NovelToon NovelToon
Dihamili Musuh Abangku

Dihamili Musuh Abangku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Danira16

Bara tak menyangka bahwa ią menghabiskan malam penuh gelora dengan Alina, yang ternyata adalah adik kandung dari musuhnya di zaman kuliah.

"Siaap yang menghamili mu?" Tanya Adrian, sang kakak dengan mulai mengetatkan rahangnya tanda ia marah.

"Aku tidak tahu, tapi orang itu teman kak Adrian."

"Dia bukan temanku, tapi musuhku." cetus Adrian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lepaskan Alina

Udara pun terasa lebih dingin dari biasanya, mungkin karena awan tebal yang menghalangi sinar matahari, memberikan sensasi lembab dan dingin pada kulit.

Sesampainya di kampus, Alina segera menuju ruang kelas yang terletak di lantai tiga. Dosen sudah mulai menjelaskan materi, suara beliau terdengar jelas memenuhi ruangan yang dipenuhi mahasiswa yang berusaha mencatat setiap kata. Namun, pikiran Alina melayang jauh, terjebak dalam kekhawatiran tentang nasib janin dalam perutnya.

Berulang kali tanpa sadar tangannya mengusap perut ratanya, dimana ada nyawa yang tidak ia inginkan untuk saat ini, beberapa kali Alina menghela nafasnya seolah ia memikul beban yang sangat berat.

Ini bukan keinginan Alina, ia tidak membenci ada yang ada diperutnya, hanya saja ia belum siap menghadapi kenyataan yang begitu berat baginya.

Terlebih lagi benih itu bukan dari pria yang ia cintai, rasa kecewanya pada Bram mantan kekasihnya berujung pada kemalangannya. Walaupun itu semua karena kenekatan dirinya karena banyak minum saat hari dimana ia mengetahui Bram menikahi temannya.

Untungnya yang Bram nikahi bukan teman dekatnya, sehingga ia tak harus lebih sakit hati yang parah.

"Alina kenapa Lo diem aja? Gak nyatet?" Ujar Nova temannya yang kemudian menyenggol lengan Alina yang sedang merenung.

Atau lebih tepatnya lagi Alina saat ini tengah gundah gulana, disertai melamunkan sesuatu yang sebentar lagi ia akan mendapatkan gelar seorang ibu.

Alina terjengkit lalu ia menoleh kepada temannya dengan wajah datar plus kebingungannya.

"Catat Alina." Titah sobatnya.

"Oh iya catat, ntar aku pinjam catatan kamu saja ya?"

Nova hanya mengernyit, pasalnya tumben-tumbenan Alina yang rajin menjadi pemalas bahkan hari ini penuh dengan keanehan.

"Lo kenapa? Sakit?" Tanya Nova menempelkan telapak tangannya pada dahi Alina.

"Gak kok, aku sehat."

"Ngomong sama gue ada apa? Kalo gak....."

"Kalo gak apa?" Tanya balik Alina yang kini mulai keningnya berkerut.

"Lo gak gue pinjemin catetan nya." Ancam Nova.

Merasa dalam kebingungan maximal, belum lagi ia belum mendapat pemecahan atas masalah yang menimpanya, kini Alina hanya terdiam. Sorot matanya menatap Nova tanpa ekspresi alias datar.

Tentu saja Alina bingung harus berterus terang akan masalah nya atau menyembunyikannya, namun saat ini jujur ia sangat butuh teman curhat. Bahkan hanya dengan sharing membuat pikrannya setidaknya tenang, atau bebannya seolah berkurang.

"Nanti aku ceritakan, sehabis mata kuliah ini selesai ya?" Janji Alina pada sobatnya.

"Oke....."

Mata kuliah masih berlangsung, namun hanya sebentar saja karena waktu pembelajaran telah berakhir. Kini semua mahasiswa mulai keluar dari kelas untuk pulang, karena mata kuliah hari ini hanya satu saja.

Hari masih terbilang sudah siang, namun awan mulai menggelap. Kini Alina dan Nova duduk dibawah pohon besar yang teduh dan rimbang.

"Sekarang bilang sama gue, apa yang Lo pikrin Alina? Dari tadi Lo tuh sampai gak fokus."

Mata sayu Alina mulai menatap manik bening Nova, disertai ia mulai menghela nafasnya seolah ia ingin menguatkan batin nya untuk mulai bercerita.

