NovelToon NovelToon
OBSIDIAN BLOOM

OBSIDIAN BLOOM

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Romansa Fantasi / Antagonis / Romansa / Reinkarnasi / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:798
Nilai: 5
Nama Author: Dgweny

Ia adalah Elena Von Helberg, si Antagonis yang ditakdirkan mati.

dan Ia adalah Risa Adelia, pembaca novel yang terperangkap dalam tubuhnya.

Dalam plot asli, Duke Lucien De Martel adalah monster yang terobsesi pada wanita lain. Tapi kini, Kutukan Obsidian Duke hanya mengakui satu jiwa: Elena. Perubahan takdir ini memberinya hidup, tetapi juga membawanya ke dalam pusaran cinta posesif yang lebih berbahaya dari kematian.

Diapit oleh Lucien yang mengikatnya dengan kegilaan dan Commander Darius Sterling yang menawarkan kebebasan dan perlindungan, Risa harus memilih.
Setiap tarikan napasnya adalah perlawanan terhadap takdir yang telah digariskan.

Lucien mencintainya sampai batas kehancuran. Dan Elena, si gadis yang seharusnya mati, perlahan-lahan mulai membalas kegilaan itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dgweny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22. Logika Hati Dan Kepingan Giok

Haiii Guys sebelum baca di biasakan klik like nya ya sama bolehhh komen nya dan follow nya jangan lupa hihihi.

Happy reading 🌷🌷🌷

...****************...

(Risa/Elena Von Helberg, Darius Sterling, Serafina Lowe, Lucien De Martel)

Udara Hutan Musim Dingin terasa berat. Bukan hanya dinginnya es dan salju, tetapi juga keheningan yang menyesakkan setelah lolos dari jurang dimensional. Mereka tidak kembali ke Benteng Zamrud yang aman, melainkan ke batas-batas wilayah Utara yang keras, yang kini terasa seperti jebakan.

Risa berlutut di salju, tubuhnya menggigil karena kelelahan, bukan karena suhu. Dia menatap Kepingan Giok yang besar. Itu adalah pecahan dari Benteng Zamrud, yang dibawa Lucien sebagai bejana, dan kini retakan di permukaannya memancarkan aura dimensional yang lapar—bukti mengerikan bahwa The Weaver of Shadows telah dipaksa masuk, tetapi bukan diusir.

Lalu ada Lucien.

Dia berdiri di sana, hanya beberapa langkah dari Risa dan Darius, tersandar pada pohon pinus yang diselimuti salju. Baju besi Obsidiannya kini menjadi abu-abu keperakan, retak, dan dihiasi lapisan es tipis—tanda bahwa dia telah menjadi Keeper of the Void, tetapi tidak sepenuhnya utuh. Matanya, biru-abu-abu, kosong, dan sangat dingin. Dia tidak lagi menunjukkan gairah Obsidian atau kejelasan Dominion, hanya kekosongan yang berfungsi.

“Aku tidak bisa menguncinya, Arsitek. Aku hanya bisa membawanya bersamaku. Aku adalah Segel yang retak. Dan sekarang, dia lapar. Dia sudah ada di sini.”

Suaranya, kombinasi dingin antara Lucien dan Weaver, adalah deklarasi yang menghancurkan.

Darius segera meletakkan Serafina yang pingsan dengan hati-hati di dasar pohon yang lebih aman. Ia mengeluarkan selimut hangat dari ranselnya. Keheningan yang mengikuti begitu pekat, begitu menuntut, sehingga bahkan pohon-pohon pinus pun tampak menahan napas.

Darius berbalik, tidak ke arah Lucien, tetapi ke arah Risa. Dia tidak mendekati Lucien. Dia hanya menatap Risa, mencari jawaban.

"Kamu menyelamatkan Serafina," bisik Darius, suaranya parau, melupakan ancaman dimensional di sekitar mereka. "Kamu menariknya kembali."

Risa mengangguk, matanya basah, tetapi tidak menangis. "Dia adalah Cahaya Murni. Aku adalah Arsitek. Aku hanya memperbaiki disonansi frekuensi. Lucien yang menyediakannya."

Darius menoleh ke Lucien. Ekspresi di wajah Ksatria itu adalah campuran antara rasa terima kasih yang tak terlukiskan karena Serafina selamat, dan kebencian dingin yang mendalam terhadap pria yang kini menjadi kunci dimensi.

