NovelToon NovelToon
PESUGIHAN POCONG GUNUNG KAWI

PESUGIHAN POCONG GUNUNG KAWI

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Menjadi Pengusaha / CEO / Tumbal / Iblis / Balas Dendam
Popularitas:996
Nilai: 5
Nama Author: triyan89

Rina hidup dalam gelimang harta setelah menikah dengan Aryan, pengusaha bakso yang mendadak kaya raya. Namun, kebahagiaan itu terkoyak setelah Rina diculik dan diselamatkan oleh Aryan dengan cara yang sangat mengerikan, menunjukkan kekuatan suaminya jauh melampaui batas manusia biasa. Rina mulai yakin, kesuksesan Aryan bersumber dari cara-cara gaib.
​Kecurigaan Rina didukung oleh Bu Ratih, ibu kandung Aryan, yang merasa ada hal mistis dan berbahaya di balik pintu kamar ritual yang selalu dikunci oleh Aryan. Di sisi lain, Azmi, seorang pemuda lulusan pesantren yang memiliki kemampuan melihat alam gaib, merasakan aura penderitaan yang sangat kuat di rumah Aryan. Azmi berhasil berkomunikasi dengan dua arwah penasaran—Qorin Pak Hari (ayah Aryan) dan Qorin Santi—yang mengungkapkan kebenaran mengerikan: Aryan telah menumbalkan ayah kandungnya sendiri demi perjanjian kekayaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triyan89, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 7

​Rina, Laras, dan Nirmala duduk terpaku di meja mereka. Bakso di mangkuk mereka, yang tadinya mereka anggap lumayan, kini terasa seperti batu di tenggorokan. Keheningan di antara mereka terasa lebih memekakkan daripada suara ramai di dalam kios.

​Aryan sudah kembali ke meja kasir, sibuk berbincang dengan karyawannya, namun aura dinginnya masih menyelimuti meja mereka.

​Laras, yang akhirnya berhasil menelan potongan baksonya, berbisik dengan nada tak percaya. “Itu… itu benar-benar Aryan, kan? Si ojol yang dulu…”

​Nirmala menggeleng, mencoba memproses. “Jahat banget, ya, nasib. Dulu kita ketawain dia, sekarang kita makan bakso di kiosnya.” Ia mengambil sendoknya, tapi tangannya gemetar.

​Fokus utama beralih ke Rina. Wajah Rina memerah padam, berganti-ganti antara malu, terkejut, dan marah. Dia adalah orang yang paling keras menghina Aryan di kafe dulu.

​Laras menyenggol lengan Rina, nadanya kini terdengar mengejek. “Cieee… Rina. Penyesalan selalu datang terlambat, ya? Dulu bilang cinta nggak bisa bayar tagihan. Sekarang, Bang Aryan bisa beli semua tagihan kita, lho.”

​Rina mendesis pelan, matanya menyala. “Diam Lo Ras, Jangan sok tahu. Aku nggak nyesel. Mungkin dia cuma dapat warisan, atau menang lotre. Nggak mungkin orang kayak dia bisa sukses.”

​Nirmala tertawa kecil, tawa yang sinis. “Warisan? Kalau warisan, dia pasti buka kafe atau restoran mewah, bukan kios bakso, Rina. Kenapa Bakso? Karena dia tahu, dia harus membuktikan ke kita, dia bisa kaya dari nol, atau setidaknya, dari bawah.”

​“Atau,” lanjut Laras, matanya menyipit saat melihat Aryan di kasir. “Dia sengaja. Dia tahu baksonya viral, dan dia menunggu kita datang. Balas dendamnya dingin banget, lho.”

​Rina membanting sendoknya. Ia merasa harga dirinya hancur. Dulu ia melihat Aryan sebagai pecundang, namun kini ia melihat sosok yang memancarkan aura kesuksesan.

​“Sudah, aku nggak nafsu makan. Aku mau pergi,” kata Rina, berdiri tergesa-gesa.

​Namun, saat ia berbalik, Aryan sudah berdiri di belakang mereka, membawa tisu.

​“Maaf, saya lihat Mbak Rina nggak nafsu makan,” kata Aryan, suaranya sopan, namun sangat menusuk. “Mungkin bakso saya nggak sekelas makanan Mbak Rina di kafe mewah. Tapi tenang saja, makanannya gratis untuk hari ini. Anggap saja traktiran dari driver ojol yang dulu nggak mampu bayar kopi.”