Nova tentu saja tak sabaran, apalagi kini mata alona bahkan sudah mulai berkaca-kaca. Dan apa yang ia firasat kan ternyata benar, bahwa saat ini Alina sedang menghadapi masalah.

"Hey kenapa Lo nangis? Cerita sama gue."

"Aku......aku ha_mil."

"Apa-aaa" seru Nova terkejut.

"Iya Nova, aku hamil." Jawab Alina di iringi derai ar matanya uang telah jatuh menerpa wajahnya.

"Apa hamil.....!!" Seru Nova yang tanpa sadar bersuara cukup lantang.

"Sstt diam, nanti ada yang dengar!" Lirih Alina yang sontak membungkam mulut temannya itu.

Nova yang terkejut langsung mengangguk paham, lalu Alina melepaskan tangannya dari mulut Nova setelah sohibnya itu paham.

"Maaf tadi gue shock dengernya, untungnya kampus sepi." Cicit Nova setelah ia melihat suasana kampus yang agak lenggang.

Untungnya hari ini hari Jumat, semua mahluk dimuka bumi ini, maksudnya dikampus itu sebagian telah pulang dan sebagian lagi memilih menunggu di masjid untuk ibadah sholat Jum'at.

Alina menghela napasnya saat ia merasa aman berbicara ditempat yang jarang dikunjungi para mahasiswa.

Nova pun telah tahu Alina yang telah kehilangan ke$uciannya karena minuman lakn4t itu, belum lagi ia one night stand dengan orang asing yang saat ini Nova belum tahu bahwa pria itu adalah musuh dari kakak kandung Alina.

"Lalu apakah kakak Lo tau ini semua?"

"Iya Nova, jadi......."

Alina pun menceritakan semua kejadian dimana saat ia pingsan dan kemarahan Adrian sang kakak, hingga mereka berada dirumah Bara, pria yang sudah merenggut yang Alina jaga selama 19 tahun ini.

Nova hanya terkejut dengan semua yang diceritakan Alina secara gamblang, sebagai seorang sahabat ia hanya bisa menjadi pendengar yang baik dan sedikitnya memberi saran.

"Lalu apa yang kakak Lo katakan? Apakah dia akan menikahi Lo dengan dia?" tanya Nova dengan rasa ingin tahu yang mendalam, mencoba menggali lebih jauh tentang masalah yang dihadapi sahabatnya itu.

Alina hanya menggeleng lemah, keputusasaan tergambar jelas di wajahnya. "Gak tau, yang jelas kak Adrian gak ingin aku dinikahi oleh musuhnya itu," jawabnya, suaranya bergetar seakan-akan menahan tangis.

Nova pun mengernyit sembari menatap dalam ke manik mata kecoklatan Alina yang begitu terang bersinar. Dia mencoba mencari solusi atas masalah yang sepertinya tak kunjung usai.

"Ini rumit, tapi aku yakin semua masalah kamu nanti akan cepat selesai." ujarnya, sambil memegang tangan Alina, memberikan dukungan moral yang sangat dibutuhkan oleh sahabatnya itu.

Alina pun mengangguk pasrah, ia tak bisa lagi berpikir jernih saat ini, yang ada dipikirannya saat ini solusi yang ia tunggu dari Adrian, pasalnya sang kakak menginginkan janin yang ada dalam rahim Alina lenyap.

Namun Alina tidak ingin Nova tahu lebih detail mengenai ini semua, hingga akhirnya Alina dan Nova berjalan pulang menuju gerbang.

"Gue anter ya?" Ajak Nova.

"Gak perlu, lagian kamu kan mau jemput papa kamu dibandara." Jawab Alina menolak halus ajakan Nova.

"Tapi Alina Lo naik apa ntar? Lo kan lagi hamil."

"Udah kamu gak usah cemas, sebentar lagi kak Adrian akan jemput koq."

"Lo yakin!"

"Iya udah sana pergi, kasian papa kamu nanti nungguin Lo di bandara." Usir halus Alina.

Memang tadi pagi sebelum Alina menceritakan rahasianya itu, Nova mengatakan akan menjemput papa nya dibandara, setelah sang papa melakukan perjalanan bisnisnya.

Untuk itu Alina tidak ingin mengusik kesenangan sobatnya itu, padahal Alina bohong mengatakan Adrian akan menjemputnya.

