NovelToon NovelToon
Ketika Dunia Kita Berbeda

Ketika Dunia Kita Berbeda

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:472
Nilai: 5
Nama Author: nangka123

Pertemuan Andre dan fanda terjadi tanpa di rencanakan,dia hati yang berbeda dunia perlahan saling mendekat.tapi semakin dekat, semakin banyak hal yang harus mereka hadapi.perbedaan, restu orang tua,dan rasa takut kehilangan.mampukah Andre dan fanda melewati ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nangka123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 7:Putus

Andre duduk di ruang tamu, memandang koper kecilnya yang sudah tertata rapi. Keputusan untuk pindah kembali ke kos lamanya bukanlah hal mudah, tapi ia merasa itu langkah yang paling tepat.

Tak jauh darinya, Fanda berdiri dengan mata berkaca-kaca. Sejak beberapa hari lalu, sejak ibunya Andre mengingatkan bahwa mereka belum menikah, hatinya sudah dipenuhi rasa takut. Takut kehilangan, takut terpisah, dan takut kenyataan akan merebut kebahagiaannya.

“Mas Andre… beneran mau pindah hari ini?” suara Fanda lirih, nyaris bergetar.

Andre menarik napas panjang, lalu tersenyum. Di balik senyum itu tersimpan kepedihan.

“Iya, Mbak. Aku nggak bisa terus-terusan tinggal di sini. Lagi pula, aku juga nggak mau terus bikin kamu repot.”

Fanda mendekat dan menggenggam tangannya erat.

“Mas nggak pernah repotin aku. Justru kehadiran Mas bikin aku kuat. Apa Mas nggak bisa nunggu sampai sembuh dulu? Kaki Mas belum sepenuhnya pulih.”

“Aku bisa urus diriku sendiri,” jawab Andre sambil tersenyum tipis.

“Lagipula aku sudah biasa hidup mandiri. Aku nggak mau hubungan kita makin sulit karena hal sepele seperti ini.”

Air mata Fanda jatuh begitu saja. Ia tahu Andre benar, tapi hatinya menolak berpisah.

“Aku takut, Mas… kalau Mas jauh dari aku, aku takut kita makin susah bersama. Aku takut kehilangan Mas…”

Andre mengusap lembut pipi Fanda.

“Kamu nggak akan kehilangan aku. Kita tetap bisa ketemu, tetap bisa komunikasi. Hanya tempat tinggalnya aja yang beda.”

Fanda menunduk, menggenggam tangannya makin erat.

“Aku benci perpisahan.”

“Aku juga,” jawab Andre lirih.

Beberapa jam kemudian, Andre benar-benar meninggalkan apartemen itu. Dengan tongkat di tangan, ia melangkah pelan menuju taksi yang sudah menunggunya di depan. Fanda menemaninya sampai ke pintu. Matanya merah karena tangis yang ditahan.

“Nggak mau aku anterin aja, Mas?”

“Nggak usah, aku bisa sendiri kok.”

“Jaga diri ya, Mas…” bisiknya.

“Iya, kamu juga,” jawab Andre sambil tersenyum, lalu masuk ke dalam taksi.

Saat mobil itu melaju, Fanda menatapnya sampai menghilang di tikungan. Hatinya hancur, seolah separuh dirinya ikut pergi bersama Andre.

Keesokan harinya, kabar yang ditakutkan benar-benar terjadi. Orang tua Fanda pulang ke Indonesia. Kepulangan itu bukan untuk liburan atau urusan bisnis, melainkan karena mereka marah mendengar hubungan anaknya dengan Andre.

Di rumah keluarga besar yang megah, Fanda duduk di ruang tamu dengan wajah tertunduk. Ayahnya, Pak Hendra, menatapnya tajam. Ibunya, Bu Ratna,

duduk di samping dengan wajah kecewa.

“Fanda!” suara ayahnya tegas dan dingin.

“Kami pulang jauh-jauh dari luar negeri bukan tanpa alasan. Ayah rela meninggalkan pekerjaan karena urusan ini. Kami dapat kabar yang membuat malu, dan dengarnya pun bukan dari kamu, tapi dari orang lain. Kamu pacaran dengan sopirmu sendiri?! Apa itu benar?”

Fanda menggigit bibir, menahan tangis. “Iya, Ayah… itu benar. Aku pacaran dengan Andre. Tapi dia baik, tulus, selalu ada buat aku…”

“Cukup!” bentak Pak Hendra, membuat Fanda terkejut.

“Kamu sadar nggak apa yang kamu lakukan?! Kamu anak tunggal keluarga ini. Masa depanmu sudah kami rancang sebaik mungkin. Dan sekarang kamu bilang bahagia dengan seorang sopir? Kamu sudah kehilangan akal sehat?!”

Bu Ratna ikut bicara, suaranya lembut tapi penuh luka.

“Fanda… Ibu nggak habis pikir. Kamu perempuan cantik, terpelajar, punya segalanya. Kenapa memilih laki-laki seperti dia?”

“Ayah, Ibu… Fanda udah bukan anak-anak lagi. Fanda yang akan jalani masa depan Fanda,” ucapnya lirih.

Namun ayahnya menggeleng keras.

“Tidak! Kami tidak bisa terima! Kalau kamu terus keras kepala, kamu akan kehilangan kami, dan semua yang sudah Papa berikan padamu. Silahkan kamu Pilih, keluarga, atau sopirmu itu!”