​Wajah Rina benar-benar hancur. Laras dan Nirmala segera menahan tawa mereka. Penghinaan ini jauh lebih menyakitkan daripada saat mereka menghina Aryan.

​Aryan tersenyum tipis, senyum yang dingin. “Lain kali, kalau mau cari tempat makan yang sesuai dengan standar kalian, jangan lupa, Bakso Bang Aryan buka 24 jam. Siapa tahu, besok-besok kalian drivernya, dan saya penumpangnya.”

​Rina segera melarikan diri, diikuti Laras dan Nirmala yang terlihat menahan rasa malu dan kagum yang bercampur aduk. Dendam Aryan telah terbayar lunas.

​Setelah tiga wanita itu pergi, Aryan kembali ke kamarnya di belakang kios. Ia tidak merasakan kebahagiaan sejati. Ia hanya merasakan kepuasan yang kering, seperti minum air yang asin, yang justru menambah dahaga. Ki Sabdo benar, kebahagiaannya telah dicuri.

​Aryan menatap Jimat Besi Kuning di laci. Jimat itu kini terasa lebih hangat, seolah menikmati energi dari dendam yang baru saja ia lepaskan.

​Sejak saat itu, bisnis Aryan meledak di luar nalar. Aryan membeli rumah mewah, mobil mahal, dan hidup dalam kemewahan total.

​Namun, semakin besar kekayaannya, semakin dingin kepribadiannya. Tapi ia tetap menjadi sosok bos yang peduli pada karyawan. Ia bergaul dengan para wanita cantik, tapi tidak pernah merasakan cinta. Setiap wanita yang mendekatinya, hanya tertarik pada uang.

​Dua bulan berlalu dalam kemewahan. Aryan hidup dalam rutinitas ibadah kepada uang, dan ritualnya kepada Iblis Pemberi Kekayaan.

​Malam Jumat Kliwon kembali tiba.

​Kali ini, Aryan sedang berada di rumah barunya di Jakarta Pusat. Kios bakso pertamanya sudah ia serahkan pada orang kepercayaannya, tapi Jimat Besi Kuning selalu bersamanya.

​Ia melakukan ritualnya di ruang kerjanya yang gelap. Bunga, dupa, dan Jimat Besi Kuning terhampar di atas meja.

​Saat Jimat itu bergetar hebat, suara Iblis itu muncul, namun kini terdengar lebih berkuasa dan mendesak.

​“Dengarkan baik-baik, Anak Serakah. Waktunya sudah tiba. Sesembahan yang berharga harus disiapkan.”

​Aryan, yang sudah terbiasa, berkata dingin, “Apa yang kau mau sekarang? Uang? Emas?”

​Suara Iblis itu tertawa, tawa yang memutar perut dan menusuk gendang telinga.

​“Bukan. Kami tidak butuh emasmu. Kami butuh Darah Panas. Darah segar.”

​Tubuh Aryan membeku. Darah Panas. Ia ingat kata-kata Ki Sabdo.

​“Maksudmu… tumbal? Nyawa manusia?” tanya Aryan, suaranya tercekat.

​“Ya. Jimat itu sudah memberikanmu segalanya. Sekarang, kamu harus membuktikan kesetiaanmu. Kami ingin Darah Manis,” desis Iblis itu. “Pilih. Seorang wanita muda yang masih polos. Darahnya adalah kunci untuk melipatgandakan hartamu.”

​Iblis itu meminta tumbal darah kepada Aryan. Ia harus menemukan seorang wanita yang masih perawan, yang memiliki hati tulus, dan membawanya ke tempat sunyi di pinggir kota.

​“Bawa dia ke tempat yang dingin, di bawah langit terbuka. Tusuk dia dengan pusaka yang kamu bawa dari Gunung Kawi, Pisau Berkarat yang kamu simpan. Darahnya harus jatuh ke tanah sebelum fajar.”

​Bayangan Iblis Pemberi Kekayaan itu membesar, memenuhi ruangan. Mata merahnya menyala.

​“Jika kamu gagal, kami akan mengambil nyawamu saat itu juga. Dan semua hartamu, akan lenyap.”