Lucien, si Keeper of the Void, tidak melihat mereka. Matanya terangkat, memindai ruang dimensional di atas mereka, seperti perangkat lunak pemantau yang terus beroperasi.

"Dia... tidak di sini," kata Lucien, suaranya datar. "Dia berada di bejana giok itu. Aku telah menguncinya. Tapi aku harus memonitornya. Setiap saat. Dia lapar. Dia akan mencari celah."

Risa beranjak berdiri, tubuhnya terasa berat seperti timah. Dia melangkah perlahan menuju Lucien. Darius mengawasinya dengan cemas, tangannya gemetar.

"Lucien," kata Risa, suaranya lembut, tanpa Obsesi. "Mengapa kamu tidak mengunci dirimu di Dimensi Ketiadaan? Mengapa kamu membawa kami kembali? Mengapa kamu mengambilnya bersamamu?"

Lucien menoleh. Mata kosongnya menatap mata biru muda Risa. Tidak ada lagi keinginan di dalamnya, hanya Logika yang dingin.

"Kamu adalah Arsitek Segel," jawab Lucien, Logika di Dimensi Ketiadaan meresap ke dalam kata-katanya. "Segel harus diperbaiki, bukan dipertahankan. Aku adalah Keeper. Aku menjaga. Aku tidak bisa menciptakan. Kamu harus merancang Lockdown permanen untuk Weaver. Dan kamu harus ada di Dimensi Keseimbangan untuk melakukannya."

"Dan mengapa kamu membawa Weaver bersamamu?" tanya Risa.

"Dia adalah antithesis yang harus dipertahankan. Dia akan menghilang jika dia ditinggalkan di sana, dan Observer akan kembali. Weaver adalah bahan untuk Segel Baru. Aku membawanya. Aku adalah Segel yang retak. Dia ada di dalamku... dan di bejana giok itu."

Risa mengangguk. Keputusan Lucien adalah logika dingin yang mutlak—keputusan seorang penjaga, bukan seorang raja. Dia mengorbankan jiwanya sendiri demi stabilitas yang ia yakini.

Darius mendekat, bukan ke Lucien, tetapi ke Risa. Dia menempatkan dirinya di antara Risa dan Lucien. Jarak fisik mereka sangat dekat, tetapi jarak emosional mereka terasa tak terbatas.

"Dia tidak lagi mencintaimu," desis Darius pada Risa, suaranya rendah, hanya untuk didengar Risa. "Obsesinya hilang. Jadi, mengapa kita harus membiarkannya hidup? Dia adalah ancaman yang berjalan."

Risa menyentuh lengan Darius, pandangannya tidak lepas dari Lucien. "Dia adalah penjara bagi Weaver. Jika dia mati, Weaver bebas, dan dia akan langsung masuk ke salah satu dari kita. Mungkin ke Serafina lagi, atau... ke aku."

Dia merasakan goncangan di tubuhnya saat mengatakan itu. Dia, yang kini tanpa sihir, hanyalah wadah sempurna lainnya.

Darius mencengkeram tangan Risa. Kehangatan tubuhnya, kehangatan manusia biasa, adalah satu-satunya realitas di tengah kebohongan dimensional ini.

"Di tengah-tengah Dimensi Ketiadaan, aku mengatakan aku mencintaimu," bisik Darius, matanya yang abu-abu mencari kebenaran. "Kamu tidak menjawab. Kamu hanya fokus pada Logika. Aku perlu tahu, Risa. Di mana hatimu dalam arsitektur ini? Apakah kamu hanya Arsitek? Atau apakah kamu juga Risa?"

Kata-kata itu menghantam Risa lebih keras daripada serangan dimensional mana pun. Darius tidak menuntut cinta; dia menuntut realitas di dunia yang penuh ilusi.

Risa menoleh ke arah Darius. Dia melihat kelelahan di mata Ksatria itu, kesetiaannya yang tak tergoyahkan.

"Aku... aku telah melihat bagaimana Obsesi mengubahmu, Darius," jawab Risa, suaranya serak. "Aku telah melihat bagaimana cinta, ketika menjadi keharusan, menghancurkan. Aku harus memastikan bahwa apa yang aku rasakan... apa yang kamu rasakan... bukanlah sisa-sisa Kutukan. Aku harus memastikan bahwa ini adalah pilihan bebas, bukan takdir."

Darius memejamkan mata, membiarkan frustrasi mencengkeramnya sesaat. "Pilihan bebas. Baik. Kita harus hidup dulu untuk punya pilihan."