Fanda terdiam. Air matanya mengalir deras. Ia tak sanggup menjawab. Hatinya remuk melihat kedua orang tuanya begitu keras menolak.

Beberapa hari kemudian, Pak Hendra memutuskan untuk bertemu langsung dengan Andre. Pertemuan itu berlangsung di sebuah kafe sederhana dekat kos Andre.

Andre, yang kini sudah mulai berjalan tanpa tongkat, datang lebih dulu. Ia tampak tegang, berusaha menenangkan diri meski hatinya gelisah. Tak lama, Pak Hendra dan Bu Ratna datang. Suasana kafe langsung terasa menekan.

“Assalamualaikum,” sapa Andre sopan.

“Waalaikumsalam,” jawab Pak Hendra singkat, suaranya dingin.

Mereka duduk. Hening cukup lama sebelum akhirnya Pak Hendra bicara.

“Andre, kami datang ke sini bukan untuk basa-basi. Kami tahu kamu laki-laki baik. Tapi hubunganmu dengan Fanda harus segera berakhir.”

Andre terdiam. Dadanya sesak mendengar kata-kata itu, meski ia sudah menduganya.

“Kami tidak benci kamu,” lanjut Bu Ratna.

“Tapi kamu harus sadar diri. Fanda itu anak satu-satunya kami. Masa depannya cerah. Kalau dia bersamamu, masa depannya bisa hancur. Kamu mau lihat dia menderita?”

Andre menggenggam tangannya di bawah meja, mencoba menahan gejolak di dadanya.

“Bu, Pak… saya mencintai Fanda. Saya ingin bahagiakan dia sebisa saya.”

Pak Hendra menatap tajam.

“Dengan apa? Dengan gaji sopir? Dengan kos sempitmu? Jangan naif, Andre. Cinta saja tidak cukup untuk membangun masa depan. Fanda butuh kehidupan yang layak. Dan kamu tidak bisa memberikannya.”

Kata-kata itu bagai pisau yang menancap di dada Andre. Ia tahu, ada kebenaran di dalamnya meski hatinya menolak.

“Kalau kamu benar-benar cinta sama Fanda,” lanjut Pak Hendra,

“lepaskan dia. Jangan seret dia ke dalam kehidupanmu yang penuh kesusahan.”

Andre menunduk. Air matanya hampir jatuh, tapi ia tahan. Setelah hening cukup lama, ia akhirnya bicara,

“Baik, Pak… kalau itu yang terbaik buat Fanda, saya akan menjauh.”

Bu Ratna menatapnya iba.

“Terima kasih, Nak. Percayalah, ini demi kebaikan Fanda juga.”

Malam itu Andre kembali ke kos dengan hati hancur. Begitu masuk kamar kecilnya, ia duduk di tepi ranjang dan menutup wajah dengan kedua tangan. Kenangan bersama Fanda berputar di kepalanya,

Semua terasa menyakitkan.

Keesokan harinya, Andre menemui Fanda di kantornya. Ia sempat menyapa satpam di depan.

“Selamat pagi, Pak.”

“Selamat pagi, Mas Andre. Udah sembuh, Mas?”

“Alhamdulillah, Pak. Udah sembuh.”

Saat menaiki lift, ia bertemu Indah.

“Lho, udah sembuh, dre?”

“Iya, Mbak. Udah sembuh. Mbak Fanda ada di ruangan, kan?”

“Iya, ada. Masuk aja.”

Andre langsung menuju ruang Fanda. Ia mengetuk pintu sebelum masuk. Fanda tersenyum lega melihatnya, tapi senyum itu segera hilang ketika melihat wajah serius Andre.

“Mas kenapa? Ada apa?” tanya Fanda khawatir.

Andre menatapnya dalam-dalam.

“Mbak Fanda… hubungan kita sampai di sini saja. Aku nggak bisa lagi sama kamu. Dan aku berhenti jadi sopir kamu.”

Fanda terkejut.

“Apa?! Kenapa tiba-tiba? Ayah dan Ibu yang nyuruh Mas, ya?”

“Bukan begitu. Aku sadar diri… aku nggak pantas terus ada di samping kamu. Orang tua kamu benar, kamu berhak dapat yang lebih baik dari aku.”

Fanda menangis. Ia memegang tangan Andre erat.

“Jangan ngomong kayak gitu, Mas! Kamu lebih dari cukup buat aku. Aku cinta kamu apa adanya!”

“Tapi aku nggak mau jadi alasan kamu dimusuhi keluargamu. Kamu anak tunggal, Fan. Kamu nggak bisa terus melawan orang tua. Aku… rela pergi demi kamu.”

“Mas…” Fanda terisak. Air matanya mengalir deras. Ia ingin menahan, ingin berteriak, tapi Andre perlahan melepaskan genggamannya.

“Jaga diri baik-baik. Aku selalu doain kamu bahagia,” ucap Andre lirih, lalu berbalik meninggalkan ruangan itu.

Fanda jatuh terduduk di lantai, menangis sejadi-jadinya. Suara tangisnya menggema di seluruh ruangan. Hari itu menjadi awal dari perpisahan mereka.

1
Nurqaireen Zayani
Menarik perhatian.
nangka123: trimakasih 🙏
total 1 replies
pine
Jangan berhenti menulis, thor! Suka banget sama style kamu!
nangka123: siap kak🙏
total 1 replies
Rena Ryuuguu
Ceritanya sangat menghibur, thor. Ayo terus berkarya!
nangka123: siap kakk,,🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!