​Lilin itu padam, meninggalkan Aryan dalam kegelapan, dicengkeram oleh ketakutan yang luar biasa. Ia adalah pembunuh ayahnya. Kini ia harus menjadi pembunuh seorang gadis tak bersalah.

​Keesokan harinya, Aryan kembali ke kiosnya, yang kini sudah ia serahkan kepada orang kepercayaannya. Ia harus mengambil Pisau Berkarat yang ia tinggalkan di sana.

​Saat ia membuka laci kasir, Pisau Berkarat itu terasa dingin, namun memancarkan aura haus darah.

​Aryan mulai menjalankan pencariannya. Ia mengamati karyawannya, namun tak satupun yang memenuhi kriteria polos dan tulus. Semua sudah terkontaminasi oleh gaya hidup di Jakarta.

​Ia berkeliling kota. Ia mencari di kampus, di terminal bus, di pasar. Ia mencari Darah Manis yang diminta Iblis.

​Akhirnya, di pinggiran kota, dekat dengan lokasi yang ditentukan Iblis, Aryan menemukan target yang ia cari. Namanya Santi.

​Seorang gadis penjual roti keliling yang lugu. Wajahnya bersih, senyumnya tulus, dan matanya memancarkan kepolosan yang tak tersentuh. Santi bekerja keras untuk membiayai sekolah adiknya.

​Aryan mendekatinya dengan topeng keramahan. Ia berpura-pura menjadi pengusaha sukses yang ingin membantu. Ia menjanjikan pekerjaan yang lebih baik, gaji yang besar, dan tempat tinggal yang layak.

​Santi, dengan kepolosannya, langsung percaya. Ia melihat Aryan sebagai malaikat penolong.

​Aryan menjadwalkan pertemuan dengan Santi dua hari setelahnya, tepat di Malam Jumat. Ini adalah malam yang ditentukan Iblis, hanya berbeda satu hari dari Malam Jumat Kliwon, karena Iblis ingin tumbal itu disiapkan lebih dulu.

​Aryan sudah merencanakan semuanya. Ia akan mengajak Santi ke lokasi sunyi di pinggir hutan kota, dengan alasan ingin menunjukkan lokasi kantor barunya.

​Saat Aryan pulang, ia melihat pantulan dirinya di cermin. Ia melihat sosok yang kaya, sukses, tapi matanya kosong dan jiwanya yang hitam.

​Tiba-tiba, ponselnya berdering. Itu adalah nomor telepon rumahnya di desa. Bu Ratih.

​Aryan mengangkatnya dengan malas.

​“Halo, Bu. Ada apa?”

​Suara Bu Ratih terdengar serak, penuh kekhawatiran. “Yan… Ibu mau ke Jakarta. Ibu harus ketemu kamu. Uang yang kamu kasih itu… Ibu dengar suara aneh, Yan. Suara Bapak…”

​Aryan membeku. Perjanjian darah ini sudah melibatkan ibunya.

​“Ibu… Ibu dengar apa?”

​“Bapak bilang, "Kamu tega sekali, Aryan, kamu tega." Uang ini, Yan, Ibu merasa uang ini dingin. Ibu merasa kamu sedang dalam bahaya besar. Ibu akan menyusulmu besok.”

​Aryan panik. Kedatangan Bu Ratih sekarang adalah bencana. Jika ibunya datang, ia bisa merusak rencana tumbalnya. Jika rencana tumbalnya gagal, nyawanya dan semua hartanya akan hilang malam itu juga.

​“Jangan, Bu. Jangan ke sini dulu. Seminggu lagi aku jemput Ibu. Aku nggak papa, aku baik-baik saja. suaranya melemah. "Nanti aku telepon lagi ya, Bu."

​Aryan segera mematikan telepon, Jimat Besi Kuning di sakunya bergetar. ​Ia harus menyelesaikan urusan Santi sebelum ibunya tiba. Ia harus memilih, nyawa Ibu dan Kemiskinan, atau Nyawa Santi dan Kekayaan Abadi.

​Aryan menatap Pisau Berkarat di tangannya. Ia harus menjadi iblis seutuhnya.

1
Oriana
Kok susah sih thor update, udah nungguin banget nih 😒
bukan author: Masih review kak
total 1 replies
Dallana u-u
Gemes banget deh ceritanya!
bukan author: lanjutannya masih review kak
total 1 replies
cocondazo
Jalan cerita seru banget!
bukan author: lanjutannya masih review kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!