Dia melepaskan tangan Risa, menciptakan jarak yang menyakitkan. Dia berbalik ke arah Lucien, mengambil kembali perannya sebagai The Shield.

Mereka menghabiskan sisa hari itu untuk bergerak lambat, menyusuri batas Hutan Musim Dingin menuju pondok berburu tua yang pernah digunakan Darius.

Perjalanan itu adalah koreografi yang tegang. Darius berjalan di depan, waspada terhadap bahaya dunia fisik. Risa berjalan di tengah, menopang Serafina yang masih pingsan, mengawasi Lucien. Lucien berjalan paling belakang, dengan membawa Kepingan Giok yang memancarkan Kelaparan dimensional.

Sesekali, Lucien akan berhenti. Matanya akan menjadi kosong, dan dia akan menunjuk ke Kepingan Giok. "Dia lapar. Dia mencoba merangkak keluar. Kita harus bergerak lebih lambat. Energi dimensional di sini terlalu lemah. Dia membutuhkan kestabilan."

Kestabilan. Itu adalah kata kunci bagi Lucien.

Mereka tiba di pondok itu menjelang malam. Pondok itu kecil, dingin, tetapi menawarkan perlindungan dari badai salju yang akan datang.

Darius segera menyalakan api dan mengurus Serafina, mengubah tubuhnya yang dingin menjadi kehangatan. Dia mengurus Serafina dengan kelembutan yang menyakitkan untuk dilihat Risa—kelembutan yang mengingatkannya pada betapa besar cinta Darius.

Risa berlutut di samping perapian, mengamati Lucien. Lucien tidak memasuki pondok. Dia duduk di ambang pintu, menghadap Kepingan Giok yang ia letakkan di salju.

"Mengapa kamu tidak masuk?" tanya Risa.

"Aku adalah Segel yang retak," jawab Lucien, suaranya tanpa emosi. "Weaver di dalam giok itu membutuhkan kontrol fisik yang lebih besar. Aku harus tetap dekat dengannya. Aku adalah Lockdown."

Risa berjalan keluar, ke udara dingin. Dia duduk di samping Lucien.

"Kamu adalah orang yang paling malang, Lucien De Martel," kata Risa, dengan kesedihan yang tulus.

Lucien menoleh ke Risa. Untuk sesaat, Logika itu hilang, dan ada kerentanan di matanya. "Aku pikir aku akan menemukan kekuasaan. Aku menemukan kewajiban. Aku tidak lagi menginginkanmu, Risa. Aku hanya membutuhkan keahlianmu. Itu adalah Obsesi yang tersisa."

"Aku akan merancang Segel Permanen," janji Risa. "Aku akan membebaskanmu."

"Tidak ada kebebasan dari ketiadaan," kata Lucien. "Hanya Logika. Dan Logika mengatakan: kita adalah pasangan terakhir dari takdir ini."

Risa kembali ke dalam, hatinya terasa dingin karena kata-kata Lucien. Dia duduk di samping Darius, yang sedang melingkarkan selimut di sekitar Serafina.

"Dia akan baik-baik saja," bisik Darius, tanpa menoleh. "Jiwa Serafina terlalu terang. Dia hanya... kelelahan."

Darius menyentuh pipi Serafina, dan Risa melihat air mata mengalir di wajahnya.

"Aku hampir kehilangannya," bisik Darius. "Aku hampir kehilanganmu. Aku tidak tahan lagi dengan permainan takdir ini, Risa. Kamu tidak bisa meminta pilihan bebas di dunia yang dirusak oleh takdir."

Risa mendekat, memeluk Darius. Ini adalah pertama kalinya dia menyentuhnya sejak pengakuan di Dimensi Ketiadaan. Kehangatan Darius meresap, menghanguskan dinginnya Logika Lucien.

"Aku tahu," bisik Risa. "Aku minta maaf. Aku hanya... takut jika aku membiarkan diriku merasakannya, itu akan menjadi senjata yang akan digunakan melawan kita. Aku takut akan obsesi."

Darius berbalik, membalas pelukan Risa dengan kekuatan seorang Ksatria. Itu bukan pelukan nafsu, tetapi pelukan milik.

"Aku tidak bisa melepaskanmu," bisik Darius, suaranya dalam. "Itu mungkin Obsesi. Tapi itu adalah Obsesi yang memilih untuk melindungimu, bukan memilikimu. Itu adalah perbedaan yang Lucien ajarkan kepadaku."