Selepas Nova pergi dengan mobilnya, Alina pun berjalan keluar kampus, namun saat ia akan mencegat taxi yang lewat ternyata mobil hitam dengan kaca gelap berhenti di hadapannya.

Alina terpaksa menghentikan langkahnya, karena ia tak bisa meneruskan langkahnya karena mobil yang menghalanginya. Sejenak ia mengernyit dengan mobil yang ia sangat hafal, hingga sang pemilik keluar dari mobil mewahnya.

"Kak Bram...!!" Lirih Alina dengan membulatkan ekor matanya.

"Ayo kita pulang bersama." Jawab Bram yang kemudian mendekati Alina.

"Tidak perlu kak, biar aku pulang sendiri."

"Tapi Alina, biarkan aku berbuat baik sekali ini saja please.....kita juga perlu bicara."

Bram bahkan telah mencekal pergelangan tangan Alina, supaya gadis itu tidak pergi kemana-mana.

"Lepaskan aku kak." Tukas Alina dengan mengenyahkan tangan mantan kekasihnya itu.

"Alina, beri waktu sebentar untuk aku menjelaskan semuanya."

Alina pun menatap manik mata tajam Bram, lalu ia berdecih dengan seringai nya.

"Aku rasa tidak ada yang harus dijelaskan lagi kak, semua sudah jelas. Dan pulanglah, istri kamu menunggumu dirumah." Sindir Alina yang segera akan meninggalkan Bram.

Tubuh Bram yang besar dan kekar itu mampu membatasi gerak Alina sepenuhnya saat ia memeluknya dari belakang. Alina yang merasa terkejut dan tidak nyaman dengan perlakuan itu mencoba meronta untuk melepaskan diri dari cengkeraman Bram.

Napasnya memburu, jantungnya berdegup kencang, dan mata Alina membulat sempurna menandakan ketakutan yang mendalam. "Apa yang kak Bram lakukan, lepas!!" teriak Alina dengan suara yang gemetar.

Kekuatan Bram, bagaimanapun, terlalu besar dibandingkan dengan usaha Alina yang sia-sia. Keringat mulai mengucur di dahi Alina, dan rasa panik semakin membesar dalam dirinya.

"Kita harus bicara sayang......"

"Jangan katakan itu lagi, hubungan kita sudah berakhir saat kamu menikahi Naura."

"Tapi aku sangat mencintaimu Alina, aku akan menceraikan Naura setelah dia melahirkan."

Alina merasakan detak jantungnya yang memburu, napasnya terengah-engah. Bram, mantan kekasih yang telah lama tidak ia lihat, kini  masih setia memeluk pinggangnya dari belakang dengan tatapan penuh penyesalan.

Mata Alina terbelalak, tak percaya bahwa setelah segala yang terjadi, Bram masih menunjukkan tanda-tanda cinta di wajahnya. "Please Alina..." suara Bram memecah keheningan, lembut namun menyayat hati.

Alina merasa iba melihat raut wajah Bram yang penuh penyesalan. Namun, di balik rasa iba itu, ada keteguhan hati yang berusaha ia pertahankan.

Ia tahu, memaafkan Bram bisa menjadi kesalahan besar. Harus ada batasan yang jelas agar tidak ada wanita lain yang akan tersakiti seperti dirinya dulu. Dia tak ingin Bram menyakiti Naura yang kini menjadi istri mantan kekasihnya.

"Maaf, Bram. Aku tidak bisa," ucapnya, suaranya bergetar namun penuh ketetapan. Bram menundukkan kepala, kekecewaan terpancar jelas dari matanya yang sayu.

"Lepaskan aku kak Bram, lupakan aku....." Jawab Alina dengan penuh kemantapan, namun nada bicaranya sedikit bergetar.

"Tidak Alina, aku tidak akan melepaskan kamu sampai kapan pun...." Teriak Bram yang mulai frustasi.

"Lepaskan Alina!! Jangan ganggu dia."

Bara dan Alina menoleh pada suara yang lantang yang kini berada di belakang Bram, mata keduanya membola melihat Bara ada di kampus mereka.

"Kak Bara...." Seru keduanya.

1
اختی وحی
kalimat ny salah thor, harusnya bukan semalam. tpi malam itu.. krn kejadian ny sudah sebulan lalu
dindaaurora: ok nanti saya cek lagi kak
total 1 replies
vita
suka sm jln ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!