciptakan badai kabut yang sangat dingin, mencoba membekukan jantung para penonton.

Sunghoon melompat dari panggung utama ke arah layar, menggunakan kabel pengaman sebagai ayunan. Ia menghantam Sang Pengarsip dengan tongkat kejutnya. "Sejarah bukan untuk dikumpulkan, tapi untuk dijalani!"

Di saat yang sama, Wonyoung meraih piringan Silver Vinyl yang kini telah penuh dengan energi murni dari sorakan tulus penonton. Ia mengangkat piringan itu tinggi-tinggi.

"Atas nama kemanusiaan yang kau anggap rapuh, aku memerintahkanmu untuk kembali ke kegelapan!" teriak Wonyoung.

Wonyoung melempar piringan itu ke arah jam pasir Sang Pengarsip. Piringan itu melesat seperti cakram cahaya, menembus kabut dan menghantam inti jam pasir.

BOOM!

Ledakan energi putih yang masif menyapu seluruh O2 Arena. Kabut tebal yang menyelimuti London seketika sirna, memperlihatkan langit malam yang bertabur bintang untuk pertama kalinya dalam sejarah kota tersebut. Sang Pengarsip menjerit saat memori-memori yang ia curi terbang kembali ke pemilik aslinya. Tubuhnya hancur menjadi butiran perak yang indah.

Keheningan sesaat terjadi sebelum seluruh penonton bersorak dengan gemuruh yang paling tulus yang pernah didengar oleh para member. Tidak ada lagi energi merah, hanya ada kegembiraan murni.

Di tengah panggung, di bawah hujan butiran perak, Wonyoung dan Sunghoon berdiri terengah-engah. Mereka saling menatap, menyadari bahwa mereka baru saja melakukan sesuatu yang melampaui tugas Hunter manapun: mereka telah memberikan harapan kembali pada sebuah kota.

Arthur muncul dari arah sayap panggung, ia membungkuk hormat. "Kalian telah memutus perjanjian kuno Sang Pengarsip. London berhutang pada kalian. Tapi ingat... piringan itu sekarang telah mencatat frekuensi Sang Pengarsip. Itu akan membimbing kalian ke titik berikutnya."

Wonyoung mengambil kembali piringannya. Di permukaannya, sebuah ukiran baru muncul di samping kata "HUMANITY" dan "MEMORIA".

"Tujuan kita berikutnya," ucap Wonyoung sambil menatap piringan itu. "New York. Di sana, memori bukan hanya dikumpulkan, tapi dipalsukan."

[CALL TO ACTION]

London terselamatkan! Tapi perjalanan ke New York kayaknya bakal lebih berat. Apa arti dari ukiran "MEMORIA"?

LIKE & SUBCRIBE kalau kalian bangga sama Ni-ki yang bantuin Leeseo tadi!

KOMEN "NEW YORK MINUTE" buat nyemangatin tim Hunter berangkat ke Amerika!

SHARE ke temen-temen kalian, biarin mereka tau kalau IVE x ENHYPEN baru aja ngalahin Sang Pengarsip Jiwa!

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!