Risa menatap mata Darius. Di tengah kehancuran, di samping Cahaya yang pingsan dan Keeper yang rusak, dia menemukan realitas yang utuh. Dia menciumnya. Ciuman itu tidak terburu-buru, tetapi intens, membawa semua kelelahan, ketakutan, dan cinta yang ditahan selama ini.

Ciuman itu adalah janji: mereka akan memilih hidup, apa pun takdirnya.

Mereka menghabiskan beberapa jam berikutnya dalam keheningan yang intens. Darius tidur nyenyak, memegang tangan Serafina. Risa duduk di samping perapian, otaknya, sang Arsitek, mulai memetakan desain Segel Permanen yang baru.

Dia tahu dia harus menyalurkan energi dimensional netral yang baru dia serap, menggabungkannya dengan Logika Lucien, dan menyaringnya melalui Cahaya Murni Serafina.

Tiba-tiba, Serafina bergerak. Dia membuka matanya. Matanya kembali jernih, Cahaya.

"Darius," bisik Serafina.

Darius segera bangun. "Serafina! Kamu baik-baik saja!"

Serafina tersenyum lemah. "Aku... aku kembali. Dia pergi."

Serafina melihat Risa, lalu ke ambang pintu tempat Lucien duduk. Dia melihat Kepingan Giok yang diselimuti bayangan di luar.

"Dia ada di luar," bisik Serafina. "Dia tidak lagi di dalamku. Terima kasih, Risa. Terima kasih, Darius."

Risa mengangguk. "Kita harus merancangnya, Serafina. Segel Permanen."

"Ya," kata Serafina, memaksakan dirinya untuk duduk. "Aku siap. Aku adalah The Light. Aku tidak bisa lagi takut pada bayangan."

Mereka berdua mulai menyusun rencana. Risa membutuhkan Cahaya Serafina. Serafina membutuhkan Logika Risa.

Fajar menyingsing di Hutan Musim Dingin. Risa, Serafina, dan Darius telah menyelesaikan desain Segel Permanen. Mereka membutuhkan tempat untuk mengeksekusinya.

"Kita butuh tempat yang memiliki energi dimensi yang kuat untuk menahan Segel Permanen," jelas Risa. "Dan itu harus menjadi tempat yang dilindungi oleh sihir alami. Perbatasan Timur adalah satu-satunya tempat yang bisa menahannya."

Darius mengangguk. "Kita harus kembali ke sana. Dan kita butuh Lu—"

Lucien, si Keeper of the Void, masuk ke dalam pondok. Matanya kosong, tetapi dia memegang sepotong kecil Kepingan Giok di tangannya.

"Tidak ada waktu, Arsitek," kata Lucien. "The Weaver terlalu pintar. Dia tidak hanya di bejana giok itu."

Lucien menunjukkan tangannya. Kepingan Giok di tangannya meleleh, berubah menjadi cairan bayangan yang merayap di kulitnya, meniru vena darahnya.

"Dia telah mempelajari kehangatan," kata Lucien, suaranya bergetar. "Dia telah melarikan diri dari giok itu dan menyebar ke seluruh tubuhku. Aku tidak hanya menjaganya. Aku membawanya bersamaku."

Dia menunjuk ke Kepingan Giok yang besar di luar. "Itu adalah umpan. Dia bersembunyi. Dan sekarang..."

Lucien mendongak. Di luar, di atas Hutan Musim Dingin yang sunyi, Langit Utara yang dingin mulai berubah. Tidak ada badai, tidak ada bayangan. Hanya cahaya dingin dan murni yang datang.

"Dia menemukan apa yang dia cari," bisik Lucien. "Dia menemukan kelemahan dalam Logika. Dia menemukan pusat kehidupan."

Lucien berjalan menuju perapian, tempat api yang hangat berdenyut, dan dia menunjuk ke arahnya.

“The Weaver tidak lagi memakan sihir, Arsitek. Dia telah belajar memakan hidup. Dan dia telah menciptakan manifestasinya yang baru, lebih cepat, lebih mematikan. Kita harus lari. Dia ada di belakang kita.”

Bersambung....

1
shookiebu👽
Keren banget nih cerita, authornya jago banget!
Dgweny: makasihhh banyak
total 1 replies
Bell_Fernandez
Plot yang rumit, namun brilian.
Dgweny: makasih banyak
total 1 replies
Tae Kook
Jangan biarkan kami menunggu lama-lama, update please~~
Dgweny: siapp , di tunggu update selanjutnya yaaaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!